# 11 Pulang

927 97 0
                                    

"Akhirnya kau bangun.." aku mendengar suara setengah berbisik. Aku membuka mata, suara yang menyapaku itu ternyata nyonya Stan.

"Apa kau tidak apa-apa sayang. Aku khawatir sekali, Bibi Carey bilang kau tadi pingsan tepat setelah kau selesai berteriak kesakitan. Sebenarnya apa yang terjadi, apa kau masih sakit nak?." Mendengar panggilan sayang dari nyonya Stan, dada ku tak lagi sesak. Walaupun di kata-kata nyonya Stan tadi terselip nama Mama, bibi Carey.

"Aku tidak apa-apa nyonya.." lirih ku.

"Syukurlah.." ia lalu tersenyum,  menghela nafas.

"Dimana Jay.?" Kini giliran ku yang bertanya. Terakhir kali aku pingsan, aku bersama Jay.

"Jay ada, dan tidak kenapa-kenapa kok.." Nyonya Stan menurunkan senyumnya.

"Apa maksudnya ada? Tidak ada apa-apa? Apa Jay kambuh."

Aku melihat nyonya Stan, ia kini tak lagi melihatku. Ia membuang wajahnya ke kasur.

"Apa yang terjadi.?" Aku mengelus pipi nyonya Stan.

"(Nyonya Stan menoleh) Tak apa, Papa nya Jay sedang mengecek nya di rumah sakit.. (aku menarik kembali tanganku) Tadi bibi Carey bilang, saat Jay berlari masuk ke kamar mu dan ingin menolongmu,  tiba-tiba saja Jay terpental keluar dan jatuh jauh keluar jauh dari kamar mu.." matanya berlinang.

Aku tidak berkata apa-apa. Aku sendiri terkejut bukan kepalang. Jay yang badan nya sebesar itu saja terpental, bagaimana jika yang berlari masuk kedalam kamar itu nyonya Stan. Jika itu terjadi aku tidak akan pernah bisa memaafkan diri ku sendiri.

"Sepertinya kau memang tidak suka tinggal disini. Seharusnya aku tidak memaksa mu untuk tinggal di sini. Kau terus kesakitan, dan juga bahkan jatuh pingsan. Aku takut menyakiti mu lagi jika aku tetap memaksa mu untuk tinggal di sini. Aku sudah menyuruh supir untuk menghantar mu pulang. Aku juga sudah siapkan bebarapa makanan untuk kau makan malam nanti. Maaf, jika aku menyusahkan dan membuat mu tak nyaman." Nyonya Stan menangis. Wanita cantik ini menangis, seakan-akan kehilangan banyak anak.

Aku terdiam. Aku harus bilang apa. Aku tidak tahu. Bagaimana ini, aku bukan tidak mau tinggal disini karena nyonya dan tuan Stan. Tapi karena orang tua Ku itu. Lagi pula disini terasa menyenangkan, walau aku harus bersama Jay, orang yang setiap waktu membully ku, tapi disini tetap saja menyebangkan.  Tapi, memang akan lebih baik aku pulang saja. Lagi pula jika aku tetap disini maka akan  menyusahkan nyonya Stan.

"Nyonya, sebaiknya memang seperti itu. Aku mau pulang sekarang juga." aku beranjak dari trmpat tidur.

"Apa kau benar sudah baik.."  Nyonya Stan menghapus air matanya dan membantu ku untuk berdiri. Aku menatapnya dan mengangguk yakin.

"Kau yakin..?" Nyonya Stan kembali bertanya. Tangannya kembali menahanku.

"Aku akan baik nyonya, tenanglah. Jangan khawatirkan aku, tapi khawatirkan saja Jay. Dan aku sebelumnya juga, aku minta maaf atas kejadian beberapa waktu lalu.. dan juga kejadian tadi. Aku sungguh tidak sengaja menyakiti Jay. Aku minta maaf nyonya, juga aku sudah siap menerima apapun yang akan lakukan padaku sekarang. Tapi, sebelum itu aku mohon dengan sangat, biarkan aku pulang dahulu." Nyonya Stan mengangguk mengerti. Ia lalu menemaniku berjalan keluar kamar, hingga keluar rumah.

Kami sampai di gerbang utama. Aku berpamitan dengan nyonya Stan sekaligus meminta maaf sekali lagi padanya karena belum sampai sehari saja, aku sudah banyak menyusahkan nya. Aku langsung menaiki mobil, tak lupa juga tanganku memegang erat totebag pemberian Nyonya Stan.  Ia memaksa ku untuk mengambil dan menghabiskan malam nanti. Agar cepat sembuh katanya.

"Hati-hati sayang.." ia melambai kearahku. Aku tersenyum lebar, hatiku terasa berat meninggalkan wanita cantik itu.

Mobil kemudian meluncur pelan, Menjauhi rumah tuan Stan.

Ditengah perjalanan, aku teringat sesuatu.
"JURNAL!!!"

 See you next Bab
Dont forget *Vote 😆

#DintiFahlianti
#PerfectIndigo

Perfect Indigo Where stories live. Discover now