Brenda memejamkan matanya dan menangis.

"Dan ketika aku tau kamu kembali, saat itu pula aku berpikir akan membalaskan dendamku." lanjut James.

"Kamu mau apa James dariku? Aku sudah tidak punya apa-apa. Bahkan Rudyard house kini bukan milikku lagi." ucap Brenda disela-sela tangisnya.

James kembali terkekeh lalu menyandarkan punggungnya kesandaran bangkunya, "Aku sudah tau kalau itu dari sepupuku."

"Sepupumu?" tanya Brenda bingung dengan arah pembicaraan James.

"Ah, kau belum tau ya? Lucy itu adalah sepupuku. Kebetulan sekali bukan? Aku dan Lucy memiliki visi yang sama, sama-sama ingin menyingkirkanmu." kali ini James tertawa dengan senang melihat kekagetan dan kepanikan diraut muka Brenda. Brenda benar-benar merasa panik sekarang ini, ternyata Lucy adalah sepupu James. Brenda harus keluar dari sekapan James!!

"Lepaskan aku James. Kau brengsek!!" ucap Brenda meronta-ronta dalam duduknya yang juga terikat. Melihat ulah Brenda yang meronta-ronta membuat James kesal lalu mendorong bangku Brenda hingga Brenda dan bangkunya terjatuh kelantai. Brenda menahan rasa sakitnya ketika ia terjatuh.

"Percuma Brenda kamu tidak akan aku lepaskan. Aku ingin melihat kamu mati perlahan-lahan." ucap James yang bangkit dari duduknya. Ia lalu menendang perut Brenda tidak keras menurutnya, namun Brenda berteriak dan meringis kesakitan karena tendangan James.

"James, a-aku mohon lepaskan aku. Aku...aku benar-benar tidak mengetahui semua perbuatan papaku pada keluargamu." ucap Brenda sambil menangis, antara ketakutan dan menahan rasa sakitnya.

James mengelus kepala Brenda, lalu detik berikutnya ia menarik rambut Brenda dengan kencang sampai kepala Brenda mendongak, menghadap James, "Tenang sayang, aku akan mengantarkan kamu ketempat kedua orang tuamu, Brenda." Brenda meringis menahan sakit karena rambutnya ditarik dengan keras oleh James.

"Kenapa kamu tidak langsung membunuh aku saja, James?" ucap Brenda dengan nada sinis.

"Tidak semudah itu Brenda sayang. Aku ingin semuanya pelan-pelan." ucap James seraya melepaskan cekalan tangannya pada rambut Brenda dan melenggang pergi dari ruangan Brenda disekap.

"James!! Lepaskan aku Brengsek!! James jangan tinggalkan aku......" Brenda berteriak memanggil nama James berulang kali. Brenda terus menangis meratapi nasibnya sekarang ini. Semua orang pergi, bahkan James sahabatnya sendiri tega melakukan semua ini. Brenda berkali-kali meronta-ronta, namun bukannya terlepas justru ia merasa sakit di tangannya karena gesekan pada ikatannya. Kepalanyapun pusing karena tamparan James yang kencang tadi. Russel, entah mengapa Brenda saat ini membutuhkan Russel.

******************************

Russel masih saja mondar-mandir di dalam ruang kerjanya. Sudah dua hari Brenda pergi dari rumah, dan ia masih belum bisa menemukan Brenda. Russel mengerahkan seluruh orang kepercayaannya untuk mencari Brenda. 

'dimana Brenda?'

'bagaimana kondisinya?'

'apa yang sedang dilakukannya?'

Pertanyaan-pertanyaan itu selalu berputar-putar dalam pikiran Russel. Ia benar-benar merasa sangat bersalah dan bertanggung jawab dengan kondisi Brenda saat ini. Ia benar-benar merasa khawatir dengan perkiraannya sendiri, ia berpikir bisa saja Brenda diculik. Semua pekerjaannya dikantor ia serahkan kepada sekretarisnya untuk menghendelnya, Russel ingin benar-benar fokus dalam mencari Brenda.

*******************************

Lagi-lagi Brenda terbangun dengan guyuran air dingin yang membasahi wajah dan badannya. Rambut basahnya menutupi sebagian wajahnya yang terlihat pucat.

Rudyard HouseWhere stories live. Discover now