LaQueen 2

8.6K 613 44
                                    


Deru napas yang memburu itu berpacu dengan suara pukulan setir mobil yang cukup keras. Ledarius Barnaby tak mampu menahan emosi yang sedang menguasai dirinya. Bagaimana mungkin dalam waktu satu hari sudah ada dua orang yang menghinanya sebagai lelaki bisu? Saat bertemu dengan perempuan di lobi flat ia memang sempat mendengar teriakan perempuan itu. Tuhan memang baik, terkadang orang yang memiliki kekuarangan seperti dirinya justru diberi kepekaan lebih terhadap hal lain. Dan indra pendengarannya begitu tajam sehingga ia mampu menangkap setiap makian yang tertuju kepadanya.

Bukan... ia bukan tunarungu. Ia kehilangan suaranya tidak sejak lahir, tetapi sejak sepuluh tahun yang lalu. Kecelakaan naas itu yang telah merenggut sesuatu yang amat berharga bagi dirinya. Suara. Ya, mungkin hanya sebuah suara. Tetapi itu mampu membuatnya larut dalam frustasi panjang yang menyiksa. Ledarius--atau biasa dipanggil Darius—menundukkan kepalanya, mencoba meredam emosinya yang sedang memuncak dan siap menguar bersama asap tak kasat mata yang keluar dari dalam kepalanya.

Tidak, ia bukan tipe lelaki yang mudah mengumbar emosi sejak dulu. Ia lebih suka memendamnya dan melampiaskan pada benda-benda di sekitarnya. Dan kali ini, kemudi mobil yang menjadi korban. Darius menyandarkan dirinya di kursi kemudi, kepalanya menengadah dan pandangannya menerawang.  Ia larut dalam sebuah perenungan.

Terkadang ia berpikir mengapa orang lain lebih mudah mengatakan hal buruk tanpa dicerna kembali bahwa kata-kata mereka bisa menyakiti orang lain. Baik, dua perempuan asing itu memang tidak mengetahui apa-apa mengenai kondisinya, tetapi tetap saja mereka telah menyakiti hatinya. Terlebih perempuan di dalam gedung pertunjukan itu. Perempuan yang tiba-tiba datang di hadapannya dan memaki tanpa alasan yang jelas.

Bruuaakk!!!

Darius kembali memukul setirnya keras, tidak peduli rasa ngilu yang timbul memijit jemarinya sesaat setelah pukulan keras itu. Rasa penat dan pening membuat otaknya tidak bisa berpikir jernih. Hazel-nya kemudian tertumbuk pada benda yang teronggok di kursi kemudi yang ada di sisinya. Sebuah biola berdawai patah. Sepertinya ia harus ke toko alat musik untuk memperbaiki biola ini... atau membeli yang baru? Entahlah... yang jelas biola ini harus segera diselamatkan sebelum pertunjukan itu berlangsung.

Darius kembali fokus pada kemudinya, ia menyalakan mesin mobil. Tetapi sedetik kemudian ia mematikan lagi saat melihat sebuah mobil Lamborghini berwarna kuning metalik yang melintas pelan di area parkir gedung pertunjukan ini. Darius sangat mengenali mobil itu, terutama pemiliknya. Mobil yang telah lama ditinggal oleh sang pemilik. Tetapi kini sang pemilik itu telah kembali dan Darius mendadak benci dengan kenyataan itu. Lamborghini itu kini telah bersanding rapi di sisi mobilnya.

Aaaarrgh!!!

Rasanya hari ini benar-benar hari terburuk dalam hidup Darius setelah kecelakaan naas itu. Darius menggigit bibir bawahnya. Ia tidak ingin bertatap muka dengan sang pemilik Lamborghini. Tidak di saat suasana hatinya sedang tidak baik. Bertemu dengannya sama dengan memperparah mood.

Pintu Lamborghini terbuka ke atas dengan begitu gagah. Sang pemilik yang mengenakan pakaian serba hitam turun dengan penuh percaya diri. Tubuh lelaki itu jangkung dan tegap. Dengan dada bidang serta otot-otot yang menonjol di aliran nadi lengannya. Dari samping, Darius bisa melihat rahang kokoh yang selalu menjadi ciri khasnya. Sudah tiga tahun berlalu, dan ia masih sama. Dengan keangkuhan yang tak akan pernah hilang. Dengan sorot tajam yang selalu penuh dengan otoritas. Dengan seringaian yang menjadi senyum andalannya.

Darius berdecak sebal saat lelaki itu menoleh ke arahnya dan menatapnya dari balik kacamata hitamnya. Lelaki itu menyunggingkan senyum sinis pada Darius sebagai salam pembuka.

Lelaki itu kemudian berjalan pelan ke sisi kemudi mobil Darius dan masuk ke dalam tanpa permisi, melemparkan biola Darius begitu saja di jok belakang.

LaQueenWhere stories live. Discover now