PAM 24

7.9K 579 34
                                    

Hari-hari terus berlalu,namun Prilly merasa hidupnya kembali abu-abu. Bahkan tak ada warna sedikit pun. Ali hilang bagai ditelan bumi,tak ada satu detik pun terlewat untuk mencari Ali. Setiap pulang sekolah,ia selalu menyempatkan diri mencari Ali. Dan sekarang ia baru menyadari kalau dirinya telah jatuh cinta pada si culun namun tampan itu.

"Prill,lo gak cape apa tiap hari kaya gini terus? Please jadi Prilly yang dulu kita kenal" ucap Livia.

"Gue gak akan berubah kalo Ali belum gue temuin" ucap Prilly.

"Come on Prill. Minggu depan kita study tour ke Jogja. Dan lo gak mungkin gini terus" ucap Mila.

"Gue gak akan ikut" ucap Prilly membuat Livia dan Mila membulatkan matanya.

"Gak. Pokoknya lo harus ikut" ucap Livia dan Mila.

"Gue gak bisa Liv,Mil. Gue harus cari Ali. Dia kaya gini gara-gara gue" ucap Prilly.

"Maksud lo?" tanya Mila.

Prilly sudah benar-benar tak bisa menahan rasa penasarannya,mengapa beasiswa Ali bisa dicabut. Ia memutuskan untuk mendatangi kepala sekolah.

"Ada apa Prilly?" tanya Pak Dani setelah Prilly dipersilahkan masuk ke ruangannya.

"Saya mau tanya. Kenapa beasiswa Ali bisa dicabut gitu aja Pak? Bukankah Ali gak pernah buat macem-macem? Lagipula nilai Ali selalu bagus" ucap Prilly panjang lebar.

"Memang Ali gak pernah buat macem-macem dan nilainya selalu bagus. Tapi kamu. Nilai kamu yang membuat saya harus mencabut beasiswa Ali" ucap Pak Dani. Prilly mengerutkan dahinya tak mengerti.

"Apa hubungannya nilai saya dengan Ali?" tanya Prilly.

"Ali telah berjanji,jika nilai ujian kamu tetap kurang,ia meminta saya mencabut beasiswa dia" ucap Pak Dani. Prilly menutup mulutnya tak percaya. Semua ini gara-gara dia. Dia yang memulai pertengkaran itu,hingga tak bisa fokus belajar. Dan akibatnya pun menimpa pada Prilly.

"Saya mohon pak. Kembalikan beasiswa Ali" ucap Prilly. Untuk pertama kalinya ia memohon pada orang disekolah ini.

"Gak bisa Prilly. Beasiswa itu hanya ada satu tahun sekali. Jika saya mengembalikan beasiswa Ali,itu berarti saya tak adil dan mengingkari janji" ucap Pak Dani.

"APAA?!" ucap Livia dan Mila bersamaan.

"Gue gak tau harus kaya gimana lagi Liv,Mil. Bahkan sekarang mereka udah gak di rumah itu lagi karena gak bisa bayar kontrak dua bulan" ucap Prilly menutup wajahnya.

"Serius lo Prill?" tanya Livia. Mila menoyor kepala Livia pelan seakan mengatakan mana mungkin dia bohong disaat kaya gini?

Dddrrttt...dddrttt..

Ponsel Prilly bergetar membuatnya menghapus setitik air yang keluar dari ujung matanya kemudian mengangkat telfon.

"Halo Bi?"

"...."

"Prilly masih di sekolah. Kenapa sihh Bi?"

"...."

"Apa?! Yaudah sekarang Prilly ke sana"

Prilly memasukkan ponselnya ke dalam tas dan segera meninggalkan kelas.

"Prill,tunggu lo mau kemana?" tanya Mila bingung. Inilah kebiasaan Prilly sekarang,sering tiba-tiba meninggalkan tanpa memberi penjelasan apapun.

"Nyokap gue jatoh,gue mau ke RS dulu" ucap Prilly kemudian memacu mobilnya menuju RS yang jaraknya lumayan jauh.

Setelah sampai di rumah sakit,Prilly segera berlari menuju UGD,didapatinya Bi Nina sedang duduk di kursi tunggu dengan cemas.

"Mama kenapa bisa jatoh?" tanya Prilly cemas.

"Gatau non,pas Bik Na lagi nyapu tiba-tiba aja nyonya manggil-manggil bibi,pas diliat udah jatoh di kamar mandi" jelas Bik Nina.

Prilly pun ikut duduk di kursi tunggu sembari melihat ke sekeliling rumah sakit. Tiba-tiba saja pandangannya terhenti pada sosok wanita tanpa rambut yang sedang duduk di kursi roda sambil memegang setangkai mawar merah yang mulai layu.

"Wanda?"

"Kak Prilly?" tanya Wanda sedikit terkejut.

"Rambut lo.. Lo?-"

"Iya" jawab Wanda tersenyum getir kemudian menggerakan kursi rodanya menghadap Prilly.

"Kita ngobrol di taman aja ya Kak. Ada yang mau aku bicarain sama kakak" ucap Wanda mulai menggerakan kursi rodanya,entah dorongan dari mana,tiba-tiba saja Prilly menyentuh tangan Wanda sembari menggeleng kemudian mendorong kursi roda Wanda.

"Lo mau ngomong apa?" tanya Prilly. Wanda terlihat menarik nafasnya kuat-kuat.

"Aku minta maaf sama kakak. Gara-gara aku,hubungan kak Ali sama kak Prilly menjauh. Ini semua aku yang minta. Aku yang minta kak Ali buat temenin aku kemoterapi,check up,dan lain-lain. Aku minta maaf banget kak" ucap Wanda menunduk. Prilly mengangkat dagu Wanda dan memeluknya erat.

"Lo gak salah. Gue yang harusnya minta maaf sama lo. Gue sempet berprasangka buruk sama lo,gue gak tau keadaan yang sebenarnya" ucap Prilly mengelus punggung Wanda.

"Temenan ya kita" ucap Wanda mengacungkan jari kelingkingnya. Prilly mengangguk sembari menautkan jarinya.

"Ja..jadi kak Ali udah gak di LHS lagi?" tanya Wanda terkejut.

"Ini semua salah gue Wan. Salah gue. Gue ngerasa jadi orang yang paling bodoh. Gue gak mau dengerin dulu penjelasan dia" ucap Prilly.

"Gak ada yang salah di sini Kak. Semua udah diatur sama Allah" jawab Wanda.

"Apa dia gak nengokin kamu di sini?" tanya Prilly.

"Nggak kak. Malah aku kira Kak Ali lagi sibuk sama sekolahnya jadi gak ke sini" ucap Wanda.

"Non ii" panggil Bik Nina mengejutkan mereka yang sama-sama sedang melamun.

"Eh..iya? Mama udah sadar?" tanya Prilly kemudian berdiri.

"Iya,udah. Non ii dicari nyonya" ucap Bik Nina.

"Gue pamit dulu ya,ayo gue anter sampe kamar lo" ucap Prilly.

"Gak usah kak. Aku masih mau di sini" ucap Wanda.

"Yaudah deh kalo gitu,gue pamit ya" ucap Prilly melambaikan tangannya dan meninggalkan Wanda.

"Mama kenapa bisa jatoh maa?" tanya Prilly saat menghampiri Ully.

"Tadi pagi mama agak pusing aja Queen. Kamu udah makan belum?" tanya Ully.

"Belum ma" jawab Prilly.

"Kamu makan dulu sana,biar mama sama Bik Na aja" ucap Ully.

"Mama beneran gapapa?" tanya Prilly.

"Gapapa sayang,daripada ntar kamu sakit. Udah sana" ucap Ully sembari mengelus rambut putrinya.

Setelah pamit,Prilly segera keluar untuk mencari makanan. Hingga ia sampai di sebuah restoran.

"Selamat siang mba,mau pesan apa?"

****

Selamat soreee!
Jangan tanya kenapa akhirnya begitu yaa!

Bandung,9 April 2016

Pantaskah Aku MencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang