I FOUND YOU SO HOT AND I WANT TO ASK YOU OUT

21.7K 2.4K 136
                                    


Terima kasih kepada teman-teman yang sudah menghargai usahaku untuk menulis cerita dengan tidak membeli e-book bukuku melalu Line, Instagram, atau media lain. Aku hanya menyediakan e-book melalui Google Playstore. Ketika teman-teman membeli di tempat lain, aku tidak akan mendapat apresiasi apa-apa. Harganya tentu lebih murah, jauh lebih murah. Karena, ya karena mereka tidak perlu modal apa-apa untuk jualan. Tinggal bajak sekali saja.

Kadang kesel banget, sudah jual e-book bajakan, pakai mention/tag saya pula. Luar biasa. Kalau nggak mampu beli, nggak masalah juga kan, aku meng-upload di sini, meski lama dan versinya pasti bukan versi sepanjang dan sebaik yang kujual. Paling nggak tahu ceritanya.

Anyway, aku sangat menghargai teman-teman yang sudah memberli buku-buku, baik cetak maupun elektronik, yang resmi dan ori, selamanya aku akan berterima kasih kepada kalian semua. Semoga bermanfaat dan layak diwariskan kepada generasi selanjutnya.

####

"Jangan ngomong sama aku, Am," kata Vara saat mereka sedang berjalan bersama ke toilet. "Aku lagi marah sama kamu."

"Kenapa marah? Seharusnya kamu bersyukur aku ngirim cowok ganteng begitu."

Tentu saja Vara dengan jujur akan mengakui Darwin enak dipandang. Badannya tinggi dan tegap. Sedikit lebih tinggi daripada suami Amia. Sekali lihat orang tahu dia rajin bergerak. Tampak bukan seperti orang yang kerjanya menghabiskan waktu di dalam kantor seharian, karena kulitnya cokelat, tanda banyak menghabiskan waktu di luar ruangan. Raut wajahnya memang terkesan garang seperti singa, tetapi tunggu sampai Darwin tersenyum, sorot matanya akan berubah menjadi ramah dan kadang jenaka. Tulang pipi dan rahangnya jelas dan dagunya ... Vara belum pernah melihat laki-laki memliki dagu sesempurna itu. Dipadu dengan leher, dada, dan bahu yang kukuh, bagian atas dari tubuh Darwin sangat bisa dipakai untuk model iklan sampo, pembersih wajah, atau razor.

Rambutnya panjang di bagian depan dan Darwin menyisirnya rapi ke belakang di puncak kepala. Rambut-rambut tipis menutupi rahangnya, Vara tidak percaya Darwin mencukurnya sendiri. Pasti dia menggunakan jasa profesional yang mungkin biayanya sebesar gaji Vara. Kalau selama ini Vara tidak suka melihat laki-laki dengan wajah tertutup rambut, maka pada Darwin Vara membuat pengecualian. Asal tetap terawat seperti itu.

Tapi kata tampan terlalu sederhana untuk menggambarkan Darwin. Seluruh tubuh Darwin menggambarkan satu kata yang akan ditangkap semua orang dengan jelas. Powerful. Darwin seperti bisa mengendalikan apa saja. Dirinya sendiri, orang lain, dan sekitarnya.

"Aku nggak perlu cowok ganteng, Am. Dengan berangkat bareng kamu, aku berharap kita bisa ngobrol. Aku perlu sahabatku. Bukan jodoh." Dengan kesal Vara menumpahkan segala isi hatinya. Demi Tuhan! Apa Amia akan masuk dalam daftar orang yang tidak dia sukai? You know, someone who goes on and on about how good to have someone to hug at night, and even tries to influence us into finding perfect match.

"Kita tetap bersahabat...."

"Kita jarang ketemu, Amia. Kita jarang ngobrol," potong Vara.

"Kita masih WhatsApp dan telepon, Var." Amia berhenti di depan pintu kamar mandi dan menggigit bibir bawahnya. Tampak merasa bersalah.

"Ha! Maksudmu kamu sering lupa balas dengan alasan nggak pegang HP? Sekalinya kita bicara, yang kamu bicarakan selalu saja Gavin. Gavin ini, Gavin itu," tukas Vara.

"Sorry, Var. Aku ... aku nggak sadar melakukannya. Aku belum terbiasa dengan pernikahan ini dan tiba-tiba aku hamil." Amia menyentuh perutnya yang tampak siap meledak. "Aku belum bisa membagi waktu antara pernikahanku dan persahabatan kita."

SAVARA: YOU BELONG WITH MEWhere stories live. Discover now