LaQueen - 7

6.3K 471 37
                                    

Dengerin mulmed ya... ^^

----------------

Ketenangan ini menghanyutkan. Qui seperti tersedot dalam ruang hening yang justru ia sukai. Gemerlap dunia yang selama ini menjadi sahabatnya telah menciptakan penat yang menyakitkan. Seperti berada di atas samudera dengan hempasan ombak yang mampu mengaramkan kapal, sementara sekarang ia berada di tengah jenggala dan menikmati suara air tenang yang melenakan.

Kapan terakhir kali ia berada dalam belaian keheningan menenangkan ini? Nyatanya tidak pernah, ingar bingar kehidupan selalu membelenggunya, tidak menyisakan jeda untuk mengistirahatkan pikiran. Ia terus menjadi candu bagai drugs. Dan Qui ingin lepas walau sejenak. Darius nyatanya berhasil menyeretnnya ke dalam sunyi yang selalu ia nanti dalam imaji. Karena terlalu banyak kata, hanya akan menciptakan dusta dan kepalsuan.

Qui masih terseret dalam lamunan panjang, ditemani oleh hening yang menjadi selimutnya. Tanpa sadar, Darius sudah menghentikan mobilnya di sebuah pusat perbelanjaan terbesar di Moskow yang masih cukup ramai. Kota ini memang tidak pernah tidur. Qui mengernyit heran, memandang Darius tanpa kata. Hanya mampu bertanya dalam tatap.

Darius pun tidak menjawab, ia keluar dari dalam mobil dan berlari untuk membukakan pintu bagi Qui. Ragu, Qui turun dan memandang sekitarnya. Ah, tidak seharusnya ia memiliki pikiran buruk terhadap Darius. Darius jelas-jelas membawanya ke tempat yang sangat ramai, dan tidak mungkin Darius akan menyakitinya.

Lewat gerakan kepala, Darius mencoba untuk memberikan isyarat pada Qui agar ia mengikutinya. Qui mengangguk dan mengekor Darius yang berjalan beberapa langkah di depannya. Kedua tangan lelaki itu ia masukkan ke dalam saku celana. Darius tidak menoleh ke belakang, seperti tidak takut jika kemungkinan Qui tidak mengikutinya.

Sementara Qui masih disibukkan dengan pikirannya yang selalu ingin berkelana. Menatap tubuh jangkung yang kini berdiri kokoh di hadapannya. Dengan rambut diikat ke belakang yang justru semakin memperlihatkan kemaskulinannya. Sejenak Qui terpana, kedua birunya tak lepas menatap Darius. Ingin rasanya memeluk tubuh kokoh itu, meletakkan lelah dan penatnya di sana. Tetapi siapa dirinya? Ia hanyalah perempuan asing yang membutuhkan pertolongan dan pernah menghinanya di mata seorang Darius.

Helaan berat sekaligus menghantarkan tatapan Qui dimanjakan oleh sebuah pemandangan yang mampu membuatnya kehabisan oksigen. Ia berhenti kala langkah Darius juga terhenti. Mereka memandang bentang es yang kini berada di hadapan mereka. Hawa dingin yang menusuk Qui membuatnya memeluk diri sendiri. Tetapi ia suka dengan segala dimensi yang ada di sini. Seperti berada dalam dunianya sendiri. Hanya ada dirinya dan Darius.

Qui tersentak saat merasakan Darius menggandeng tangannya untuk duduk di sebuah kursi. Dengan penuh kesabaran, Darius berjongkok di depan Qui, melepaskan heels yang Qui kenakan dan memasangkan sebuah sepatu khusus di kaki kecil Qui. Setelah selesai dengan Qui, Darius melepaskan sepatu ketsnya dan memasangkan sepatu khusus itu juga di kakinya.Karena terlalu terkejut dengan semua ini dan membuat Qui tidak sadar sejak kapan Darius mempersiapkan ini semua.

Darius menoleh pelan pada Qui dan tersenyum tulus. Seandainya ia bisa membuka kata. Seandainya pita suaranya mampu memberikan kesempatan padanya untuk bersuara. Sayangnya tidak. Ia hanya mengandalkan gerak tubuhnya untuk berkomunikasi. Darius mencoba untuk melupakan getir yang ia rasakan saat mengingat kembali mengenai keadaannya yang menyedihkan. Malam ini saja, ia ingin melupakan segala laranya.

"Darius, a-aku tidak bisa ice skating," gagap Qui saat Darius mulai menuntunnya ke arena ice skating  indoor yang ada di dalam sebuah pusat perbelanjaan yang sudah sepi meskipun ada beberapa orang yang masih bermain. Arena ini memang buka 24 jam.

LaQueenWhere stories live. Discover now