"Gue minta maaf karena udah fitnah lo, maaf karena udah sering nyakitin lo, maaf karena udah ngehina Tante Lily, maaf atas semua perilaku gue yang kekanakan!"

"Gue maafin," sahut Lynn langsung.

Yura bungkam selama beberapa detik. Menatap Lynn dengan pandangan mata yang tidak percaya. "Really? Segampang itu?"

"Lo berharap gue gampar lo terus dorong lo dari atas sini?"

"Nggak gitu juga!" Yura bergidik ngeri. "Lo kan bisa maki-maki gue! Gue nggak bakal ngelawan kok. Nggak bakal bilang sama Papa! Gampar juga boleh, tapi pelan aja. Gue nggak bawa bedak buat nutupin kalau bengkak!"

Lynn tersenyum sambil menggeleng pelan. "Buat apa? Lo minta maaf dan masalah selesai. Gue tahu lo tulus, makanya gue nggak mau memperpanjang," kata Lynn.

Yura terdiam. Tidak tahu harus berkata apa. Harusnya saat ini Lynn memaki dirinya. Dia dan Ibunya adalah penyebab semua kekacauan ini. Harusnya saat ini, Lynn bahagia bersama dengan keluarganya yang utuh. Dialah penyebab utamanya. Kalau saja malam itu Lily tidak menyelamatkan dia dan ibunya, tentu Lily tidak akan meninggal secara tragis.

"Lo tahu gue nggak pandai ngomong manis. Papa sama Mama ingin lo balik ke Rumah. Gue juga sih...," ucap Yura sambil memalingkan wajahnya. "Kita bisa tinggal sama-sama kayak dulu kalau lo mau."

Lynn tahu, Yura tidak berani menatap matanya karena malu. Gengsi saudara tirinya itu sangat besar. Tapi semuanya butuh proses, tentu Lynn tidak bisa memaksa Yura langsung bersikap apa adanya terhadap dirinya. Sikap Yura saat ini adalah sebuah kemajuan besar.

"Gimana? Lo mau nggak?" Yura memberanikan diri menatap Lynn kembali.

"Gue...." Lynn sengaja menggantungkan kalimatnya.

Yura tak sadar menahan nafasnya. Jantungnya berdegup lebih keras. Meski berusaha menyangkal, sebenarnya Yura sangat ingin Lynn menerima tawarannya.

"Gue nggak bakal nolak tinggal sama kalian."

Jawaban Lynn membuat senyum Yura mengembang. Perasaan senang sekaligus lega baru kali ini dirasakannya. Tidak pernah terbayang dalam mimpinya sekalipun, ia tertawa bersama Lynn. Tapi hari ini, ketika ia dapat membuka dirinya, ketika ia dapat menerima keadaan, ketika ia dapat mengikhlaskan yang lalu... semuanya kini menjadi lebih mudah.

Bukan Tuhan yang bersikap tidak adil. Semua yang ada dalam kehidupan menjadi sempurna ketika kita mau mensyukuri. Ketika mau membuka pintu maaf dan mengikhlaskan, serta melupakan dendam, dengan sendirinya mereka akan berdamai dengan kita. Tidak memiliki sebuah keluarga yang sempurna bukan alasan ketika kita menjadi sosok yang negatif. Semuanya tergantung dari diri kita sendiri, termasuk Lynn.

Lynn. Ia lebih memilih berdamai dengan masa lalu, menerima kekurangan, dan tidak mendendam. Sepeti yang selalu dipercayainya, semua akan menjadi indah pada saatnya.

"Boleh gue ziarah ke Makam Tante Lily?"

Lynn langsung mengangguk cepat. Hatinya berdesir, dia senang bukan main. Yura kembali tersenyum, kemudian ia berjalan menjauh, hendak membuka pintu. Dia berbalik sejenak sebelum benar-benar membuka pintu atap yang menghubungkan tangga menuju ke bawah.

"Lo jadian sama Maurer?" tanya Yura tiba-tiba.

Lynn tidak menjawab. Dia heran dengan pertanyaan Yura, tadi Kyra dan Rhea juga menanyakan hal itu.

"Lo nggak jawab berarti lo sendiri bingung. Ya udah terserah, pokoknya gue ucapin selamat buat kalian berdua deh. Langgeng!"

"Maksud lo apa?"

Yura mengendikan bahunya. "Lo bakal tahu nanti," ujarnya sambil lalu.

Lynn berdiri sendirian di pinggir tembok pembatas beberapa saat. Bingung dengan kalimat terakhir Yura. Namun akhirnya, Lynn mengabaikannya meski beribu pertanyaan terngiang di benaknya.

◆◇◆◇◆

Saya kepikiran ngebuat cerita ini karena masih banyak orang nge-bully anak-anak dari keluarga yang broken home. Kalaupun nggak ngomong secara langsung, mereka bisik-bisik di belakang. Entah apa sebabnya, ketika anak tersebut melakukan kesalahan, orang-orang langsung menghakimi, 'Pantas seperti itu! Nggak punya Mama-Papa!'

Begitupun dengan anak dari keluarga Broken home tersebut. Dia berulah dan mengatas namakan kegagalan orang tuanya dalam berumah tangga pada kenakalan yang dibuatnya.

Semua orang butuh waktu untuk mau menerima diri sendiri dan mencapai kedewasaan. Ingat, kita tidak bisa memilih lahir dalam keluarga seperti apa. Menjadi broken home bukanlah kesalahan anak tersebut. Tidak seharunya kita menghakimi apalagi mem-bully.

Buku 'Terlelap Bersama Bintang' (sudah tamat dan saya unpublish) juga menceritakan tentang seorang anak dari keluarga yang tidak sempurna. Sebagian besar cerita saya seperti itu sih. I'm Not A Troublemaker, Wrecking Ball, Nasty (cerita terbaru) semuanya mengangkat tentang kehidupan keluarga.

Dengan teknik menulis saya yang apa adanya ini, saya ingin menyampaikan, jika berada di keluarga broken home itu tidak lantas menjadikan mereka sebagai anak yang jahat. Justru mereka mungkin memiliki pemikiran dewasa melebihi anak seusianya. Jangan berkata jahat dan menyakiti orang lain, apalagi memberi cap karena dia sedikit berbeda.

Bagi kalian. Jika ada yang kesepian karena satu dan banyak hal. Mungkin saat ini kita belum mendapat kebahagiaan itu. Tapi suatu hari nanti, kalau kita percaya, kita bakal bahagia juga seperti Lynn.

Mungkin kalian bertanya-tanya kenapa saya nulis hal ini panjang lebar. Saya bukan drama apalagi cari perhatian. Buat apa? Toh cerita ini saya private dan kalian bersedia baca kan? Saya hanya ingin menyampaikan hal yang ingin saya katakan. Yang nggak bisa saya tulis jadi dialog dalam cerita ini.

Kalau ada yang bertanya, "Kok Yura jadi baik dan Lynn gampang banget memaafkannya?"

Jawaban saya adalah...

Karena saya nggak suka ngebuat tokoh yang sangat kejam. Seperti dialog dan narasi yang saya tuliskan di atas juga part sebelumnya. 'Tidak ada satupun orang di Dunia ini yang benar-benar jahat', semua itu pasti ada alasannya.

Saya bukan orang yang bisa diam saja saat ada orang yang ngomong kasar ke saya. Saya nggak mau munafik. Saya pasti bales dia karena saya orangnya nggak mau kalah. Tapi saya mudah maafin dan ngelupain semuanya kalau dia dengan tulus meminta maaf. Karena ya itu tadi... nggak semua orang bener-bener jahat.

Semoga di tulisan saya yang masih acak kadut ini, kalian bisa nemuin nilai-nilai penting di dalamnya. Persahabatan, cinta, dan keluarga.

Free buat chat saya dan nulis sesuatu di wall profile saya. Boleh nulis resensi tentang kekurangan dan kelebihan cerita saya di wall. Saya pasti bales. Tapi saya nggak tiap waktu ya buka wattpad. Hehe

Jangan lupain baca Love Me Harder yang mungkin buat kalian ketawa ngakak sama tingkah Kyra-Daryl (atau malah muntah?)
Wrecking Ball. Cerita Rhea-Bryan, cewek tangguh dan ajaib. Cuman di lapak saya aja kalian bisa nemu tulisan yang nggak jelas. Betul?

Sampai jumpa di Epilog >.<

Salam lope lope

Melinda


I'm Not A Troublemaker #1Where stories live. Discover now