(7) Ketemu lagi

Mulai dari awal
                                    

"Woy!"

"Dan kamu milih siapa Nando Putra? Anggia atau Keira?" Mira tersenyum menggoda pada putra bungsunya.

"Ow!" Dimas berseru sambil menutup mulutnya. "Ternyata calon mertua sudah mengenal salah satu menantunya ya."

Mira tergelak sementara ekspresi Nando pias. Kalau saja tak ingat jika Dimas kakaknya, ingin dia sobek mulutnya dengan pisau.

"Keira cantik ngga?"

Pertanyaan Dimas membuatnya bangkit dari duduk, "Canti itu relative." jawabnya sebelum berlalu menuju tangga. Kembali tawa berderai setelah remaja itu pergi.

"Tiati baper."

***

Rara memasuki kelas pukul setengah tujuh lebih dua puluh yang artinya bel berbunyi sepuluh menit lagi. Beruntung tadi kakaknya bisa ngebut, kadang-kadang kalo dipikir lagi siapa yang bakalan ngebut pagi-pagi buat nganterin dia ke sekolah kalau kakaknya itu ke luar negeri. Sedih juga kalo dipikir-pikir, rumah juga makin sepi.

"Pagi." sapanya begitu masuk kelas.

"Iyuh, jam segini baru dateng!" seru Hanna dari bangku pojok belakang.

"Lebih baik telat dari pada tidak sama sekali, eaaa." balasnya enteng.

"Makan mulu sih lo!" seruan Bagas menggema. Gadis itu menyipit sembari mengangkat kepalan tangannya namun segera duduk di bangkunya begitu melihat guru terdisiplin mereka memasuki kelas. Bahkan sebelum bel berbunyi.

***

Bel istirahat yang berbunyi membuat beberapa anak kelasnya segera berhamburan keluar kelas sebelum kantinnya mulai dipadati siswa dari kelas lain. Kalau yang cewek lebih suka jajan pas hamper bel masuk, alasannya nyari tempat yang agak sepi biar ngga ribet. Agak bandel sih tapi daripada ngga makan sama sekali.

"Ra, masa Nando deket sama Gia anak IPA 7." ujar Indah sedikit kesal.

"Terus?" Gadis itu menaikkan satu alisnya.

"Ngga cemburu?" tanya Aura pelan. Rara malah tergelak.

Ketiganya melongo kecuali Kayla.

"Gue ngga suka, cuma kagum." Titik. Sebatas itu yang Keira katakan karena memang perasaannya masih sebatas itu.

Baru saja hendak bersuara, suara notifikasi Line membuatnya menghela nafas. Malas sebenarnya jika harus berinteraksi kembali dengan cowok itu.

Kak Randy

Nanti lo bareng Dito ya. ♥

###

Rara berdiri di pinggir gerbang sekolah sembari mengeratkan pegangannya pada tali ranselnya, panas dan malas. Dito mana? Kalau ngga niat nebengin harusnya nomong ih. Bikin tambah kesel ih, gerutunya dalam hati.

"Ram, gue nebeng dong." ujarnya begitu melihat sepupunya bersama motor besarnya keluar gerbang.

"Ogah, gue ngga mau dikira pacaran sama elo." Tolaknya mentah-mentah. Rara menggerutu lagi.

" Yaelah Ram, kita sepupuan. Ngga bakalan ada yang mikir aneh-aneh." keukeuh-nya. Tangannya menyatu di depan dada. Memohon sembari memelaskan wajah.

"Ya kan, ngga ada yang tau kalo kita sepupuan. Ntar si Dela bakal mikir aneh - aneh sama gue."

Rara menghentakkan kakinya kesal, Rama memang sepupunya tidak banyak yang tau karena memang tidak ada yang bertanya kepada keduanya. Maka dari itu mereka biasa aja.

Terlebih lagi dengan urusan Dela, Rara tau jika sepupunya itu jatuh cinta dengan sahabatnya. Aneh aja gitu liat si Rama, ABG labil dari taman lawang.

Rama mendekatkan mulutnya ke telinga Rara. "Denger - denger Dito udah balik ya? Gue tau dari mama lo, btw," Bisiknya.

' Ish.. Emak gue, mulutnya lemes banget. Gitu aja diceritain. Setdah.. ' batinnya gemas sendiri.

Rama melanjutkan, "dia lagi jalan kesini, jangan noleh. Dia dibelakang lo."

Rara menggigiti bibir bawahnya, Rama menepuk pundak sepupunya dua kali. "Gue tau kenapa minta nebeng gue. Jangan takut sama masa lalu."

Terdengar langkah Rama yang mulai menjauh, gadis itu berbalik kemudian menatap sepupunya yang berjalan mengampiri Dito. Keduanya tos ala cowok kemudian mengobrol sejenak.

"Lain kali jangan telat, kasian dia kepanasan. Tuh mukanya merah," Suara Rama terdengar samar-samar.

Kampret, mulut cewe..

Rara melangkah dengan ogah-ogahan walaupun akhirnya dia menghampiri Dito.

"Pulang?" tanyanya sambil merangkul Rara.

Gadis itu melepaskan rangkulannya dengan pelan kemudian memasuki mobil Pajero Dito dan duduk di sebelah kemudi. Cowok itu memandang Rara dengan sedih, sebegitu besar kah kesalahannya?

Dan setelahnya, Dito juga memasuki mobilnya lalu melajukan hingga meninggalkan kawasan sekolah.

***

Mobil yang ditumpangi keduanya memasuki sebuah perumahan elit, dan berhenti di depan rumah yang bisa dibilang... mewah. Dito keluar diikuti Rara dibelakangnya, melangkah memasuki rumah dengan ragu.

"Assalamualaikum, Ma." Gadis itu melihat Dito mencium tangan seorang wanita paruh baya yang sedang mengupas buah di meja makan.

"Waalaikumsalam," balasnya lembut. "Loh? Pacarnya Dito ya?" Wanita itu bertanya membuat Dito memutar bola matanya malas kemudian segera beranjak dari lingkup kaum hawa.

Rara menatap wanita yang berdiri dihadapannya sembari tersenyum lebar, detik selanjutnya gadis itu memeluk Icha—mama Dito—erat.

"Look at this Dito, pacar kamu!" serunya tak percaya.

"Mama.. ini Rara, ya allah.." tukasnya yang masih di dalam pelukan Icha.

"Are you kidding me? Kok cantik banget, mama pangling loh." tanyanya belum percaya. Rara memberengut.

"Ma, laper nih. Mau makan." Seorang gadis berpakaian santai baru saja menuruni tangga. "Siapa ma?" tanyanya seraya mengambil apel yang telah dikupas di atas piring.

"Tebak?"

Gadis itu melirik name tag Rara membuatnya membulat seketika. "Iyuh, Keira?"

"Kak Des," balasnya riang.

Dan adegan pelukan pun kembali terjadi.

"Emang cewek-cewek itu kalo ketemu pelukan?" Dito yang melihat itu dari lantai dua hanya menggelengkan kepalanya heran. "Kenapa cowok-cowok ngga sama ya?"

--------------


REVISI [6/7/17]

Vote dan Comment yaa

Ga Peka Dih ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang