"Teruskan! Apa yang terjadi malam itu Ma?" Yura bertanya ingin tahu. Ditepisnya rasa takut jika apa yang dipikirkannya saat ini adalah benar.
"Sebuah mobil berjalan cepat ke arah Mama. Tubuh Mama mendadak kaku, dan kamu yang ada di dalam gendongan telah tertidur lelap. Lily, dari belakang mendorong Mama. Menggantikan kita mati. Dia meninggal di lokasi. Mama nggak bisa melupakan kejadian itu!"
Pandangan Yura kosong ketika menatap Verla. "Bohong kan?"
Maurer menghampiri Lynn yang hampir saja jatuh karena tidak kuat menopang tubuhnya sendiri. Kakinya terasa lemas. Maurer memeluk pinggangnya, menyangganya agar Lynn tetap berdiri tegak di sana. Lynn mendongak menatap Maurer. Wajahnya terlihat berantakan. Mata dan hidungnya memerah. Bekas air mata di pipinya membuat Maurer tidak mengenali jika gadis di depannya ini adalah gadis kuat yang berhasil memeluk hatinya.
"Bawa gue pergi dari sini. Tolong ... bawa gue ya?" Lynn meminta. Suaranya terdengar lemah.
Maurer mengangguk. "Jangan nangis lagi ya," ucapnya sembari mengusap bekas air mata di pipi Lynn.
Ganti Lynn yang mengangguk. Maurer sedikit menundukan wajahnya. Memberi salam kepada Justin sebelum membawa Lynn keluar dari Rumah itu. Justin mengangguk samar. Salahkan dirinya atas kesalahan masa lalunya! Tapi waktu tidak dapat diulang kan? Boleh kan jika berharap semua akan baik-baik saja setelah semua ini?
◆◇◆
Flashback
"Ma, mengapa Lynn punya dua Mama? Teman Lynn hanya punya satu." Lynn kecil menghampiri Ibunya yang sedang merajut di pinggir jendela.
"Bukannya bagus punya dua Mama? Lynn nggak akan kesepian kan?" balas Lily. Ditaruhnya topi rajutannya yang belum selesai di atas meja. Wanita itu tahu, jika anak kesayangannya ini tidak akan berhenti bertanya sampai dia puas.
"Mereka bilang Lynn kasihan soalnya punya Ibu tiri dan adik tiri. Kenapa mereka kasihan sama Lynn?" tanya Lynn polos.
Lily mengangkat tubuh Lynn dan mendudukan anak gadisnya itu di pangkuannya. Lynn menatap Ibunya penasaran. Lily mengelus puncak kepala Lynn penuh sayang. Rambut panjang membingkai wajah mungilnya. Gadis kecil itu makin terlihat imut ketika mata polosnya menyorot ingin tahu.
"Mengapa Lynn dikasihani?" tanya Lily balik.
Lynn mengangkat bahunya dengan bibir mencebik. Pipinya yang chubby menggembung kesal.
"Memangnya Lynn nggak bahagia?" tanya Lily lagi.
Lynn memandang Ibunya sejenak untuk berpikir. Tak lama gadis kecil itu menggeleng. "Bahagia. Asalkan ada Mama, Lynn pasti bahagia!"
Lily kembali tersenyum. "Kalau begitu, jangan hiraukan perkataan mereka. Lynn kan sudah besar!"
"Tapi Lynn kesel sama mereka! Lynn pengen bales ejek mereka juga pokoknya!"
"Nggak boleh! Lynn tidak boleh jadi orang yang pendendam!"
"Kenapa Ma?" kembali gadis kecil itu bertanya dengan polosnya.
"Lynn tidak boleh membeci orang lain. Meskipun mereka mengejek, tidak suka sama Lynn, dan mereka juga jahat. Lynn nggak boleh balas!"
"Kenapa begitu Ma?" Lynn terlihat kesal dengan Ibunya.
Lily mencubit hidung Lynn gemas. "Ketika mereka mengatakan tidak suka, mereka bukan benar-benar tidak suka sama Lynn, ketika mereka menjadi jahat sama Lynn, bukan berarti mereka orang jahat!"
Kepala Lynn menggeleng kecil. "Lynn nggak ngerti maksud Mama!"
"Kamu ingat aja perkataan Mama. Kalau Lynn udah besar, pasti ngerti!"
VOCÊ ESTÁ LENDO
I'm Not A Troublemaker #1
Ficção GeralTiga cewek cantik, jago berantem berada di satu kelas yang sama dengan geng cowok yang mengganggu hidup mereka. Lynn, Kyra, dan Rhea harus menghadapi kelakuan Maurer, Daryl, dan Bryan yang absurd. Kyra dan Rhea yang moody, mudah emosi, mudah bt tent...
PART 23
Começar do início
