part 3 - Happy Wedding Kak Aldine

21.6K 760 75
                                    


Hello... saya balik lagi.
Ada yang kangen?
.
.
.

Maksudnya kangen ini cerita. Hehe.
Maaf baru update, karena ada yang bikin unmood.
Jadi, karena saya adalah seseorang yang sedang mengenyam bangku  pendidikan, bikin saya banyak tugas apalagi tugasnya manual dan komputer. Terus saya juga lagi mengejar impian untuk bertemu Boruto dan Doraemon. Aamiin
So, di sinilah saya berdiri (?) yang masih males buat menghilangkan kebiasaan buruk a.k.a males belajar, berniat mau curhat sama teman-teman di watty.

Beberapa hal yang bikin saya unmood :

1. Readersnya menurun dari part 1 ke seterusnya.
2. Saya suka deg-deg an kalo baca comment temen-temen. Takut pada gak suka sama cerita saya.
3. Lagi seedih banget.
Jadi, hp yg suka dijadiin buat ngetik cerita ini di instal sama bapak saya, padahal di hp itu ada cerita ini yg udah dibuat sampe part 5. Bayangin.
Tapi ada yang bikin bahagianya sih. #IfYouKnowWhatIMean wkwkwkwkwk
4. Sudah dikatakan di atas, kalo saya banyak tugas yang membutuhkan kekuatan dan ketelitian tangan baik manual atau pun digital (komputer).
5. Saya males nulis part baru lagi dan semua idenya buyar di pikiran saya.
6. Saya rasa cerita ini jelek dan aneh aja, pen bikin sequelnya tapi kan blm tamat. Wkwkwk.
7. Makasih yang udah mau baca curhatan aneh saya.

Makasih untuk temen-temen yang udah ngasih vote dan comment.

Enjoy

Lagi cape ngedit;(

***

Aldine dan Zenin akan melangsungkan pernikahan tepat hari ini. Martin dan Najwa, selaku orangtua Aldine merasa sedih karena akan berpisah dari Aldine, sekaligus bahagia karena sekarang Aldine akan memiliki istri cantik dan pintar seperti Zenin.

Lain halnya dengan kebahagian yang dirasakan oleh Aldine dan Zenin. Syinsin, gadis manis itu kembali bersedih, mengingat  kedua orangtuanya yang tidak pernah memiliki waktu untuknya, hanya Alani dan Aldine yang selalu menemaninya, itu pun jarang.

Lalu bagaimana dengan kehidupannya yang dulu sepi? Apakah mungkin sekarang akan semakin sepi?

Bahkan Syinsin selalu mengalah demi orangtua dan kakaknya yang selalu sibuk dengan urusan perkerjaan, tapi ia tidak pernah merasa marah terhadap apa yang telah mereka lakukan padanya.

Apakah ia tidak pantas mendapatkan kebahagian walau sedikit saja?

***

"Happy wedding brother!!! U are so hot bro!! And treat your wifey like a princess, oke?" Aldine tertawa mendengarkan ucapan yang dilontarkan Delard.

"Bisa aja lu bocah! Alani, lu kok mau ya sama si tukang fitness ini" Aldine menjulurkan lidahnya dihadapan muka Delard.

"Why god? Kenapa harus Aldine yang jadi calon kakak ipar aku?" Delard berkata dengan gaya yang begitu imut menurutnya, tapi menurut Aldine, Zenin dan Alani itu adalah gaya berbicara Delard yang sangat menjijikkan.

Martin dan Najwa yang sedari tadi memperhatikan mereka pun hanya dapat mengulum senyum. Mereka semua seakan lupa dengan keadaan, mereka terlalu larut akan kebahagian.
Hanya kebahagian sesaat, kebahagian yang tidak pernah dirasakan oleh Syinsin. Bahkan di hari pernikahan sang kakak tercinta, Syinsin merasa tidak dianggap sebagai anggota keluarga oleh keluarganya. Miris memang, tapi orangtua dan kakak-kakaknya tidak pernah mengajaknya berbicara selama pernikahan berlangsung.

Apa itu yang disebut keluarga? Keluarga mana yang tega melihat salah satu anggota keluarganya didiamkan atau bahkan tidak dianggap sama sekali. Itulah yang sering Syinsin rasakan sejak kecil. Syinsin selalu mempertanyakan tentang identitas dirinya di keluarga Aston, apakah ia bukan bagian dari keluarga Aston sehingga mereka selalu membuat Syinsin menderita secara hati dan pikiran. Pertanyaan itu selalu muncul di benaknya, begitu banyak pertanyaan yang dipikirkan Syinsin, sehingga ia tidak menyadari kehadiran sang ibu di hadapannya.

Too Young For PREGNANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang