Chapter 9 : Lobow - Salah

5.2K 365 36
                                    

A/N : Haloo selamat malam semuanya. Gue update lagi. Muehehehe. Oh iya gue mau curhat dong, jadi di FB tuh ada orang yang demen banget baca cerita gue. Dan bikin gue ngefly kyaaaaaaa~~~ makasih banget loh buat orang itu. Dan juga terimakasih buat yang udah komen sama vote cerita ini. Duh sayang deh sama kalian semua. #cipokbasahsatu-satu. Yaudah lah ya, untuk chapter ini akan di kupas masa lalu Fian. Mungkin agak gaje, tapi semoga kalian menikmati. Oh iya, jangan lupa terus di vote sama komen ya. Btw lagu ini favorit gue sih.

---

Sepanjang perjalanan cintamu, kau bilang aku yang paling tangguh

Tapi mengapa kau tinggalkan aku dengan alasan yang tak jelas?

Apa aku pernah mengeluh?

Apa aku pernah berlari?

Saat kau ada masalah

Apa aku pernah membual?

Apa aku tak mengimbangimu?

Sayang, kau menilaiku salah

Farel menghentikan motornya di depan sebuah kios kecil di pinggir jalan saat hujan turun. Kios itu hanya satu petak dan ada poster rokok yang di tempeli dimana-mana. Selain itu tempat tersebut hanya di jaga oleh seorang ibu-ibu yang sedang asyik menonton acara Infotaimen sore. Ada tulisan "Sedia Wedang Jahe" di depannya. Jadi itu mungkin salah satu alasan kenapa Farel menghentikan motornya di depan tempat ini. Atau mungkin alasan yang lainnya adalah karena tempat ini nggak begitu ramai, jadi memungkinkan dia untuk melakukan hal yang dia mau? Entahlah.

Angin bertiup dengan kencang dan membuat Fian menggigil kedinginan. Cowok manis itu memeluk erat tasnya saking dinginnya. Cuaca belakangan memang benar-benar tak bisa diprediksi. Padahal beberapa jam yang lalu masih cerah-cerah saja, sekarang malah hujan badai seperti ini.

Farel ternyata peka, dia yang berdiri di samping Fian langsung melepaskan jaketnya dan berniat untuk memakaikannya pada cowok manis tersebut. Dia tak tega jika orang yang ia sayangi demam. Tapi saat Farel ingin menjalankan niatnya, Fian langsung menjauh.

"Aku mau pulang." Kata Fian cepat.

Satu lagi penolakan yang di terima oleh Farel dari Fian. "Kamu kedinginan, Fian. Kamu pakai jaketku dulu—"

"Dan itu bukan urusan kakak. Aku kedinginan dan aku mau pulang!"

"Fian—" Farel tercekat saat cowok manis tersebut menoleh padanya dengan mata yang berkaca-kaca. Hati sang pembuat roti itu mendadak tergores melihat pemandangan tersebut. Pemandangan yang sama seperti dua tahun yang lalu.

~~~

"Kak Farel tau kan kalau aku sayang dan cintaaaa banget sama kakak?" Kata Fian yang sedang berjalan sambil bergelayutan di tangan pacarnya, Farel. Saat itu mereka berdua sedang memutuskan untuk jalan-jalan di taman kota. Farel baru saja selesai ujian semester, jadi itu artinya dia sudah punya banyak waktu luang yang bisa dihabiskan bersama kekasih tercintanya, Fian si cowok manis.

Farel terkekeh dan kemudian mengecup dahi pacarnya yang masih berusia 15 tahun tersebut. Yah, mungkin terlalu muda untuk dijadikan pacar. Tapi kalau ini adalah cinta monyet, kenapa Farel merasa kalau Fian adalah orang yang tepat untuknya? "Aku tau. Malah kamu nggak tau kalau cinta dan sayangku itu padamu, sejuta kali lebih banyak dari pada kamu."

Mata Fian langsung berbinar-binar. "Oh ya?"

"Ya. Nggak ngeliat wajah kamu sehari aja, udah bikin aku bingung gimana caranya untuk hidup." Jawab Farel. Sekarang dia mencubiti kedua pipi Fian seperti dua bakpao.

Good LifeWhere stories live. Discover now