Chapter Twelve

353 48 7
                                    

Luke 's POV

Sinar matahari yang silau menembus jendela kamar. Membuatku terbangun.

Ah, sudah pagi rupanya. Batinku.

Aku melirik kesampingku. Ternyata Ashley sudah tidak ada. Apakah itu artinya dia sudah bangun? Tumben sekali ia bangun pagi. Biasanya kan ia tidur seperti kerbau.

Ah sudahlah. Aku bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju dapur dengan langkah malas.

Kau tau, aku sangat lelah. Semalam aku, Deandra, Edward dan Darcy pergi ke Disneyland lagi. Hehe. Makanya kami pulang sangat larut.

Ternyata saat aku masuk ke kamar, Ashley masih tidur. Jadi kuputuskan untuk mandi. Saat aku mau keluar dari kamar mandi, sial nya tidak ada handuk. Jadi aku terpaksa keluar tanpa mengenakan apa-apa. Untung saja Ashley masih tidur.

Karena aku tidak akan pernah ikhlas jika ia melihat itu ku.

If you know what i mean.

Maksudku, kami belum menikah--kami masih 16 tahun-- ya walau di jaman ini kami menikah. Maksudku, kami belum sah karena- argh, terlalu rumit untuk dijelaskan.

Okay, back to the story.

Saat aku telah sampai di dapur, Ashley, Deandra, Edward dan Darcy sedang makan dengan manisnya.

"morning daddy" sapa Deandra. Kubalas dengan senyuman.

"Kau masak apa?" Tanyaku pada Ashley. Ia menggerdikan bahunya.

"Aku saja tidak tau aku masak apa" ucapnya. Aku memutar mataku. Bagaimana bisa ia memasak sesuatu yang ia tidak tau namanya.

"Itu Waffel, Ashley" ucapku. Ia mengangguk.

"Memang itu Waffel" jawabnya.

"Nah, itu kau tau kalau itu Waffel. Kenapa kau bilang kau tidak tau?" Pekikku kesal.

"Well, itu kau tau kalau itu Waffel. Kenapa kau tadi bertanya padaku aku sedang masak apa?" Ucap Ashley sambil tertawa.

Sialan. Jadi aku terjebak permainan bodohnya?

"Kau menyebalkan" gumamku pada Ashley.

"Kau baru tau?" Aku mendengus kesal mendengar ucapannya. Kenapa ia sangat menyebalkan hari ini?

"Ah, terserah apa katamu. Aku lapar" ucapku sambil berjalan ke kursi disebelah Ashley--karena hanya itu yang tersisa-- lalu duduk dan memakan Waffels yang sudah disiapkan.

Ashley 's POV

"So, kalian kemana saja tadi malam?" Tanyaku pada keempat orang yang sedang memakan waffelnya ini.

"Kami ke Disneyland" ucap Edward. Disneyland?

Persetan dengan Disneyland. Aku jadi ingat kejadian waktu itu. Dimana saat itu Luke sedang bersama wanita jalang dan ia meninggalkan Darcy dan Edward di toko ice cream.

"Oh" jawabku singkat.

"Mum? Kau kenapa?" Tanya Deandra yang sepertinya menyadari perubahan nada bicara dan ekspresi wajahku.

Wow, ternyata ia sangat peka dengan keadaan sekitar.

"Apa? Ah. Aku tidak apa-apa. Aku hanya lelah. Sarapan kalian sudah habis. Sebaiknya kalian menunggu didepan. Bis sebentar lagi datang" ucapku. Deandra, Edward dan Darcy mengangguk. Lalu mereka berjalan keluar dari dapur dan sepertinya mereka akan melakukan apa yang aku suruh tadi.

"Hey Ash? Kau kenapa?" Tanya Luke setelah Deandra, Edward dan Darcy menjauh.

"Aku tidak apa-apa" ucapku lalu bangkit dari tempat kursi dan berjalan keluar rumah.

Kau tau, aku jadi malas sekali dengan Luke. Persetan denganmu, Disneyland. Aku tau ini bukan salah Disneyland. Melainkan salah Luke dan wanita jalang itu. Tapikan kejadian ini terjadi di Disneyland. Argh. Lupakan.

Fuck Luke, fuck you, fuck me, fuck Disneyland, fuck everything.

***

Aku berjalan memasuki rumah dengan langkah gontai. Aku sangat lelah. Ini sudah tengah malam.

Kau ingat saat aku bilang 'berjalan keluar rumah' ? Dengan begitu, aku langsung memasuki mobil dan mengelilingi kota ini, untuk menenangkan pikiran. Untung saja aku sudah mandi.

Saat jam 8 malam, aku ingin pulang. Tapi aku bertemu dengan teman Niall, sekaligus mantan pacarku, Harry.

Sepertinya ia yang menginspirasikan aku nama Darcy dan Edward. Karena ia pernah bercerita denganku, kalau ia ingin punya anak bernama Darcy. Kalau Edward, itu adalah nama tengahnya. Jujur, aku suka nama tengahnya, terdengar keren.

Okay, saat aku bertemu Harry, kami bercakap-cakap sebentar. Ternyata ia sudah punya 2 anak dan mantan istri. Ya, dia cerai dengan istrinya.

Setelah itu, ia mengajakku kesuatu tempat. Aku mengiyakan karena aku tak tau kalau ia akan membawaku ke pub malam. Sialan.

Untung saja aku selalu menolak tawaran minum dari Harry, dan ia tidak memaksa ku. Tapi kau tau apa? Saat ia mabuk, Ia menciumku ! Hell di bibir!!

Jika kalian bertanya kenapa aku panik, aku punya beberapa alasan :

1. Aku adalah mantan pacarnya.
2. Aku sudah menikah dengan Luke.
3. Aku sudah mempunyai tiga anak.

I mean, hey ! Dimana harga dirinya? Seenaknya saja mencium seseorang yang sudah punya suami!

Aku harus meminta maaf dengan Luke sambil berlutut di hadapannya.

Ck, hanya bercanda. Mana mungkin aku mau meminta maaf pada Luke sambil berlutut Dihadapannya? No way.

"Ashley. Kau habis darimana?"

The FutureTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon