Twenty Five

306 34 16
                                    

Tiba-tiba tawa kami berhenti saat mendengar klakson mobil.

Seorang lelaki berambut kriting sebahu muncul dari balik kaca hitam mobil yang di naikinya.

"Hey! Apa yang kalian lakukan disana?" suara memekik itu membuatku dan Ashley saling berpandangan. Ashley menatapku seolah mengatakan 'apakah ini jebakan lagi?', sedangkan aku menggeleng tanda tak tahu.

"Apa yang terjadi pada kalian!?" aku dan Ashley kembali menatap sosok pria berambut kriting yang bernama Ashton Irwin itu.

"Cepat naik mobil" ujar Ashton. Aku benar-benar bingung sekarang, bagaimana jika Ashton sekongkol dengan Harry, dan Ashton berencana membawa kami pada Harry? Oh tidak itu mengerikan.

Tanganku bergerak menuju tangan Ashley, aku meremasnya dengan keras seolah itu adalah sebuah kode. Ashley melihatku lalu mengangguk.

"satu, dua, tiga!" bisikku pada Ashley, kami pun segera bangkit dan lari sejauh mungkin dari mobil Ashton.

Pelajaran berharga dari ini adalah, jangan percaya siapapun.

Kami berlari tanpa menghiraukan panggilan Ashton. Padahal kami baru saja beristirahat, sudah ada cobaan lagi. Aku sangat haus, sangat-sangat haus. Jika dipikir-pikir, aku dan Ashley cocok untuk menjadi runner di Maze Runner, ahaha. Tidak lucu.

Aku dan Ashley berhenti di depan sebuah rumah yang aku ingat adalah milik Calum. Aku berjalan ke teras rumah Calum dan mengetuknya.

"Rumah siapa ini?" tanya Ashley, aku menoleh kearahnya yang ternyata sedang berjalan kearahku.

"Rumah Calum" jawabku singkat, Ashley melebarkan matanya. "Lalu kenapa kau ketuk pintunya?!" seru Ashley, aku memutar mataku.

"Ketiga kurcaci itu ku titip disini-" ucapanku terpotong saat mendengar suara teriakan dari dalam.

"Deandra!" seru Ashley, aku pun dengan panik membuka pintu rumah yang ternyata tidak dikunci. Demi Tuhan ini pemandangan paling mengerikan yang pernah aku lihat.

Seorang Selena Gomez memegang pisau daging yang penuh darah di depan anak-anakku. Bukan, bukan itu yang mengerikan, tapi sebuah kepala yang berada di tangannya.


"SELENA!" seruku yang langsung menarik tubuhnya dan mengunci pergerakannya di lantai. Sekilas mataku menangkap kepala yang berada di tangannya, mataku melebar saat melihat itu adalah Casena!

"F.ck Selena! Apa yang kau lakukan!?" teriakku, Selena berusaha memberontak, tetapi aku duduk diatasnya dan memegang kedua tangannya, sehingga saat ini wajahnya berhadapan dengan lantai.

"Ashley cepat bawa anak-anak ke mobil Calum! Ini kunci mobilnya!" seruku saat melihat kunci mobil di kantung baju lab Selena. Ashley mengangguk dan mengambil kunci mobil itu. Ia menggendong Edward dan Darcy secara bersamaan, diikuti Deandra dibelakangnya.

"Jadi kau membunuh kedua anakmu? Dan kau berusaha membunuh ketiga anakku? Selena apa kau sudah gila!?" Gila, ia benar-benar gila. Bagaimana bisa seorang popstar berubah menjadi seorang psikopat?

Selena tidak menjawabku. Dengan kasar aku merebut pisau dagingdi tangannya dan melemparnya sembarang arah. "Tobatlah!" seruku. Mataku tertuju pada kain yang berada di kantung labnya. Aku mengambilnya dan menutup mulut Selena dengan kain itu, membuat Selena tidak sadarkan diri. Setelah memastikan Selena tidak sadar, aku pun bangkit dan berjalan kearah mobil, namun langkah ku terhenti saat aku melihat tali sepatuku lepas. Aku pun menunduk untuk mengikatnya, namun tiba-tiba suara yang sangat nyaring membuatku mendongak, terlihat sebuah pisau daging yang menyangkut di atas mobil Calum.

Aku melebarkan mataku dan menoleh kebelakang, terlihat Selena yang menatapku dengan tatapan membunuh. Aku segera berlari dan menutup pintu. Aku berlari kearah mobil dan duduk di kursi mengemudi dan langsung melajukan mobil Calum.

Aku melihat Ashley yang duduk dibelakang untuk menenangkan ketiga anakku yang menangis sangat hebat.

"Semua sudah berlalu, sayang. Tidak usah menangis." ucap Ashley pada Deandra. Aku mencoba menormalkan pernafasanku. Sialan, jadi tadi Selena hanya pura-pura pingsan? Lalu saat itu ia langsung melemparkan pisau daging itu kearahku, namun meleset karena aku ingin mengingat tali sepatuku? Tuhan memang berpihak padaku. Terima kasih Tuhan, aku dan Ashley masih sehat setelah banyak sekali cobaan yang aneh ini, ya walaupun Ashley tidak sehat secara fisik.

"Edward" panggilku, "Duduk dipangkuan dad" Edward bangkit dari pangkuan Ashley dan melompat dari belakang ke pangkuanku. Ia memelukku erat.

"Terima kasih telah menyelamatkan ku, daddy. Kau superhero ku" aku tersenyum mendengar ucapan Edward, aku pun memeluknya dengan sebelah tanganku.

"Kau juga superhero ku, son."

"Kita mau kemana, Luke?" ujar Ashley, aku menggeleng. Aku juga tidak tahu tujuan kami, aku tidak akan mau kembali kerumahku dan Ashley. Harry dan geng bisa kesana kapan saja.

"Bagaimana jika kita kerumah Niall saja?" Aku mengangguk setuju. "Aku ingin, tapi aku tidak tahu dimana" ujarku pelan. Tiba-tiba Deandra meloncat ke depan untuk duduk di kursi sebelah pengemudi.

"Aku ingat jalannya" ujar Deandra.

"Baiklah, tunjukkan kalau begitu"

***

dabel apdet tapi pendek yea. Jadi kan tadi ya, kan aku dari kemaren sampai sekarang belum tidur, jadi ngantuk banget, tapi gak mau tidur.

Trus tadi sekitar jam 11 pagi, mamah baru pulang dari Jakarta, dan bawain album MITAM yang deluxe dan Sounds Good Feels Good, ya Tuhan:'D jadi terharry

Mungkin itu bayaran dari mama karena aku gak liburan kemana-mana, sedangkan mama sama papa ke Raja Ampat, ya Tuhan :'D

Yodah! Toodles












The FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang