"Satu hal yang pengen gue lakuin sama lo, yaitu nyiksa lo. Eh tapi kayaknya bini gue udah duluan ngewakilin gue," kekeh Rezky lalu tanpa permisi masuk ke dalam kamar.

"Ngapain lo disini? Bini lo di sebelah."

Kataku ketika melihat Rezky dengan santainya memilih-milih softdrink dari refrigerator. Rezky berjalan ke arahku, "Kalo gak disuruh sama bini tercinta gue, gue gak sudi nemenin lo disini."

Menyodorkan softdrink, aku memandang Rezky dengan tatapan aneh, "Lo cuma boleh minum softdrink no alcohol. Ini titah dari kanjeng ratu Levina Estara Putri Barata"

Lama kita berdua terdiam akhirnya aku mengeluarkan suara, "They are mine..." Cicitku

"They?" Tanya Rezky bingung.

"Mereka kembar. Satu cewek dan satu cowok." Jawabku

"Wow! Two kids. Tokcer juga lo."

Aku mengendus kasar, "One kid is a lot, two kids like a small gang!"

"How old are they?"

Aku menatap langit-langit kamar, baru menyadari aku tak tahu tanggal lahir anakku sendiri. Sialan! Kenyataan ini benar-benar mengusikku.

"About six, maybe."

Dari sudut mataku aku melihat Rezky sibuk dengan tangannya. Beberapa saat matanya membulat lalu berkata, "Damn! What on your mind? Kalo anak-anak lo enam tahun itu berarti, lo hamilin dia tujuh tahun lalu pas dia 18 tahun. Elo ngehamilin anak SMA, shit! Ternyata Raka Barata, abang gue yang dielu-elukan orang-orang ternyata lebih brengsek daripada gua!"

"They are mine." Desahku lagi

"Of course they yours. Gue udah liat anak cewek lo, kalo diliat liat lagi muka lo sama anak lo cuma beda di warna kornea, mirip banget sialan!" Bentak Rezky.

Aku masih terdiam kepalaku berat serasa akan pecah. Aku meraih kaleng coke di atas meja saat pertanyaan Rezky menghentikanku, "Apa yang lo rasain waktu ketemu mereka?"

"Perasaan gue? Campur aduk. Gue ngerasa cowo paling brengsek, gue marah karna Kinara membunyiin kenyataan ini dari gue, jelas gue kecewa, gue sedih karna gue udah melewatkan ribuan hari sama anak gue, tapi... "

Aku menggelengkan kepala sambil membuka kaleng coke meneguknya hingga setengah untuk menghilangkan dahaga.  "Tapi itu semua sirna begitu Jared sama Janet ngucapin makasih karna gendong mamanya which they thought it was me. Ada suatu yang magis yang gak bisa gue cerna pake logika gue, saat mereka salim sama gue dan saat Janet ngehapus airmata dari pipi gue... Ada perasaan yang bikin hati gue hangat... Gue... Gue kaya nemun sesuatu yang bikin gue bahagia..."

Tak terasa butiran airmata jatuh melewati pipiku saat aku kembali membayangkan Jared dan Janet menyentuhku. Cepat-cepat  ujung telunjuku menyeka air yang berada di pelupuk mata.

"Lo udah minta penjelasan sama ibu dari anak-anak lo?" Tanya Rezky hati-hati

"Gak banyak."

"Apa dia ngasih tau lo kenapa dia pergi gitu aja?"

"Dia bilang dia gak akan dapet apa-apa kalopun dia ngasih tahu gue."

Rezky memandang tak mengerti, ia memandangku seakan meminta penjelasan lebih. Aku menunduk sambil menghembuskan nafas kasar, "Kalopun Kinara ngasih tahu gue tujuh tahun lalu bahwa dia hamil, itu gak akan ngasih efek banyak, dia pikir gue gak akan mau bayi itu. Dia pikir gue gak akan tanggung jawab, karna gue gak akan siap jadi seorang ayah."

Aku meremas kaleng coke hingga tak berbentuk dan melemparnya asal. Sementara Rezky mengeluarkan kotak putih kecil berisi beberapa batang lilitan tembakau. Aku menggeleng saat Rezky menawarkan batangan itu ke hadapanku. Mengapit batang itu di bibirnya sementara tangannya menyalakan kriket.

Broken Vow (SERIES 2)Место, где живут истории. Откройте их для себя