Sneak A Peek

3.3K 199 0
                                    

Sejauh apa pun kau sanggup berlari, selama apa pun kau berhasil menghindar, pada akhirnya cinta akan tetap kembali memaksa mengambil hatimu....
♡♡♡

Jakarta, 2006

Upacara dimulai. Satu persatu petinggi sekolah dipersilahkan untuk memberikan kata sambutan. Satu, dua, tiga, empat, hingga orang yang kelima tanpa jeda memberikan sepatah dua patah kata 'katanya'. Namun pada kenyataannya, sambutan itu terdiri lebih dari ratusan kata dan dikalikan lima orang, jadilah sekian ribu kata.

Illy sudah menggerak-gerakan tangan, menghentak-hentakan kaki, bahkan sudah mencoba menghitung domba di kepalanya. Mungkin imajinasi mengenai domba-domba berbulu putih dan lebat seperti Shaun the Sheep akan membuat udara panas di sekitar kepalanya berubah sejuk bersalju. LOL.

Tiba-tiba saja, Illy merasa seperti perutnya tengah diobrak-abrik dengan seisinya berusaha mendesak keluar. Mati-matian ia menahannya, dan berhasil. Tapi, sekarang keringat dingin mulai membanjiri tubuhnya, dan perutnya malah terasa panas. Diperparah dengan dadanya yang mendadak sesak. Kunang-kunang bertaburan di udara, berkerlap-kerlip seperti bintang. Lama-kelamaan, cahaya kunang-kunang itu merata, semuanya terlihat putih bersih, dan perlahan berubah gelap seiring kepalanya yang terasa berat.

BRUGK!!!

Illy kehilangan keseimbangan dan terjatuh menindih seseorang yang berbaris di belakangnya. Untuk sepersekian detik, ia kembali membuka sedikit matanya saat merasa ada sandaran nyaman yang menahannya. Dalam pandangan yang sudah kabur, ia melihat sepasang mata hazel nan teduh, dilengkapi hidung mancung dengan satu titik hitam menempel di sana. Ia tersenyum, lalu menyentuh titik hitam itu seraya meracau. "Kok ini gak bersinar? Kunang-kunangnya...." Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, matanya sudah sepenuhnya tertutup.

"Tanduuu! PMR! PMR!" teriak anak laki-laki yang berdiri di depan Illy tadi. LOL.

~~~

Hari pertama MOS....

Illy sudah siap dengan rok yang terbuat dari tali rapia tiga warna di luar rok birunya, topi dari bola plastik yang dibelah menjadi dua bagian, rambut dikepang dua, tas terbuat dari karung beras, dan tidak lupa papan nama bertuliskan 'Illyea /bakpao', dilengkapi nama keompok di bawahnya, 'Kelompok 11'.

Masih di gerbang sekolah. Illy berdiri malas, langkah beratnya sedikit diseret. Rasanya ingin kabur saja dari acara konyol itu. MalesZzzz!

"Ayo, masuk! Gue gak mau gara-gara lo kelompok kita kena hukum."

Tiba-tiba, seperti deja-vu, anak laki-laki bernama Rendy itu kembali berlari menyalipnya. Tapi, kali ini ada yang mengganggu perhatian Illy hingga ia kembali mengejar Rendy. "Hei! Maksud lo gara-gara gue apa?"

"Kita kan sekelompok. Lo pikir kenapa kemarin gue yang dititipin buku lo? Ya, karena kita sekelompok," jawab Rendy, masih sambil berlari.

Mulut Illy menganga. Kebetulan yang sama sekali tidak lucu!

Tiba di lapangan tempat tragedi pingsan, Illy segera menelaah titik dimana ia pingsan dan mendadak seperti sudah melupakan sesuatu. "Kemarin gue pingsan, kan? Kok berasa ada yang aneh, ya...?" gumamnya seraya menerawang.

"Semua anak berbaris sesuai kelompok, satu kelompok terdiri dari lima orang! Kita kasih kalian waktu 30 detik untuk berbaris, dimulai dari sekarang!" Seorang panitia MOS memberi instruksi dengan pengeras suara.

"Ayo!" Rendy menarik tangan Illy dan menyeretnya menuju kelompok 11, itu terlihat di papan yang berdiri di depan baris yang berisi 3 orang, dua orang laki-laki, dan satu orang perempuan.

Illy melihat anggota kelompoknya itu satu persatu, sampai pandangannya terhenti pada anak laki-laki yang berdiri di barisan paling belakang, mungkin karena anak itu paling tinggi. Seketika pandangannya terpaku pada hidung mancung. Bukan hidungnya, melainkan tahi lalat kecil tepat di atas hidung itu. Bayangan-bayangan aneh pun mucul, berdemo di kepalanya. Akhirnya, ia ingat saat menyentuh hidung itu dan mengatakan... 'Kok ini gak bersinar? kunang-kunangnya...."

"Itu tahi lalat! Bukan kunang-kunang!" Teriakan Illy lolos tak terkontrol. Sontak teriakannya membuat semua anggota kelompok 11 menatapnya dengan ekspresi kaget keheranan. Termasuk anak laki-laki bermata hazel teduh, dengan tahi lalat kecil di hidung mancungnya. ILLY BODOH! LOL.

***


Jakarta, 2015

Illy tengah serius menulis sesuatu di macbook-nya sambil sesekali tertawa. Namun, tawa itu mendadak hilang, berganti tangis. Tapi, kemudian ia mengambil tisu dan tidak membiarkan air matanya menetes. Perlahan ia menarik ujung bibirnya, mencoba tersenyum.

Di sebuah taman kecil, di halaman rumahnya, masih rumah yang sama dengan rumah yang sejak kecil ia tempati, Illy kembali menuangkan semuanya ke dalam sebuah tulisan. Illy tidak berharap banyak, hanya ingin berbagi kisah. Seperti juga sikapnya pada apa pun yang ia inginkan. Ia tidak mau membiarkan dirinya menjadi egois karena sebuah harapan.

Tidak semua hal yang kita inginkan harus kita miliki, bukan?

♡♡♡


Nah segitu aja ya ngintipnya...

Story ini udah completed! Ada 27 part sampai end.

Tp maaf, sebagian part masih dalam perbaikan. Jd masih berantakan.

About LOL (Losing Out Love)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें