Twenty Eight

217 32 5
                                    

Ashley's POV

Aku, Luke, dan Niall tiba di depan 'rumah' ku dan Luke. Rumah bercatkan coklat tua dan beratap hitam. Rumah ini sangat indah, aku tidak pernah berpikir rumahku akan seindah ini saat aku menikah nanti. Rumah ini terlihat sederhana tapi terkesan 'mewah', entahlah, aku menyukainya.

"Apa perlu ku tunggu?" Tanya Niall, aku dan Luke menggeleng seraya turun dari mobil, "Semoga berhasil!" Ucapnya sebelum menginjak gas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Apa perlu ku tunggu?" Tanya Niall, aku dan Luke menggeleng seraya turun dari mobil, "Semoga berhasil!" Ucapnya sebelum menginjak gas.

Luke mengeluarkan sebuah kunci dari kantung celananya, entah bagaimana ia bisa mendapatkan kunci tersebut, tapi yang pasti pintunya terbuka.

Aku dan Luke berjalan memasuki rumah, dan foto pernikahanku dan Luke adalah yang pertama kali aku lihat. Aku berusaha mengabaikan tersebut dan mulai mencari 'mesin waktu'.

"Kau tau dari mana mesin waktunya?" Tanyaku, Luke menggeleng.

"Tidak, tapi sebaiknya kita berpencar untuk mencarinya." Aku mengangguk dan mencari di lantai bawah sedangkan Luke mencari di lantai atas.

Aku mengelilingi dapur, ruang makan, ruang keluarga, ruang tamu, tapi tidak juga menemukan apapun. Aku membuka hampir semua pintu di lantai bawah, dan hasilnya sama.

Aku menghela nafasku dan bersender di dinding, "HOLY SHIT" Seruku saat tiba-tiba bagian dinding yang ku senderi terdorong kebelakang. Dinding itu terputar dan dalam sekejab aku sudah berada di sebuah ruangan asing, well semua nya memang asing bagiku.

"LUKE!" Teriakku seraya menggedor dinding yang tadi ku senderi, tapi sepertinya Luke tidak mendengarku. Aku menyapu pandanganku ke sekeliling ruangan ini. Cahaya diruangan ini cukup terang. Apakah ini ruang rahasia? 

Aku berjalan ke salah satu meja di ruangan ini, banyak kertas yang berhamburan diatas meja ini. Aku mengambil kertas secara acak, dan mendapati sebuah kertas yang kurasa adalah sebuah surat.

Di pojok kiri atas surat itu bertuliskan; untuk Ashley Horan, jangan baca jika kau bukan dirinya.

"Halo, Ashley Horan. Aku senang kau membaca surat ini. Aku Ashley Hemmings, istri dari Luke Hemmings. Aku kembali ke masa lalu untuk memperbaiki semua kesalahanku terhadap Luke. Aku menulis surat ini untuk memberitahumu apa saja yang sudah aku perbuat. Baiklah, aku mempunyai seorang selingkuhan, namanya Josh.

Aku dulu bertemu dengannya saat aku kuliah. Aku melakukan hubungan yang seharusnya tidakku lakukan, dan aku mempunyai bayinya dalam kandunganku saat ini. Lalu aku juga adalah seorang jalang untuk Harry. Kau tau Harry, kan? Dia adalah mantanku. Aku sering pergi ke pestanya dan kadang-kadang menginap disana jika Luke sedang pergi.

Beberapa minggu yang lalu, aku juga sempat bertengkar dengan Luke. Karena dia mengetahui bahwa aku adalah jalang-nya Harry. Dan kami hampir saja bercerai jika saja aku lupa jika aku dan Luke tengah membuat mesin waktu dua bulan yang lalu. Kurasa Tuhan telah memberikanku kesempatan kedua, ku mohon jangan lakukan kesalahan yang sama lagi." Itu isi suratnya, saat aku mau mengambil kertas lainnya, aku mendengar Luke menyerukan namaku. Membuatku berlari kearah tembok tadi dan menggedornya.

"LUKE! AKU DISINI!" Teriakku, Luke pun menggedor tembok yang ku gedor tadi.

"Ashley? Kau disana?" Suara Luke terdengar.

"Ya, ya! Aku disini! Luke aku menemukan ruangannya!" Seruku.

"Bagaimana caranya kau masuk kesana?!"

"Aku tidak tahu! Tapi cobalah untuk bersender di tembok ini!" Aku menjauhkan diriku dari tembok, dan ya itu berhasil. Luke berhasil memasuki ruangan ini, aku memeluknya singkat dan menarik tangannya untuk ke meja.

"Coba kau cari petunjuk di meja ini" Ujarku pada Luke. Luke mengambil sebuah kertas, begitu juga denganku.

Isinya tidak ada yang terlalu penting, isinya hanya rumus. Aku menjauh dari meja tersebut dan berjalan mengelilingi ruangan ini, sampai mataku menangkap sebuah kertas yang ditempel di dinding. Aku berjalan kearah letak kertas tersebut.

"Time-machine. Please beware, close the door before turn it on" Aku mengerutkan keningku dan mencoba mencari kenop pintu mesin waktu ini. Tapi yang kutemukan adalah sebuah tombol bertuliskan open.

"Luke! I found it!" Seruku, Luke terlihat agak terkejut dan meletakan kertas yang ia baca ke meja. Luke berjalan kearahku.

"Menemukan apa?" Tanyanya.

"The time machine!!!" Seruku, senyum langsung mengambil alih wajah Luke.

"Apalagi yang kita tunggu? Ayo!" Seru Luke. Aku memencet tombol open dan seketika sebuah pintu bergeser. Aku dan Luke melangkah ke dalam, rahangku dan Luke langsung jatuh kebawah saat melihat mesin waktunya.

Mesin waktunya terlihat seperti sebuah mobil mewah, dan pintunya terbuka keatas. Akus segera menutup pintu ruangan tersebut, dan memasuki mobil-waktu itu.

"Kurasa ini untuk memilih tahunnya.." ujar Luke.

"Well?" Ujarku setengah gugup, Luke tersenyum kearahku, dan mengetik angka 2,0,1, dan 5

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Well?" Ujarku setengah gugup, Luke tersenyum kearahku, dan mengetik angka 2,0,1, dan 5. Menandakan kami agar ke tahun tersebut.

"Well, mungkin ini dia akhirnya. Ku harap kita akan bertemu lagi" Balas Luke. Aku bisa merasakan jantungku berdengup dengan kencang.

Luke memencet tombol enter, "I love you Ashley" Luke mencium bibirku dengan cepat, dan aku membalasnya.

"I love you too, Luke" Ujarku disela ciuman kami, dan kembali menciumnnya.

The FutureWhere stories live. Discover now