Part 6

38.2K 1.4K 23
                                    

Keesokan paginya Brenda masih tidak percaya dengan apa yang terjadi tadi malam. Russel memakan habis supnya!! Pagi ini Brenda sudah membantu Emma di dapur menyiapkan makanan.

"APA??!! Kenapa harus aku lagi, Emma?" tanya Brenda dengan kesal.

"Tuan Russel berpesan kalau mulai sekarang harus nona Brenda yang mengantarkan sarapannya."

Brenda mengendus dengan kesal, "Maunya apa sih orang tua itu??!!" dengan kesal Brenda membawa nampan itu ke kamar Russel.

**********************

Brenda mengetuk pintu kamar Russel, namun tak ada jawaban, mungkin Russel masih tidur. Dengan perlahan Brenda membuka pintu dan menutupnya lalu masuk ke dalam kamar Russel.

Kamarnya gelap, tirai masih tertutup. Hanya ada satu lampu dipojok ruangan yang menyala. Dengan hati-hati Brenda berjalan.

"Kau mengantarkan makanan?" tiba-tiba suara besar yang serak dari arah kasur terdengar mengagetkan Brenda. Brenda terlonjak kaget, hampir saja menjatuhkan nampan ditangannya.

"Ma-mafkan saya tuan bila mengganggu, saya membawakan makanan untuk tuan." ucap Brenda, buru-buru menaruh nampan itu di meja, hendak berjalan menuju pintu…

"Tunggu, kemari." perintah Russel membuat langkah Brenda terhenti.

Brenda membalikan badan menghadap Russel yang masih ada di atas ranjangnya. Kini lampu disamping kasurnya sudah menyala. Memperlihatkan dada bidang Russel yang tidak tertutupi sehelai benang!!! Russel sedang duduk diranjangnya dan menyenderkan punggungnya di kepala ranjang. 

Brenda menelan air liurnya, ia menarik nafas panjang. Brenda menjadi salah tingkah sendiri, ia masih berdiri ditempatnya, dengan ragu ia berjalan pelan ke arah Russel.

"Sepertinya aku demam. Tolong taruh tanganmu kekeningku, dan periksa suhu tubuhku." perintah Russel datar, sesampainya Brenda di samping kasur Russel. Brenda menjadi tambah salah tingkah dengan perintah Russel. Dengan ragu ia menaruh tangan kanannya kekening Russel memeriksa suhu tubuh Russel.

"Tu-tuan badan anda panas." ucap brenda ketika masih menempelkan tangannya di kening Russel, bahkan tangannya pindah menyentuh pipi Russel dengan punggung tangannya. Russel memejamkan matanya menikmati sentuhan tangan Brenda yang dingin.

"Saya akan mengambilkan handuk dan air dingin dulu, tuan." Brenda langsung bergegas menuju kamar mandi di kamar Russel. Setelah mendapatkan air dingin dan handuk ia bergegas menuju kasur.

Russel sudah berbaring dikasurnya sambil memejamkan matanya. Selimutnya hanya menutupi bagian pinggang ke bawah, sehingga mempertontonkan dada bidang dan lengan berototnya. Dengan hati-hati Brenda mencelupkan handuk kedalam air dingin, memerasnya, dan menaruh handuk dingin itu ke kening Russel. 

'kenapa Russel tau-tau sakit? apa ada hubungannya dengan makanan tadi malam?' tanya Brenda dalam hati.

Sudah dua puluh menit Brenda mengompres Russel. Brenda melihat Russel yang sudah mulai tenang. Ia bangun dari duduknya hendak pergi dari kamar Russel, sampai tau-tau ada jari-jari kuat yang menggenggam pergelangan tangan Brenda...

"Kau mau kemana?" tanya Russel sambil membuka matanya.

"Sa-saya mau kembali ke dapur, tuan. Nanti saya akan membawakan obat untuk tuan." ucap Brenda gugup karena ditatap terus menerus oleh Russel.

"Aku tidak butuh obat, yang aku butuhkan adalah kamu...." tau-tau tangan kekar Russel menarik tangan Brenda, sehingga Brenda jatuh menimpa badan kekar Russel. Rusel melepaskan kaca mata Brenda. Detik berikutnya Russel sudah menggulingkan badan Brenda kesamping. Russel lalu memeluk tubuh Brenda yang meronta-ronta, dan mengampit kaki Brenda dengan kaki besarnya.

Rudyard HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang