Foto Gilby pulang dari klub.
Kalau sekolah rambutnya berwarna normal kok hehe
Bel berbunyi nyaring tepat saat Lynn berlari kecil menuju kelas 10-3. Dia bisa tersenyum lega karena Bu Mita belum memasuki ruang kelas nya.
"Tinggal di Jepang 2 taun nggak buat lo berubah Lynn, tetep aja ngaret." sindir Kyra ketika Lynn kini sudah duduk manis di bangunnya.
"Gue nggak ngaret! Gue masuk gerbang sekolah pas sebelum bel." sahutnya acuh membuat Kyra terkikik geli.
Kyra memperhatikan wajah Lynn dengan intens, tampak memar di sudut bibir kirinya. Bukan karena perkelahian kemarin pastinya, seingatnya tak ada luka di wajah cantik sahabatnya ini. Karena merasa terus diperhatikan Lynn menoleh menatap Kyra dengan pandangan bertanya.
"Kenapa Lo ngeliatin Gue gitu banget? Lesbi Lo?" tanya Lynn asal. Sebuah jitakan mendarat di kepalanya.
"Gue normal! Suka laki! Bibir Lo kenapa?"
Lynn tak mengacuhkan pertanyaan Kyra, malah tertawa mendengar protes teman sebangkunya ini. Kyra yang merasa keki karena diacuhkan menekan luka di bibir Lynn. Sontak saja gadis itu berteriak dan menatap Kyra dengan pandangan tajam. Seisi kelas kontan menoleh ke arahnya dan Lynn malah tersenyum memperlihatkan deretan gigi putihnya.
Lynn hendak melayangkan kata-kata mautnya tapi Bu Mita telah memasuki ruang kelas dengan senyum cantiknya. Segera Lynn kembali mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Kyra masih menatapnya dengan tatapan curiga, dia sibuk menebak-nebak dari mana Lynn bisa mendapatkan luka itu.
"Tumben Rhea diem aja di tempatnya?" tanya Lynn berbisik ketika Bu Mita asyik menuliskan huruf-huruf hiragana di papan tulis.
"Semalem dia dapet line, sms, telpon dari Bryan. Digombalin gitu. BT dia." jawab Kyra sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Lynn dengan berbisik.
Lynn berusaha menahan senyum dan melirik Rhea yang mukanya kusut seperti baju belum disetrika hari ini. Lynn baru saja sadar tempat duduk Bryan kosong. Dengan cepat dia menoleh ke belakang, benar saja bangku Maurer dan Daryl juga kosong.
"Ra, mereka bertiga ke mana?" tanya Lynn dengan suara mendesis.
Kyra yang langsung tahu manusia yang di maksud langsung melirik Lynn dengan sebal.
"Mana gue tau, Lo pikir gue emaknya?!"
Pintu kelas 10-3 dibuka dengan kasar oleh seseorang di luar sana, membuat perhatian kelas teralahkan pada pintu itu. Tampak 3 sosok cowok kece yang baru saja dibicarakan oleh Lynn dan Kyra membuat mereka berdua dan seluruh penghuni kelas ternganga. Bukan karena wajah ganteng mereka yang membuat terpana tapi penampilan mereka.
Baju sekolah mereka sudah tak berupa baju lagi. Seragam putih itu banyak bolong sana-sini dan bercak-bercak darah. Sepertinya bukan darah mereka karena tak ada luka di tubuh mereka. Hanya memar-memar di wajah dan beberapa bagian tubuh. Walau wajah mereka lebam tak sedikitpun mengurangi taraf kegantengan mereka.
Maurer masuk ke kelas disusul oleh Daryl dan Bryan yang berjalan santai. Mereka sama sekali tidak memperdulikan Bu Mita yang menatap tajam pada mereka.
"Berhenti! Saya tidak mempersilahkan kalian masuk!" perintah Bu Mita.
Mereka menghentikan langkahnya tepat di depan kelas, Maurer menatap Bu Mita tanpa takut.
"Maaf Bu, kami telat," ucapnya tanpa nada penyesalan.
"Kemarin, kalian diberi kesempatan oleh sekolah sekali lagi agar tidak pergi ke Panti, sekarang kalian bertiga menyia-nyiakannya. Ikut saya ke ruang BK. Akan saya pastikan kalian akan mendapat hukuman itu!"
YOU ARE READING
I'm Not A Troublemaker #1
General FictionTiga cewek cantik, jago berantem berada di satu kelas yang sama dengan geng cowok yang mengganggu hidup mereka. Lynn, Kyra, dan Rhea harus menghadapi kelakuan Maurer, Daryl, dan Bryan yang absurd. Kyra dan Rhea yang moody, mudah emosi, mudah bt tent...
