Tatapan tajam menghujami Maurer saat ini. Maurer hanya menatap cowok itu tanpa ekspresi, tidak ada ketakutan sedikitpun di wajahnya. Tampak senyum mengejek di sudut kanan bibirnya. Dia berdiri tegak dengan kedua tangan menyusup di saku celananya. Dibelakangnya sudah ada Daryl dan Bryan yang juga menatap kelima Kakak kelasnya yang sok jagoan ini.
Terutama cowok yang kini telah mencengkram kuat krah baju Maurer. Tapi Maurer hanya diam saja. Tanpa takut ditatapnya balik mata kakak kelas songongnya itu.
"Lo nggak usah sok jagoan deh," ucapnya tiba-tiba dengan sangat santai.
Kontan saja Kakak kelas itu menjadi naik darah. Dilayangkannya satu pukulan keras di pipi kanan Maurer hingga dia mundur beberapa langkah. Maurer tertawa tipis lalu berjalan mendekati kakak kelas itu sambil membalas pukulan yang sempat mendarat di pipinya tadi. Baku hantampun tak terelakan. Keempat kakak kelas yang tadinya diam ikut mengeroyok Maurer karena dilihatnya teman mereka sudah kehabisan tenaga melawan anak baru itu.
Tak terima, Daryl dan Bryan turut turun tangan. Dann... JRENGGG!! perang dimulai. Lawan yang tak seimbang memang. 3:5. Tapi sepertinya kubu Maurer yang walaupun kalah jumlah tak mau kalah, malah sepertinya merekalah yang lebih unggul. Tiba-tiba Kak Jarvis selaku ketua MOS dan ketua Osis menyeruak bersama dengan panitia yang lain berusaha memisahkan mereka.
"Minggir lo Vis! Gue mau habisin ni anak! Dia main rebut cewek orang!!"
"Apa? Cewek Lo? Kayak gue nggak punya kerjaan aja. Cewek lo siapa aja gue nggak tau!" ujar Maurer dengan nafas memburu.
"Ethan! Maurer! Diem Lo berdua!" Perintah Jarvis. Jarvis kini sudah ada di tengah-tengah mereka berdua mencegah perkelahian susulan.
"Lina cewek gue! Nggak usah berlagak bego deh lo!" ucap Ethan tajam.
"Hmmm... Lina.. Lina..." kata Maurer sambil bergaya sok berpikir keras mengingat siapa cewek yang dimaksud.
"Oohh.. cewek mungil itu! Manis sih.. tapi bukan tipe gue. Dia yang kejar-kejar gue! Lo tuh yang salah, harusnya lo bisa jaga cewek lo kan?" imbuh Maurer dengan tatapan mengejek.
"Brengsek lo!" Ethan berusaha melayangkan satu tonjokannya di wajah Maurer tapi dengan sigap Jarvis menahannya.
"Lo berlima ke ruang BK! Lo semua uda ngacauin MOS ini dengan masalah nggak penting. Lo Maurer sama temen-temen lo ini ke UKS sana!" suruh sang ketua Osis dengan tegas.
"Nggak lah, luka gini aja ngapain gue ke UKS Vis," jawab Maurer dengan tawanya.
Jarvis membalas tawa adik kelasnya dengan senyum kecil. Mereka berdua sudah saling kenal sejak SMP karena sama-sama ikut ekskul basket. Jarvis adalah seniornya jadi mereka cukup dekat. Tanpa melawan perintah dari ketua Osis, Ethan dan keempat temannya langsung pergi ke ruang BK.
"Lo semua bubar! MOS Belum selesai kan?" kata Jarvis lagi sambil memandang wajah-wajah ingin tahu di sekitarnya.
Segera mereka semua yang berkerumun meninggalkan lokasi perkelahian sambil berkasak-kusuk. Karena pertunjukan adu jotos sudah selesai Rhea mengajak Kyra meninggalkan lokasi dan melanjutkan mencari tanda tangan dari Kakak-kakak kelas iseng.
Karena mereka berdua termasuk adik kelas tercantik jangan harap dengan mudah mendapatkan tanda tangan dari panitia laki-laki. Ada saja yang mereka lakukan untuk menarik perhatian dua makhluk cantik yang tengah menatap mereka dengan wajah kesal.
◆◇◆◇◆
"Gimana MOS kamu tadi sayang?" tanya Mama Kyra setiba puterinya itu di rumah.
Dengan langkah gontai dia duduk di sofa tepat disamping Ibunya, diterimanya segelas air meneral yang disodorkan oleh Minah. Ditegaknya air itu hingga habis tak bersisa lalu menatap wajah ayu wanita yang melahirkannya di dunia ini.
"Capek Ma.. masak dikerjain terus sama kakak kelas, uda gitu tadi ada Kakak kelas nyolot lagi," jawabnya dengan malas.
Dibelainya puncak kepala anak gadisnya dengan lembut, lalu tersenyum kepada puteri semata wayangnya ini.
"Ya udah. Mandi sana. Istirahat gih, uda sore ini."
"Iya Mah... Kyra naik dulu ke atas ya..." jawabnya lembut dan langsung diangguki oleh mamanya.
Masih dengan langkah malas Kyra menaiki anak tangganya satu persatu menuju kamar tidurnya yang cukup luas. Terpampang foto keluarga yang terdiri Mama, Papa, serta dirinya. Lalu disebelah foto itu ada foto dirinya bersama dengan temam-teman SMP-nya. Disebelahnya lagi ada fotonya saat bersama dengan Rhea. Ada pula yang bertiga bersama Rhea dan Lynn.
"Lynn.. apa kabar lo sekarang? Cepet dateng kek." desisnya sembari menerawang foto sahabat yang selalu dirindukannya 2 tahun ini.
◆◇◆◇◆
Rhea mencepatkan langkahnya ketika memasuki gerbang sekolah yang terlihat megah. Dia berjalan dengan langkah cepat, hampir berlari malah untuk menghindari cowok aneh yang dari tadi menggodanya. Namun memang nasib berkata lain ketika sudah sampai di depan ruang kelas, cowok itu langsung berdiri di hadapannya dengan senyumnya yang sumringah.
"Gue cumam mau nyapa Lo aja. Kok malah lari-lari sih?"
"Minggir Lo Bry!" Sentak Rhea. Cowok itu bukannya pergi malah bersiul nyaring.
"Inget nama Gue, Lo rupanya. Seneng banget deh Rhea cewek secantik Lo bisa inget nama gue."
"Emang Lo kira Gue bego apa nggak bisa inget nama orang! Minggir Lo!! Atau Lo mau Gue hajar?!"
"Janggan galak-galak dong. nanti cantiknya il...."
Belum sempat Bryan melanjutkan kata-katanya Rhea sudah menendang tulang kering Bryan dengan keras. Kontak saja cowok itu membungkukan badan mengusap-ngusap kakinya sambil meringis kesakitan.
"Rasain lo!" serunya ketika berlalu meninggalkan Bryan dan duduk di bangkunya yang berada tepat di depan Maurer.
Maurer dan Daryl hanya diam memperhatikan tingkah temannya sedari awal menggoda Rhea yang jutek. Kyra yang baru saja masuk kelas mengernyit bingung melihat Bryan yang terbungkuk-bungkuk sambil melihat wajah Rhea yang acuh. Bryan yang baru sadar akan kehadiran Kyra langsung berdiri tegap sembari menyunggingkan senyum mautnya. Kyra jadi tambah bingung dibuatnya.
Dengan gerakan tiba-tiba Bryan merangkul bahu Kyra dengan cengirannya yang lebar. Kyra hanya menatap Bryan dengan dahi mengernyit. Membuat Bryan tambah gede kepala dan merapatkan tubuhnya ke arah Kyra. Kini seisi kelas memandang mereka dan tertawa penuh arti. Rhea yang sedari tadi sibuk sendiri langsung terdiam dan menatap wajah Kyra dan Bryan yang ekspresinya sangat kontras itu.
Bryan dengan senyumnya dan Kyra dengan wajah yang menahan marah. Sedetik kemudian dengan gerakan amat cepat Kyra menyikut perut Bryan menggunakan sikunya lalu menendang tulang kering tepat di kaki yang tadi ditendang Rhea. Asli dia tidak tahu kalau sahabatnya itu melakukan hal yang hampir sama sepertinya tadi.
Bryan mengaduh kesakitan dua kali hari ini mengundang derai tawa seisi kelas. Maurer dan Daryl juga tertawa terbahak-bahak di tempatnya. Bahkan Rhea tertawa kencang sambil memegangi perutnya. Dengan santai Kyra berjalan menuju tempat duduknya yang berada tepat disamping Rhea.
◇◆◇◆◇
YOU ARE READING
I'm Not A Troublemaker #1
General FictionTiga cewek cantik, jago berantem berada di satu kelas yang sama dengan geng cowok yang mengganggu hidup mereka. Lynn, Kyra, dan Rhea harus menghadapi kelakuan Maurer, Daryl, dan Bryan yang absurd. Kyra dan Rhea yang moody, mudah emosi, mudah bt tent...
