"Woy, Wan, ayok, kita udah ditunggu anak-anak" teriak seorang siswa laki-laki di depan pintu kelas.

"Duluan aja, gue izin rapat hari ini" ucap Iwan yang masih berkutat dengan buku bacaannya.

"Yaelah, woy sadar, lo kapten bego, bentar lagi pertandingan antar sekolah mau dimulai, dan lo, masih aja berkutat dengan buku ini" gerutu siswa tersebut sambil mengambil buku bacaan Iwan dan melihat judul buku tersebut. Sirah Nabawiyah.

"Ya ampun Wan, gak bosan lo baca buku dengan judul yang sama terus?"

"Gak, gue gak bosan dan gue gak bakalan bosan baca buku dengan judul yang sama, karena gue pengen tahu kehidupan Nabi gue, Dendi" ucap Iwan datar dan  merebut buku dari tangan temannya tersebut.

Dendi mengusap wajahnya kasar. Ia harus sabar menghadapi sahabatnya tersebut.

"Iwan, gue tau ya, lo tuh kutu buku banget jadi orang, dan sumpah, ini udah dua puluh buku lebih dengan judul yang sama lo punya dirumah. Dan gue yakin isinya mengarah ke hal yang sama, gak bosan apa? Gue aja satu buku gak pernah tamat-tamat sampai sekarang".

"Udeh deh Ndi, lo bisa diem nggak? Gue harus konsen baca buku ini" ucap Iwan.

"Woy, Dendi, Iwan, lo udah di tunggu sama pak Budi di ruang rapat, cepetan". Teriak seorang siswa lain di depan pintu.

"Rasain sekarang lo Wan, mati gue kalo harus diomelin sama pak Budi lagi". Ucap Dendi gusar.

Iwan dengan tenang memasuki bukunya kedalam tas dan berdiri dari duduknya. Ia kemudian berjalan keluar kelas dan sempat melirik sebentar ke arah Kirana yang sedang tertawa bersama Laras. Iwan tersenyum melihat Kirana yang sedang tertawa. Ia lalu melangkah keluar kelas.

"What? Iwan, tadi lo senyum?" ucap Dendi.

"Bukan urusan lo" ucap Iwan datar.

Dendi hanya menggeleng sambil tersenyum kearah para siswi sekolah yang sedari tadi berteriak tertahan saat melihat Iwan melintasi koridor kelas. Iwan tampak cuek dengan semua siswi tersebut.

"Wan, gue gak habis pikir ya, kenapa lo gak menyambut sapaan dari para fans lo yang notabene semuanya cewe? Dan kenapa sekarang lo gak pacarin aja sekalian, kan semuanya cantik-cantik".

"Ambil aja untuk lo Ndi, lagian nih ya, di kamus kehidupan gue, gak ada yang namanya pacaran, dan dalam Islam juga gak ada namanya pacaran".

"What? Hello Iwan, ini tu zaman modern, dimana ajaran orang yang pada udah tua gak bakalan ngaruh sama kita. Dan lo norak banget. Eh, tapi lo masih normalkan? Masih suka cewek kan?"

"Ya elah, ya masih normal lah gue. Dan gue juga suka sama seorang cewe juga bego".

"Siapa? Siapa cewe yang bisa membuat lo suka sama dia?"

"Nanti lo bakalan tahu, tapi tunggu pas gue mau ngelamar dia suatu saat nanti".

Dendi hanya menggidikkan bahunya kemudian mereka memasuki sebuah ruangan dan menghilang dibalik pintu.

**

"Assalamualaykum" ucap Kirana memasuki rumahnya.

"Waalaykumussalam non, udah balik ya non? Mau makan siang dulu atau mandi dulu non?" ucap mbok Asih pembantu dirumah Kirana.

"Mandi dulu deh Mbok, nanti aku makannya. Oh iya, mama sama papa udah pulang belum mbok?"

"Belum, tapi tadi ada telpon dari Tuan dan Nyonya non, mereka pesan, nanti kalau non udah pulang dari sekolah non harus menelpon mereka"

"Oke Mbok, aku keatas dulu ya".

"Baik non".

Kirana melangkah gontai menaiki anak tangga dan membuka pintu kamar lalu menghempaskan badannya keatas kasur. Ia kemudian memeluk bantal guling erat. Setitik air mata kemudian menetes dipipinya. Ia menangis sambil mendekap bantal guling. Mbok Asih yang berdiri di depan pintu kamar Kirana menatap iba kepada Kirana yang sudah dua bulan ini tidak bertemu dengan orangtuanya yang sibuk bekerja.

**

"Assalamualaykum"

"Waalaykumussalam, ayo cepetan masuk Iwan, kita makan bareng" ucap Umi membukakan pintu rumah untuk Iwan.

"Iya umi, emang kenapa umi?" tanya Iwan membuka sepatunya.

"Abi kamu udah pulang dari Turki, ayo cepetan ganti baju".

"Beneran umi? Yeee asiik" sorak Iwan yang langsung berlari mencari Abinya.

"Abiiiii" teriak Iwan lalu memeluk Abi yang sedang membaca koran di meja makan.

"Ya ampun anak Abi yang ganteng udah pulang toh. Eh tapi ini, baunya masem banget deh, cepetan ganti baju yah" ucap Abi sambil mengendus Iwan.

"Abii, Iwan kangen banget sama Abi tau" ucap Iwan setengah merengut.

"Iya deh, hahah, nanti habis ini, kita jalan-jalan gimana?"

"Horee, oke bi, kalau gitu Iwan ke kamar dulu mau mandi"

"Sip".

**

Senja pun telah menampakkan dirinya. Kirana tengah membaca sebuah majalah fashion yang sangat senang ia baca. Walaupun terkadang ia iri dengan para model yang bertubuh ideal dan bertanya kedalam hati 'kapan yah aku bisa kayak gini, ucap Kirana.

Getaran ponselnya mengalihkan pandangannya ke arah ponsel

Mama

Ia kemudian menggeser tombol hijau dan mendekatkan ponsel tersebut ke telinganya.

"Assalamualaykum ma"

"Waalaykumussalam Kira, kok gak nelpon mama sih tadi sayang?"

"Iya Kira lupa" ucap Kira yang berbohong. Ia tahu ia harus menghubungi orangtuanya tadi. Namun rasa sedih dan kecewa yang menghalanginya untuk menghubungi orangtuanya.

"Oo, Kira, mama mau bilang, mama sama papa baru bisa balik bulan depan, karena pekerjaan papa di Dubai terlalu banyak. Dan Mama juga disini bantuin papa kamu kerja, jadi maaf ya nak".

"Iya gak papa, bye mom" ucap Kirana lalu mematikan ponselnya dan kembali mendekap bantal di sofa yang ia duduki. Kembali ia menangis karena perasaan kecewa dan sedih ia rasakan.

Mbok Asih yang berjalan kearah Kirana sambil menenteng telpon berhenti tepat di belakang sofa Kirana. Ia kemudian membalikkan badan.

"Maaf bu, non Kira lagi berada di toilet" ucap Mbok Asih berbohong.

"Iya bu, nanti saya sampaikan, ya.. Ya buk, Waalaykumussalam warahmatullah".

Mbok asih kemudian meletakkan telpon tersebut ke tempatnya dan berjalan ke arah Kirana yang masih memeluk bantal sofa. Mbok Asih kemudian duduk di sebelah Kirana dan memeluk Kirana sambil mengusap punggung Kirana lembut. Kirana kemudian melepaskan bantal sofa dan memeluk Mbok Asih. Ia kemudian menangis di pelukan mbok Asih.



Bersambung..

Tbc ^^

CantikWhere stories live. Discover now