20. Scared : Part 1

Start from the beginning
                                    

"Ini buat lo karna udah biarin wanita itu berjuang sendiri ngelahirin anak lo. Sementara lo seneng-seneng. Asshole!" Teriaknya sambil menitikan airmata.

Aku masih dalam posisiku seperti awal sampai pulukan - pukulan Levina menggunakan sepatu flatnya hinggap di bahuku.

*BUGH BUGH BUGH*

"Ini buat lo yang udah jadi cowo terbrengsek abad 21. Elo cowo teranjing yang pernah gue kenal. Tergoblok karna lo malah diem dan gak ngejar dia!"

Aku menatap Levina nanar mencekal pergelangan tangannya yang sudah semakin melemah memukul bahuku. Bukan karna kesakitan tapi aku khawatir dengan janin yang ada di perutnya.

"Your baby, Levina..."

Levina mengelap pipinya yang basah, "Oh shit. Gue udah negative thinking sama suami gue." Sesalnya. Ia lalu menatapku sambil menunjuk mobil dengan dagunya, "Masuk. Kita harus balik."

Baru saja aku meraih handle pintu pengemudi, Levina mencekal tanganku. "Gue gak mau bayi gue mati konyol ditangan lo karna nyetir sambil galau. Lemme handle this," ucap Levina langsung mendudukan dirinya dibelakang stir.

Aku berjalan memutar, kali ini aku harus menutut karena benar kata Levina, kondisiku saat ini tidak memungkinkan untuk menyetir.

Sepanjang jalan hanya diisi dengan lagu klasik untuk bayi Levina. Levina memilih fokus ke jalan sementara aku memutuskan melihat keluar jendela mobil. Aku melirik ke arah perut Levina, pikiranku melayang.

Kemana Kinara pergi setelah mengandung anak-anakku? Apa sewaktu hamil Kinara mengalami morning sickness? Apa dia ngidam sesuatu? Misalnya seperti Levina beberapa bulan selalu ingin aku elus perutnya sebelum tidur, bukan pada suaminya.

Apa yang Kinara pikirkan setelah tahu ia mengandung anakku? Menyesalkah? Apa yang Kinara katakan kepada anak-anakku tentang ayahnya.  Apa Kinara mengatakan aku sudah mati? Aku tersadar dari lamunanku saat mobilku sudah terparkir rapi di salah satu hotel ternama di Bandung.

"Gue gak kuat kalo harus nyetir ke Lembang, jadi tadi gue nelepon suami gue buat dateng kesini. Bentar lagi dia dateng. "

Aku berjalan tanpa suara dari parkiran hingga menuju lorong kamar, Levina dengan sabar mengandeng tanganku sampai berhenti di depan pintu.

"You need someone to talk and here we are. You're not alone, we're family. You just stay calm, we will figure it out tomorrow. Ini kunci kamar lo." ucap Levina sambil menyodorkan cardkey dihadapanku, "Gue ada di kamar sebelah."

Aku hanya mengangguk lalu memegang tangan Levina, "Thank you."

Aku merasakan Levina memelukku, walau terhalang oleh perut besarnya aku masih sangat bisa menjalarkan rasa tenang, "Please, no alcohol tonight."

Aku tersenyum dengan langkah gontai memasuki kamar dan merebahkan diri di tempat tidur. Kembali aku memikirkan apa yang Kinara lakukan padaku, dimana ia selama ini menyembunyikan anak-anakku.

Pertanyaan-pertanyaan kembali muncul dikepalaku. Bagaimana sifat mereka? Apa salah satu sifatku turun kepada mereka? Karna secara fisik Jared dan Janet benar-benar mirip denganku yang membedakannya adalah mereka memiliki mata yang sama dengan Kinara.

Apa yang mereka berdua sukai? Apa mereka suka membaca sepertiku atau menulis seperti ibunya? Apa mereka ceroboh seperti ibunya atau genius sepertiku?

Getaran handphone di saku celanaku membuyarkan berbagai pertanyaan yang ada di kepalaku. Aku menyentuh layarnya memijit icon warna hijau.

"Whats up?"

"Open this damn door. Gue udah ngetok ratusan kali!"

Saat pintu terbuka munculah Rezky dengan senyuman menyeringai. Aku berbalik berjalan ke arah sofa karna malas dengan tatapannya seolah berkata 'see? Its not my fault'

Broken Vow (SERIES 2)Where stories live. Discover now