#5 Kejadian di RS

1.7K 157 1
                                    

Aku membuka mataku, Cahaya terang langsung menusuk. Tangan kiri ku dililit selang infus. Tubuhku di bungkus selimut hangat.

Aku ada di rumah sakit.

Tok..Tok...
Aku menoleh ke arah pintu. Sedikit demi sedikit pintu yang ada di sebelah kiri ku itu terbuka.

Aku terbelalak.

Ada dua orang pria di dekat pintu. Salah seorang pria ialah seorang dokter, dan pria lainnya memakai jas Hermes abu abu dengan wajah kesut, yang ternyata pria itu ialah kepala sekolahku.

Aku semakin terkejut, Dokter dan kepala sekolah ku, masuk bersamaan dengan papanya Jay mengikuti di belakang. Mereka mendekati ku. Dokter itu tersenyum.

"Kau sudah siuman. Syukurlah, kau baik-baik saja. Darah mu benar-benar sulit dicari." Sapa dokter berambut putih berkaca mata itu. Aku diam tak menatap.

Aku mencuri pandang melihat ekspresi papa nya Jay, ia begitu tenang. Ia sempat melihatku, lalu tersenyum padaku. Mata nya tidak berbohong, Ia tulus, aku mencoba menggerak kan bibir ku untuk tersenyum. Tapi, kepala sekolah ku mengkerut kan keningnya, beliau tidak tersenyum sama sekali. Suasana di kamarku tiba-tiba begitu tegang.

"Emm.. Aku harus pulang.. Aku belum mengunci rumah dan menghidupkan lampu.. Aku janji akan langsung datang ke rumah anda tuan Stan.. aku janji.." aku memecah ketegangan.

"Tenang tuan, aku tidak akan kabur lagi. Anda bisa mengawasi ku dengan pengawal anda jika tidak percaya.." Mulut ku bergerak sendiri. Aku tidak tahu kenapa mulut ku berbicara seperti itu, Padahal disaat itu kondisi ku sendiri sedang lemah. Dan tidak memungkinkan untuk ku berbicara.

Tuan Stan melihatku dan memberikan senyuman kecil.
"Tidak perlu bersusah payah nak, aku sudah mengatasi rumah mu. Kau tenanglah, tak kan terjadi apa-apa." Ia menjawab dengan tenangnya.

"Aku minta maaf tuan, karena aku putra mu Jay terluka. Aku mohon tuan, jangan kau apa apa kan rumah ku.. Aku benar benar minta maaf tuan.. aku menyesal.." Kataku pelan. Ia tersenyum lagi.

"Jangan hiraukan rumahmu, ia tidak aku apa apakan. Kau hirau kan lah dirimu sendiri." Tenang.

"Tapi, tuan.." Ia memotong.

"Aku akan bercerita suatu hal kepadamu, tapi nanti ketika kau sudah membaik." Aku keheranan, lalu menghela nafas panjang.

"Tenanglah nak, tuan Stan Paulo ini sudah mengurusi semuanya. Tugas mu sekarang hanya beristirahat. Jangan beban kan pikiran mu." Tambah dokter tua itu.

"Baiklah nak, kami akan keluar. Jika ada apa-apa, tekanlah tombol ini. Perawat akan datang jika kau menekan nya." Dokter tua itu tersenyum, dan mereka bertiga pergi meninggalkan aku. Aku mengangguk.

"Jaga diri." Kepala sekolah ku yang dari tadi hanya melihat tajam padaku, mengakhiri pertemuan tegang ini.

Setelah itu mereka lenyap dari pandangan ku. Aku pun kembali tidur.

Dan bermimpi...

See you next Bab
Dont forget *Vote 😆

#DintiFahlianti
#PerfectIndigo

Perfect Indigo Where stories live. Discover now