"Aku bilang akan kasih tahu nanti kalau aku udah selesai berpikir. Kenapa kamu nggak sabaran? Kamu itu harus diberi pelajaran. Terlalu ambisius itu nggak bagus. Aku tahu, kamu kalau punya keinginan suka nggak bisa sabar. Ingin cepat tercapai. Tapi sekarang, kamu nggak bisa begitu. keinginanmu ada urusannya dengan perasaanku. Dengan hatiku. Sesuaikan juga dengan caraku." Sifat Darwin yang satu ini membuat Vara jengkel. Seolah-seolah laki-laki itu sedang dikejar target penjualan saja, minta segalanya disegerakan.

"Nanti itu kapan? Aku tidak biasa membuang waktu."

"Nanti ya nanti. Berarti bukan sekarang." Vara menukas cepat. "Memangnya apa pentingnya status pacar? Kenapa orang seumuran kita masih perlu deklarasi jadian? Macam remaja saja."

"Penting. Biar aku bisa menciummu. Friends don't kiss. Dan aku perlu merasa aman, tahu bahwa kamu seratus persen yakin dengan hubungan kita. Kalau kita seperti ini, aku tidak akan bisa mengklaim apa-apa kalau kamu main-main dengan laki-laki lain. Aku tidak boleh cemburu, aku tidak boleh marah. Because we are in no-label zone." Darwin tidak tahu kenapa Savara masih menanyakan apa tujuan memberi kepastian untuk hubungan mereka.

There is a difference between girl friend and girlfriend. The difference is that damn little space and people call it friendzone. Sudah pasti Darwin tidak akan membiarkan dirinya masuk ke ruang gelap tak berdasar bernama friendzone itu.

"Kenapa cara berpikirmu berbeda dengan wanita lain? Setahuku wanita yang tidak diberi kepastian pasti sering insecure, khawatir si cowok masih 'shopping', khawatir kalau cuma dijadikan friend with benefit, dijadikan fuck buddy." Ini berdasarkan pengalaman Darwin, karena Elaisa dulu terlalu sering menanyakan bagaimana status hubungan mereka setelah empat kali kencan dan dua kali ciuman basah.

"Aku harus makan dan kerja lagi." Vara ingin mengakhiri percakapan.

"Bagaimana hari Minggu nanti?"

"Jemput aku di rumah." Vara masih harus menepati janjinya untuk ikut lari 5K.

***

Darwin meneguk segelas air putih dengan cepat. Percakapannya dengan Vara siang tadi berputar di kepalanya. Tidak tahu kenapa perasaan yang dia miliki terhadap Vara kali ini berbeda dengan apa yang dia rasakan kepada Elaisa dulu. Saat Darwin tertarik kepada Elaisa dan menginginkannya, Darwin sabar dengan prosesnya. Sedangkan untuk kasus Vara, ada suara di kepalanya yang terus membisiki Darwin untuk segera menjadikan Vara miliknya. Setelah mereka mengobrol dan sering menghabiskan waktu bersama, seratus persen Darwin yakin dia menginginkan Vara dalam hidupnya. Selamanya. Kapan lagi akan ada wanita yang suka memancingnya berdebat dan kukuh mempertahankan pendapat?

Dan Vara bilang apa tadi? Darwin terlalu ambisius?

"Ambitious? That's a word the lazy use to describe dedicated." Darwin menggumam. Di mana letak ambisiusnya? Memang sudah menjadi bawaan lahir bagi setiap laki-laki untuk berjuang habis-habisan mendapatkan wanita yang diinginkan. Apa saja akan dilakukan. Laki-laki akan memindahkan gunung, menguras lautan, atau memetik bulan kalau diminta.

Mungkin Vara belum tahu, kadang-kadang laki-laki bisa berbuat tidak masuk akal juga kalau sudah menyangkut cinta. Ingat cerita tentang laki-laki yang membawa dua puluh mobil mewah untuk menyatakan cinta? Atau laki-laki yang menghabiskan lebih dari delapan puluh ribu dolar untuk membeli iPhone yang digunakan untuk melamar gadis pujaannya? Yang fenomenal, dulu, Raja Edward VIII jatuh cinta pada janda keturuan Amerika dan bukan dari golongan bangsawan. Raja Edward diberi dua pilihan: lupakan Wallis Simpson atau turun tahta. Demi cintanya, raja tersebut memilih turun tahta.

Saat ini, Darwin bisa memahami yang dirasakan Raja Edward dalam cerita—atau berita—yang fenomenal itu. Ketika seorang laki-laki menyadari betapa berharganya seorang wanita dalam hidupnya, maka dia tidak akan menukarnya dengan apa pun juga. Bahkan tidak dengan tahta. Lucunya, hari ini Vara menilainya ambisius, karena Darwin ingin memilikinya.

Sepertinya setiap gadis punya cap masing-masing untuk Darwin. Seperti Elaisa dulu, yang selalu mengatainya egois.

"Kamu egois!" Elaisa terlalu sering mengatakan ini dulu sampai Darwin bingung sebenarnya siapa namanya: Darwin atau Egois.

Ambisius, kalau kata Savara. Yes, that's my middle name, Beautiful.

***

Jika teman-teman menyukai cerita yang kutulis dan bisa dibaca gratis di sini, teman-teman bisa mendukungku dengan cara membeli salah satu bukuku: Geek Play Love(Dinar/Jasmine), The Danish Boss(Kana/Fritdjof), My Bittersweet Marriage(Afnan/Hessa), When Love Is Not ENough(Lilja/Linus), Midsommar(Mikkel/Liliana), Bellamia(Gavin/Amia) dan Daisy(Daisy/Adrien). Harga mulai dari Rp 25.000,-

Tersedia di: Toko buku, Shopee Ika Vihara(Bebas ongkir), Google Playstore

Atau WhatsApp aku di 0895603879876 juga boleh message di Instagram (at)ikavihara.

Terima kasih untuk tidak membeli buku/e-book bajakan. Sebab untuk riset dan sebagainya aku memerlukan dana dan hanya dari hasil penjualan buku asli aku bisa menyediakan cerita lain yang bisa dibaca gratis.

SAVARA: YOU BELONG WITH MEDonde viven las historias. Descúbrelo ahora