PART 24

24.1K 1.3K 121
                                        

Yuhuuu~
Typo bertebaran~

Sebentar lagi kita bakal pisah nih T.T

Maurer duduk di ayunan bersisian bersama Lynn. Mereka berdua berada di Taman kompleks tidak jauh dari kediaman Justin, Ayah Lynn. Maurer berada di posisi serba salah. Tentu dia tidak tega membawa seorang gadis yang terus mengeluarkan air matanya. Membiarkan Lynn menangis di sebelahnya tanpa bisa melakukan apapun, sungguh membuatnya tersiksa. Karena itu dia memutuskan memberhentikan mobilnya di Taman yang sepi. Ingin menghibur gadis itu supaya tidak menangis lagi.

Tangan Maurer terulur, hendak menyentuh pundak Lynn. Tapi diurungkan niatnya tersebut. Maurer menarik tangannya kembali. Dia menggaruk kepalanya sendiri yang tidak gatal. Berada dalam posisi yang serba salah sungguh tidak mengenakan. Di satu sisi ia sungguh ingin mengusap air mata Lynn dan mengatakan jika semua akan baik-baik saja. Namun masalahnya tidak sesederhana itu.

Pembicaraan sensitif yang seharusnya tidak didengarnya bukan masalah mudah yang dapat dilupakan begitu saja. Tidak mudah bagi gadis seusia Lynn menyimpan peliknya beban masalah keluarga. Maurer takut mengucapkan kata yang salah, khawatir, jika Lynn bukannya terhibur malah semakin sedih. Baru kali ini Maurer dibuat mati gaya hanya oleh seorang gadis.

"Makasih," ucap Lynn tiba-tiba.

Maurer terperanjat menatap Lynn. Satu kata singkat yang membuatnya merasa jika dirinya berguna saat ini.

"Gue minta maaf karena waktu lo terbuang sia-sia buat ngeliat drama keluarga, dan makasih karena lo ada di sana," imbuh Lynn tulus.

Kepala Lynn yang tadinya menunduk kini berani mendongak menatap Maurer. Cowok yang duduk di sisinya, menemaninya, dan siap untuk menghiburnya. Meski di Sekolah dia bergaya sok preman, meski beberapa kali keisengan cowok itu di luar batas dan seringkali membuatnya kesal, dari awal Lynn tahu jika Maurer bukan cowok brengsek yang bertebaran di luar sana.

Beberapa kali 'jalan' dengan Maurer dan mengenalnya lebih dekat, Lynn tahu jika Maurer adalah laki-laki menghargai seorang perempuan. Dipikirnya Maurer adalah tipikal cowok egois, namun ternyata, dia lebih mementingkan perasaan orang lain. Dan peristiwa hari ini adalah bukutinya, Maurer tahu cara menempatkan diri, bersedia menemaninya tanpa diminta, dan itu adalah nilai plus yang membuat Lynn bisa tersenyum saat ini.

"Nggak usah bilang makasih, lo senyum aja udah buat gue seneng," sahut Maurer.

Senyum di wajah Lynn mengembang. Maurer menghapus jejak air mata Lynn menggunakan punggung tangannya. "Lo cewek kuat, air mata lo mahal, jadi lo harus simpan baik-baik!" kata Maurer.

"Gue janji kalau ini terakhir kalinya gue nangis!" Mata bulat Lynn menatap Maurer penuh keyakinan.

Maurer mengusap puncak kepala Lynn. "Gue pegang janji lo!"

Berdua bersama Maurer membuat suasana hati Lynn jauh lebih baik. Jika sebelumnya dia selalu sedih berkepanjangan setelah bertengkar dengan Ayahnya, karena Maurer, dia dapat melupakan rasa sedih itu. Menggantinya dengan kehangatan yang membuatnya nyaman. Mereka kembali dalam keheningan, berperang dengan pikiran masing-masing.

"Gue boleh tanya sesuatu?" tanya Maurer.

Lynn mengangguk.

"Selama ini lo hidup sendiri? Dari setelah Mama lo meninggal?"

"Gue hidup sendiri dari dua tahun terakhir, setelah Mama meninggal, gue masih tinggal di Rumah papa. Tapi Yura terus bertingkah, dia nggak suka gue tinggal di sana, dia terus-terusan fitnah gue, dan akhirnya gue dibuang ke Jepang. Tinggal di sana sama Akane-san. Gue nggak pernah anggap dia pembantu karena dia udah seperti keluarga gue sendiri. Kalau sekarang, gue bener-bener tinggal di Apartemen sendiri seperti yang lo tahu," jawab Lynn panjang lebar.

I'm Not A Troublemaker #1Where stories live. Discover now