[05]

241 16 2
                                    


"Kak Fina!" teriak Fija dari bawah terdengar jelas sampai dilantai dua dimana kamar Fina terletak.

Ia baru saja pulang karna sedari tadi lelah dengan keadaan. Ia bahkan seperti patung jika berada disekitar Tiga sekawan. Ia tadi ingin sekali menghubungi Rara agar bisa menemaninya disana tapi entahlah ia tidak ingin Rara hadir untuk mengoceh panjang lebar.

"Apa?!" kata Fina kesal, saat ia membuka pintu kamar.

"Itu ternyata lo dapet undangan ulang tahun. Undangannya nyelip dibawah kursi ketiup angin, nih!" kata Fija seraya menyodorkan undangan ulang tahun.

Fina beroriah setelah menerima undangan tersebut dengan senang hati. Jadi ini toh undangan ulang tahun si pentolan sekolah, pikir Fina.

Undangan tersebut nampak mewah, Fina membaca dengan seksama isi undangan tersebut. Fina mendecak saat mendapati Dress code dibagian bawah, jadi ia akan pergi sesuai Dress code yang tertulis. Black and white, sial. Padahal Fina lebih suka Maroon, Navy, Peach. Bukan Black white tapi sudahlah.

"Oke makasih" kata Fina sambil mengacak-acak rambut adiknya itu dengan gemas.

Adiknya berdecak lalu memutarkan kedua bola matanya secara malas dan pergi begitu saja dari hadapan Kakaknya.

Fina segera memasuki kamar, bergegas membuka baju dan segera menuju kamar mandi. Ia sedikit gerah, padahal tadi pagi ia baru saja mandi dan niatnya mandi nanti malam tapi batal.

*

Daffa membuka pintu rumah secara tak sabaran. Ia baru saja tiba dirumah setelah tadi adiknya menelfon, ia segera menuju kamar adiknya yang tepat berseblahan dengan kamarnya dilantai dua.

"Sera! Kamu didalem?" tanya Daffa, sedikit meninggikan volume suara seraya mengetuk pintu.

Tanpa suara, Sera keluar dari kamar dengan wajah takut dan mata sembab akibat terlalu lama menangis. Sera langsung memeluk erat Kakaknya, Kakak yang selalu disampingnya dikala ia butuh.

"Kamu udah makan?" tanya Daffa.

Sera menggeleng. "Kan nggak dibolehin makan" jawabnya.

Daffa mengangguk. "Udah mandi belom?" tanya Daffa lagi.

Sera menggeleng lagi. "Belom, nanti aja. Kan hari sabtu" kata Sera polos.

"Ya emang kalo mandi pake jadwal gitu?" sindir Daffa.

Sera memukul lengan Kakaknya pelan. "Ya suka-suka, Sera. Kakak mandi sana! Bau keringet!" tutur Sera.

Daffa mengangguk seraya mengacak-acakkan rambut adiknya dengan gemas. "Kamu juga mandi, nanti abis mandi kita makan diluar. Tapi jangan kasih tau siapa-siapa" bisik Daffa.

Sera melompat senang seraya merubah ekspresi wajah menjadi senyum gembira. Ia mengangguk lalu menyuruh Kakaknya untuk pergi dari hadapannya karna ia ingin mandi.

Saat pintu kamar adiknya tertutup, Daffa menghembuskan nafas lega. Akhirnya perubahan ekspresi wajah Sera cepat berubah menjadi tak murung lagi, ia sebenarnya heran dengan pembantunya kenapa sering sekali melarang adiknya makan.

Daffa ingin sekali melaporkan hal itu pada Mamanya, tapi tentu saja Mamanya tidak akan percaya. Waktu itu Daffa sudah mencobanya tapi tetap saja, karna Mamanya Daffa terlalu percaya pada pembantu mereka. Pembantu muda yang berstatus janda yang berkelakuan centil, ingin sekali Daffa memecatnya.

DAFFINAWhere stories live. Discover now