#13 Ajaib

1K 90 0
                                    

Hari sudah gelap. Punggung ku sedikit lebih baik, karena telah di obati tadi.
Makan malampun tiba.

"Nak, kita akan malam bersama. Ayo, keluar." Terdengar suara nyonya Stan memanggil ku lembut seraya tangannya tak henti mengetuk pintu. Aku bergegas membuka pintu.

"Ayo." Wanita itu merangkul tangan kananku. Dan kami berjalan ke ruang makan bersama. Kami juga bertepatan dengan Jay. Ia sedang berjalan menuruni tangga. Nyonya Stan tiba-tiba menarik tanganku, membuat ku hampir jatuh.

"Sudah lama,," nyonya Stan mengelus pipi Jay. Rupanya, nyonya Stan tadi menarikku agar  ia bisa mendekati Jay, lebih tepatnya kami. Nyonya Stan lalu merangkul Jay dengan tangan kirinya. Kini kedua tangan wanita cantik ini sudah penuh, terisi oleh tanganku dan tangan Jay. Aku dan Jay sempat berpandangan sekilas, karena saat itu Jay langsung membuang muka.  wajah itu masih saja sinis, tidak tergambarkan sama sekali kata ramah

Kami semua termasuk tuan Stan sudah duduk di meja makan. Meja makan keluarga ini benar-benar panjang. Mungkin akan muat beberapa belas orang. Piring dan gelas sudah tertata rapi sejak tadi. Beberapa pelayan membalikkan piring & gelas yang tadinya dalam keadaan terlungkup sesaat setelah kami duduk.

"Yeeay.. makanan nya sudah sampai.." Nyonya Stan bersorak kecil.

Aku melirik ke arah para pelayan, para pelayan ini sangat kompak. Mereka keluar dari pintu dapur dan mendekat ke arah kami dengan langkah kaki dan gerak tubuh yang sama. Aku merasa bahwa aku sedang tinggal di istana dongeng. Mereka juga menaruh serta menuangkan makanan dan minuman dengan perlahan.

Aku sibuk mengagumi para pelayan, tapi tak lupa pula mataku yang terus tertuju kearah pelayan perempuan yang berkaca mata di dekat pintu arah dapur. Pelayan itu sedang menanti gilirannya untuk menuang kan air ke dalam gelas ku dan Jay. Melihatnya saja dari kejauhan, sudah membuatku takut. Pelayan itu benar-benar membuatku ketakutan.
Pelayan itu lalu mendekati ku, aku tak berani menatapnya sama sekali. Ia menuangkan air dari teko kaca yang ia pegang ke gelas yang ada di sebelah kiri ku.

Aku sudah mencoba menahan untuk tidak melihatnya. Tapi menahan semua ini bukanlah hal yang mudah. Akhirnya Semua benda yang ada di atas meja makan bergetar. Lauk yang berkuah pun tumpah dan tak lepas pula aku memecahkan gelas beserta piring yang ada di atas nya. Para pelayan sangat terkejut, termasuk juga Mama.

"Bisa Lo hentikan itu!!!" Jay menghentak kan tangan nya ke atas meja. Itu membuat ku lupa dengan Mama ku sebentar dan membuat perbuatan ku itu berhenti. Suasana pun dengan seketika menjadi hening.

"Ikut Gue!!" Jay bangkit dari duduknya. Aku ingin menyusul. Aku berdiri dan berbalik badan.

Gubrak.!
Aku menabrak Mama, pelayan yang berkaca mata tadi. Teko yang Mama pegang terjatuh dan terhempas di lantai. Aku terkejut, lalu dengan tak sengaja keterkejutan ku membuat Mama terpental dan bersandar ke pintu dapur yang besar. Beberapa pelayan perempuan berteriak terutama Nyonya Stan, Ia benar-benar terkejut hingga berteriak keras lalu ia berdiri dan mendekati Mamaku. Aku sendiri juga terdiam kaget. Aku semakin ketakutan, aku takut karena kembali membuat masalah. Pikiran ku sekarang tidak tenang, dengan cepat benda-benda yang ada di sekeliling kami bergerak dan melayang ke udara.

"Sudahlah nak.. ka... amm... ss..." Tuan Stan mendekati ku.

Aku tidak mendengar jelas yang dikatakan oleh tuan Stan. Aku terus menatap mata Mama yang terbaring lemah. Hatiku tak mau berhenti untuk Marah, memang aku yang menabrak nya tapi aku tetap meyakini bahwa Mamaku lah yang sengaja menabrak ku. Lampu yang tersebar di langit-langit rumah berkedap-kedip, beberapa garpu lalu melayang di dekat ku, dan bersiap untuk menusuk. Garpu-garpu itu lalu dengan cepat melesat ke arah Mama, nyonya Stan dan beberapa pelayan yang berada di dekat Mama. Aku sudah tidak peduli, bagaimana pun garpu-garpu itu harus mengenai Mama.

Perfect Indigo Where stories live. Discover now