Aku terbelalak. Jay, benar-benar tidak tenggelam. Dia pun melangkah kan kaki dan meloncat-loncat diatas kolam, dan tetap ia tidak tenggelam.
"Mengesankan bukan!?" Jay menyombong kan dirinya dari tengah kolam.
"A..Aa..Apa..!" Aku mencoba mendekati Jay.
Aku melepaskan sandal ku. Aku mencoba menginjakkan jari kaki ku air kolam, hufft.. begitu dingin airnya. Di depanku benar-benar air, dan ditengah sana ada pemuda gila di atasnya.
"Lo akan mati kedinginan jika sampai masuk ke dalam nya." Jay melangkah kan kaki keluar kolam.
"Bag.. baggaimana bisa!?" Aku tidak bisa mengerti.
"Maaf.." Jay tiba di depanku. Ia menjawab dengan singkat lalu pergi meninggalkan ku. Aku bisa melihatnya, melihat jejak kaki yang ia tinggalkan benar-benar berair.
Aku tambah membisu.
Jika apa yang Jay katakan memang benar, memang hingga detik ini aku memang tidak pernah bisa memaafkan orang tua ku. Terutama Mama, ia seharusnya merawat ku dan bukannya ada di sini. Hidup di rumah orang kaya, bisa makan, tidak terlilit kedinginan di malam hari, juga bukannya Menjaga dan memanjakan anak orang lain. Apalagi setelah kejadian itu. Tiba-tiba saja kepala ku terngiang dengan masa lalu ku yang suram.*
Hari itu aku sedang duduk mencangkung seraya mengemis di pinggir jalan. Saat itu aku terpaksa mengemis karena aku benar-benar kelaparan, perutku terus meronta-ronta, tangan kiri ku tak henti-henti nya meremas-remas baju ku yang kebesaran itu. Hingga pada akhirnya sakit perut ku memuncak, aku pun terbaring lemas. Tanganku terus saja menadah.
Beberapa koin jatuh di atas tangan ku. Tapi, tidak ada satu orang pun yang berhenti menanyai keberadaan ku. Hingga pada akhirnya.
"Mamahh.." Aku melirih kepada sorang perempuan yang berjalan mendekati ku. aku tidak sanggup lagi untuk berbicara pada saat itu, sakit ku makin memuncak hebat. Apalagi ditambah dengan keterkejutan ku bahwa Mama masih hidup. Hati ini seolah terbakar dengan bara api yang amat panas dan menusuk tulang.
"Lucifer.?" Mama mendekati ku, dan mencoba membangun kan ku. Dan menyentuh tubuhku.
Aaaaa.....!!!!!! Aku berteriak keras. Sentuh tangan Mama benar-benar-benar menyakitkan.
Kemudian, Samar-samar ku lihat wajah Mama saat itu, dan beberapa detik kemudian Samar-samar itu hilang dan pandangan ku menjadi gelap.
Di saat aku terbangun, aku sudah berada di rumah. Tapi, di sana tidak ada Mama ataupun Papa. Yang ada malah kakek. Kakek menemukan ku di jalanan dan membawa ku pulang, dan merawat ku.
Aku terus teringat dengan kejadian ini. Bagaimana mungkin aku akan lupa, itu adalah hari yang paling menyakitkan. Aku melihat mama yang kata nya sudah meninggal. Aku melihat mama... aku mihatnyaaa.......
*
"Indigo!!" Jay berteriak. Aku melihat kebelakang, Jay rupanya sudah di depan pintu rumah.
"Sudah lah!! Gue sudah lapar!!" Jay terus berteriak dari kejauhan. Ia begitu berisik, aku berlari masuk ke dalam dengan cepat.
See you next Bab
Dont forget *Vote 😆#DintiFahlianti
#PerfectIndigo
ŞİMDİ OKUDUĞUN
Perfect Indigo
Genç KurguAku seorang Perfect Indigo ! Tak semenyenangkan Khayalan, remaja pria bernama Lucifer Molf mendapati kehidupannya yang tak sama, sendiri dan berbeda. Perfect Indigo, hal aneh mencakupi dirinya, melekat kuat, tak ada kata yang bisa menjelaskan apa ya...