"Lynn udah besar Ma! Tapi Lynn nggak ngerti tuh!"
"Nanti kalau Lynn udah besar ... besar ... dan besar lagi!" Lily merentangkan tangannya lebar-lebar untuk menerangkan seberapa besar Lynn nanti.
Lynn mengangguk. "Terus Lynn nggak boleh benci mereka ya Ma?"
"Nggak boleh. Suatu hari nanti, mereka akan menjadi baik sama Lynn, kalau Lynn juga baik sama mereka."
"Kenapa Mama Verla nggak pernah ngomong sama Lynn? Kenapa Yura nggak mau main sama Lynn? Lynn nggak pernah jahat sama Yura. Tapi Yura marah kalau Lynn mau main sama-sama. Mereka nggak sayang sama Lynn ya?" Lynn menundukan wajahnya sedih.
Senyum di wajah Lily menghilang. Berganti dengan tatapan sendu. Lynn kembali mendongakan wajahnya, mencari jawaban atas pertanyaannya barusan. "Ma, mereka nggak sayang Lynn?"
"Nanti, Mama Verla pasti mau ngomong sama Lynn. Nanti, Yura pasti mau main sama Lynn juga. Nanti, mereka pasti menerima Lynn karena Mama Verla dan Yura itu sayang sama Lynn." Lily menyunggingkan senyum palsunya. Mata Lynn berbinar ketika mendengarnya.
"Bener Ma?"
Lily mengangguk yakin. Lynn tersenyum, turun dari pangkuan Ibunya kemudian mengambil boneka kesayangannya. Gadis kecil berambut panjang itu keluar dari ruangan dengan langkah cepat untuk mencari Yura. Lily hanya bisa membiarkan saja.
Hujan deras mengguyur Rumahnya, membuat gadis itu terkurung di dalamnya. Sempat dilihatnya Ibu yang sangat dicintainya mengejar Verla dan Yura yang ada dalam gendongan. Lynn merengek ingin ikut bersama Lily, tapi Lily tidak mengijinkannya.
"Lynn tunggu di Rumah ya. Mama pasti cepat kembali!" ujar Lily. Kemudian dia menutup pintu dan mengejar Verla.
Lynn benar-benar menunggu Ibunya pulang dari balik jendela. Meski sudah mengantuk, Lynn tetap berusaha untuk tetap terjaga. Ibunya bilang akan segera pulang, dan Ibunya tidak pernah berbohong. Matanya makin terasa berat, tak lama, gadis kecil itu benar-benar melayang ke alam mimpi.
Lynn membuka kedua matanya perlahan ketika sinar matahari masuk melalui celah jendela. Semalam dia duduk di kursi dan tak ada yang memindahkannya. Lynn menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan Ibunya. Lynn menangkap keberadaan Verla yang berjalan cepat menuju kamar Ayahnya. Segera gadis kecil itu membuntuti mencari tahu.
Terdengar suara Verla yang terisak. Di ambang pintu Lynn mendengar satu berita yang membuat gadis itu berdiam diri di tempatnya tanpa tahu harus berbuat apa.
"Lily meninggal karena aku. Apa yang harus kulakukan? Apa yang harus kukatakan pada gadis itu?" ucap Verla di tengah tangisnya.
◆◇◆
Gadis kecil yang berpakaian serba hitam itu duduk di pinggir pusara sendiri. Kedua matanya menatap lurus nisan yang bertuliskan nama Ibunya. Diusapnya tanah yang memendam jasad Lily berulang kali.
"Mama bilang akan kembali. Lynn udah nunggu Mama, tapi kenapa Mama nggak pulang? Mama benci sama Lynn ya? Mama nggak sayang Lynn lagi? Lynn kan nggak pernah nakal! Lynn nggak pernah berantem! Lynn juga rajin belajar! Kenapa Mama nggak mau pulang ke Rumah? Lynn pengen ikut Mama, tapi kata Mama Verla, nggak boleh. Mama Verla bilang, Mama sudah ada di Surga. Lynn nggak bisa nemuin Mama. Surga itu jauh ya Ma?"
Verla yang berada tepat di belakang Lynn saat itu hanya bisa menangis. Rasa bersalah yang menghantuinya membuat Verla tidak bisa memeluk apalagi menghibur gadis kecil itu.
"Kenapa Mama jahat sama Lynn? Katanya nggak akan pergi ninggalin Lynn, katanya Mama akan kembali! Lynn kangen Mama ... Mama nanti pulang ya, jangan pergi-pergi lagi! Lynn pengen buat kue kesukaan Papa bareng Mama. Janji ya Ma ... Mama pulang ya? Ma ... Mama pulang ya?"
Verla membekap mulutnya sendiri, takut suara isaknya akan membuat Lynn mengetahui keberadaannya. Apa yang harus dikatakannya jika gadis itu bertanya padanya? Verla tak akan sanggup menceritakan kejadian naas malam itu pada gadis sepolos Lynn.
"Ma, sekarang Lynn sendirian."
◆◇◆◇◆
Sama kayak cerita Kyra. Cerita ini saya nggak sempat edit lagi. Alurnya agak ngebosenin kayaknya ya? saya mentok, nggak tahu mau nulis gimana lagi. Nggak ada ide. Tapi kan udah janji mau update. Terus, suasana liburan juga sangat mempengharuhi. #alesan
Maunya kemarin saya langsung buat mereka mesra di bab ini. Tapi saya pikir akan ada sesuatu yang bolong. Kurang pas. Part selanjutnya Maurer-Lynn bakal lebih mesra deh...
Salam lope lope
Melinda
VOCÊ ESTÁ LENDO
I'm Not A Troublemaker #1
Ficção GeralTiga cewek cantik, jago berantem berada di satu kelas yang sama dengan geng cowok yang mengganggu hidup mereka. Lynn, Kyra, dan Rhea harus menghadapi kelakuan Maurer, Daryl, dan Bryan yang absurd. Kyra dan Rhea yang moody, mudah emosi, mudah bt tent...
PART 23
Começar do início
