[13]

117 14 0
                                    

Dinginku mampu menghangatkanmu.
Tapi hangatmu tak mampu menurunkan suhu dingin diriku.

.

Suasana rumah Daffa sungguh sepi. Sama seperti hatinya, sepi tak berpenghuni. Tadinya ada Sera tapi Sera sedang pergi bermain dengan temannya dirumah temannya. Sedangkan Bi Jamsin selaku pembantu dirumahnya kini sedang keluar untuk membeli keperluan dapur.

Daffa kini merebahkan tubuh diatas kasur, kini hari semakin sore dan Daffa merindukan seseorang, seseorang yang berperan penting dalam hidupnya. Yaitu sosok Mama. Tidak hanya Mamanya yang ia rindukan melainkan Papanya.

Tugas berat yang diberikan orang kantor membuat keluarganya terasa jauh. Apalagi sekitar seminggu yang lalu Mamanya menghubunginya kalau Papanya sakit tapi ia tidak mengunjungi Papanya. Rasa kesal masih berlaku baginya. Bukan kesal lagi tapi kebencian.

Daffa rindu masa kecilnya yang terasa bahagia dan penuh warna. Tak seperti sekarang, keadaan mampu merubah segalanya. Tentang takdir yang membawa derita, tak patut disalahkan. Tapi, entahlah.

Daffa bersyukur masa kecilnya dulu ia nikmati sedemikian mungkin. Tidak dengan Sera sewaktu kecil, teriakan dalam rumah waktu itu membuat Sera ketakutan dan hanya Daffa lah yang membuat rasa takut itu hilang. Dan sialnya, kini Mamanya menempatkan pembantu yang salah untuk bekerja dirumah, pembantunya seolah masalah baru lagi setelah masalah dalam rumah selesai.

Wajar seorang anak ingin teriakan dalam rumah berakhir walau dengan cara mengakhiri hubungan kudua orangtuanya. Daffa ingat betul, saat Papanya pergi dengan wanita baru yang sungguh hebat bisa merebut apa yang harusnya Daffa dan keluarganya miliki.

Perempuan itu sungguh hebat, ia merebut segalanya. Rumah yang dulu ramai dibuat sepi dan horor dibuatnya. Dan harusnya disini ada sosok Mama, yang memberikan sebagian kasih sayang untuk membuat keadaan tenang tapi lagi-lagi ini bersangkut pautkan dengan pekerjaan.

Kehidupan Daffa disekolah, sebenarnya tak sekaku itu. Daffa cukup bergaul tapi saat ia mengucapkan kalimat terkesan singkat. Untuk sosok Fina, Daffa sudah tau Fina. Sudah lama, waktu mereka kelas satu SMA. Fina perempuan yang bisa membuat Daffa menatapnya beberapa detik. Fina cukup mampu membuat Daffa tak berpaling dengan lesung pipi diwajahnya.

Sebenarnya, Daffa kenal Fina. Tapi itu semua sandiwaranya didepan Fina seolah-olah Fina asing baginya. Sesungguhnya, Daffa sosok yang PEKA. Ia bisa merasa kalau gadis itu memiliki rasa untuknya tapi ia tak begitu yakin. Dan jujur, ia takut jatuh hati.

Ia takut dimana jikalau ia menaruh hati untuk Fina dan ia nanti akan tertarik dengan wanita lain selain Fina. Dan yang akan terjadi adalah perpisahan, seperti yang terjadi diantara Mama dan Papanya.

Entah kenapa akhir-akhir ini jarak yang dulu sejauh matahari kini bisa sedekat nadi. Daffa tak mengerti dengan keadaan yang dimana ia seolah dibuat dekat dengan Fina.

Daffa memejamkan mata sejenak lalu membukanya setelah dering ponselnya berbunyi. Terpampang jelas nama Haikal dilayar tampilan sedang meminta Daffa untuk segera mengangkat panggikan.

"Apa?"

Disebrang sana Haikal tertawa mendengar suara Daffa yang terdengar cukup mengerikan. "Gue sama Prama mau ke rumah lo" kata Haikal.

DAFFINAWhere stories live. Discover now