18. Truth and Tears

Mulai dari awal
                                    

Aku melihat dari posisiku, Raka berjongkok menyelaraskan tinggi badannya dengan Double J. Nafasku tercekat. Dadaku sesak. Tiba-tiba saja airmata menggenang di pelupuk mata. Antara haru, sedih dan satu persen rasa bahagia bercampur lebur menjadi satu.

"Uncle.... Tadi siang aku gak sempet bilang..." Kata-kata Jared terpotong oleh Janet, "Makasih yah udah bantuin gendong bunda."

Janet lalu meraih tangan Raka dan mencium punggung tanganya. Aku bisa melihat tubuh Raka menegang, tatapannya tertuju pada Janet begitu juga saat menit selanjutnya Jaredlah yang mengecup punggung tangan Raka. Aimataku yang selama beberapa menit ini tertahan perlahan turun. Aku melihat wajah Raka yang tidak bisa aku prediksi, namun hatiku terenyuh saat aku melihat ada airmata di pipi Raka.

Airmata apa itu?

Airmata bahagiakah dengan pertemuanya?

Atau justru Raka menangis sedih karena ternyata ada makhluk yang tidak ia inginkan berdiri dihadapannya?

"Uncle are you crying?" Tanya Janet saat tangannya terulur menghapus jejak airmata di pipi Raka.

Aku menegang saat melihat Raka memegang tangan Janet, sentuhan itu... Ada rasa tak terima Raka menyentuh Janet lebih dari itu. Double J memang lahir tanpa direncanakan, tapi aku tak pernah satu detikpun menyesal atas keputusanku mempertahankan mereka. Aku sama sekali tak ingin berbagi Double J dengan Raka, aku tak ingin kehilangan mereka.

"Uncle nangis karna capek gendong bunda? Uncle gak perlu repot lagi. Nanti kalo Red udah gede, Red yang gendong bunda kalo bunda pusing," jelas Jared juga menghapus airmata Raka mengikuti adiknya.

Aku memalingkan wajahku ke arah lain saat aku mendengar Raka membisikan nama yang ia pilihkan sendiri untuk anaknya, "J-J-Jared?"

"Kenapa uncle tahu nama aku? Uncle siapa?" Tanya Jared penasaran sekaligus waspada.

Jantungku berdebar dua kali lebih keras dan lebih cepat, tanganku tiba-tiba saja dingin. Bagaimana ini... Apa yang akan Raka jawab? 

"U-Ucl..." Desahannya mencoba memanggil memperkenalkan dirinya sendiri, seperti tidak nyaman ia berkata lagi, "S-S-aya"

Sebelum terlambat aku potong perkenalan Raka, "Dia temen bunda, namanya Uncle Raka."

Raka langsung menoleh ke arahku tatapannya seperti akan menelanku habis-habisan seakan tak terima. Memangnya apa yang Raka harapkan? Memperkenalkannya sebagai ayah mereka? Aku merasa Raka tak punya hak apapun atas mereka. Kehidupan kami sudah tenang dengan atau tanpa Raka.

Ketegangan seketika dipecahkan oleb suara Levina, "Mbak Kinara, boleh saya pinjem Jane sama... Jared buat nemenin saya makan McFlurry? Saya gak suka makan sendirian," mohonnya tetapi lebih terdengar paksaan.  Belum sempat aku menjawab permintaan Levina ia langsung saja membawa Double J ke meja yang berda di dekat jendela.

Aku berjalan melewati Raka dan mendapat cekalan di lengan atasku.

"Kinara..." Desahnya tercekat, "Can we talk outside?"

Aku tak pernah takut Raka akan murka karna selama ini menyembunyikan anak-anaknya. Aku tahu ia tak akan peduli dengan Double J. tapi tetap saja aku selalu takut reaksi Raka yang akan menolak anak-anaknya, aku tak akan sanggup. 

Tangan Raka tak lepas dari lengan bagian atasku ia menggiringku sampai area parkir yang agak sepi. Kita berdua saling berhadapan penuh dengan rasa gelisah.

Setelah bertahun-tahun, takdir membawamu lagi.

"Apa kabar?"
"Bagaimana hidupmu tanpa aku?"
"Setiap detak denyut nadiku, Aku selalu memikirkanmu"

Broken Vow (SERIES 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang