LOSING BEST FRIEND TO MARRIAGE

31.7K 2.9K 210
                                    

Teman-teman harus baca DAISY dan BELLAMIA dulu sebelum membaca SAVARA ini. Supaya semakin kenal dengan karakter-karakter yang banyak muncul di sini. Kedua cerita tersebut tersedia e-book-nya di GOOGLE PLAYSTORE . Tidak tersedia di tempat lain. Kalau beli di tempat lain, berarti itu bajakan dan aku tidak akan mendapatkan apresiasi apa-apa. Atau kalau mau baca paperbook/buku yang dicetak bisa dibeli di toko buku, atau hubungi WhatsApp 0895603879876 untuk beli melalui aku atau untuk dapat link pembelian di aplikasi belanja online: Shopee dan Bukalapak.

####

Terbukti. Ada banyak hal yang tidak bisa lagi dilakukan bersama sahabat, Vara menghitung selama beberapa bulan terakhir. Bukan Vara tidak punya teman lain. Temannya banyak. Hanya saja tidak ada satu pun yang 'klik' seperti dirinya dengan Amia. Vara sudah mencoba untuk ikut bergabung dengan kelompok Arika dan Tania, teman-teman kerjanya di kantor. Tapi karena Tania merokok dan Vara tidak tahan harus duduk di smoking area setiap kali mereka makan di luar, maka hanya sesekali saja Vara menghabiskan waktu bersama mereka. Beberapa teman dari SMA dan kampus yang dulu akrab dengannya, sudah berkeluarga. Tidak ada waktu lagi untuk berkeliaran di luar rumah.

Hal menyebalkan pertama pasca-menikahnya-Amia adalah Amia tidak bisa lagi diajak pergi tanpa rencana. Sabtu siang, ketika Vara tidak ada kegiatan dan ingin ngobrol atau jalan-jalan, Amia tidak pernah bisa menemaninya tanpa janjian dulu jauh-jauh hari.

"Sorry, Var, aku nggak bisa, ini lagi keluar sama Gavin." Biasanya begini jawaban Amia.

"Aku tanya Gavin dulu, ya, Var." Segala sesuatu yang dilakukan Amia, kini izinnya ada di tangan Gavin.

Kalau Gavin sedang ingin Amia berada di bawah ketiaknya sepanjang hari, dengan gampang Amia akan mengatakan, "Gavin di rumah, Var, aku nggak bisa pergi."

Menghabiskan waktu bersama pasangan agaknya menjadi prioritas bagi seorang wanita yang baru saja menikah, kalaupun mereka punya waktu untuk mengobrol—melalui telepon paling tidak—bersama teman, maka obrolan tersebut sudah pasti berputar pada kehidupan barunya. Menyebalkan sekali. Ketika mereka seharusnya membicarakan tentang seri baru dari merek lipstik favorit mereka, Amia malah melantur membicarakan hal lain.

"Ya ampun, Var, tadi malam aku pengen banget makan es krim rasa kacang ijo. Jam dua malem. Gavin cuek aja. Coba kamu pikir, Var, mana ada suami yang bisa tidur nyenyak saat istrinya ngidam sampai nggak bisa tidur?"

Pembicaraan kembali pada masalah Gavin. Segalanya tentang Gavin.

Bagaimana kalau ada film baru di bioskop yang sedang populer? Dulu Vara menonton bersama Amia dan beberapa teman kerja mereka. Tapi sekarang, Amia tidak pernah ikut lagi.

"Aku mau nonton sama Gavin, Var. Kamu mau gabung?"

Hal menyebalkan yang kedua, menelepon Amia tidak lagi bisa dilakukan setiap saat. Seperti malam ini, setiap kali Vara ingin melakukan WhatsApp call, kepalanya berpikir logis, memberinya berbagai macam kemungkinan. Jam tujuh malam mungkin Amia dan Gavin sedang makan malam. Jam sembilan malam mungkin Amia dan Gavin sedang tidak bisa diganggu. Lebih malam lagi, mereka sudah tidur. Serba salah. Sambil menarik napas, Vara meletakkan ponselnya di meja di samping tempat tidur dan memilih untuk menghabiskan waktu dengan membaca buku.

***

Vara memutar gelas tinggi berisi butterscotch di depannya. Sejak lima belas menit yang lalu Vara duduk sendirian di sini, di meja bundar dekat dengan pintu masuk. Orang-orang lalu lalang keluar masuk kafe. Seorang laki-laki berkemeja biru yang sedang mendorong pintu kafe dari luar. Gavin, Vara mengenali dengan jelas sosoknya. Kalau jam segini, jam delapan malam, Gavin masih bisa berkeliaran di luar rumah, seharusnya Amia bisa mencuri waktu untuk duduk bersamanya di sini. Tapi saat Vara mengirim WhatsApp selepas kerja tadi, Amia bilang dia sedang menunggu Gavin yang sebentar lagi akan pulang.

SAVARA: YOU BELONG WITH MEΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα