12_ Your Heartbeat

1.5K 161 8
                                    

Jakarta, 2007

Sandra dan Rian sama-sama membatu di lorong rumah sakit. Tatapan mereka datar dengan air mata mulai mengering. Perasaan sedih, takut, dan tidak ingin percaya membuat mereka membisu, berharap apa yang baru saja didengar dari dokter mengenai kondisi putri tunggal mereka hanyalah sebuah kebohongan besar. Ya, seandainya itu adalah lelucon, maka mereka akan tertawa sekeras mungkin, sekalipun lelucon itu tidak lucu sama sekali. Setidaknya, mereka tidak harus menerima kenyataan sepahit itu.

Beberapa menit lalu....

Sandra dan Rian tengah menyimak penjelasan dokter di seberang meja, mengenai hasil diagnosa dari segala macam pemeriksaan kesehatan Illy.

"Putri ibu dan bapak mengidap Hypertrophic Cardiomyopathy."

Bak tersambar petir, mereka seketika kaku, bahkan takut untuk sekedar bertanya atau menyahut.

"Dan penyakit ini sudah menimbulkan gejala Aritmatia. Seharusnya pasien diperiksa lebih awal agar tidak menimbulkan komplikasi seperti ini."

"Tapi, selama ini Illy baik-baik aja, dok. Dia gak pernah ngeluh apa-apa, cuma memang beberapa minggu lalu dia sempat sakit." Sandra mulai berbicara dengan suara bergetar.

"Sayangnya, penyakit ini pasti sudah cukup lama diidap oleh putri ibu. Hanya saja, gejalanya yang memang belum disadari. Perkembangan penyakit ini memang berbeda pada setiap orang, bisa cepat, bisa juga lambat sampai tidak disadari oleh pasien itu sendiri. Gejalanya seperti mudah kelelahan, sesak nafas atau sakit di bagian dada, dan bahkan pingsan. Dalam keadaan tertentu, pasien bisa mengalami biru-biru atau lebam di sekujur tubuh karena fungsi jantung yang memburuk."

"Tapi, Illy gak papa, dok! Dia gak papa! Dia gak pernah ngeluh apa-apa! Di rumah dia selalu baik-baik aja! Dokter pasti salah, dokter harus periksa ulang! Semuanya harus di cek ulang!" Sandra mulai kehilangan kendali dan menangis sejadinya.

"Ma, tenang! Mama gak boleh gini." Rian mencoba menenangkan, walaupun ia sendiri tidak mau percaya. "Dok, tapi yang istri saya bilang itu memang benar, selama ini Illy selalu terlihat baik-baik saja, gak pernah ngeluh apa-apa."

"Seperti yang saya bilang, perkembangan penyakit ini berbeda-beda. Tapi, saya yakin walaupun tidak sering, putri anda pasti pernah mengalami gejala-gejala seperti yang saya jelaskan tadi. Dan sekarang, keadaan jantung putri anda sudah memburuk."

Rian terhenyak seraya memegang erat tangan istrinya yang masih menangis. "Illy memang selalu energik. Mungkin, selama ini dia gak pernah cerita atau apa, saya juga gak ngerti, dok."

"Saya minta maaf, anda harus mendengar kabar buruk ini. Tapi, ini kewajiban saya untuk menyampaikannya."

"Tapi, dok, bukannya Illy masih terlalu muda untuk mengidap penyakit itu? Gaya hidup Illy juga jauh dari penyebab penyakit jantung. Apa mungkin karena faktor… genetik?" tanya Rian takut-takut.

"Ya, saya bisa pastikan kalau ini karena faktor genetik. Kalau boleh tahu, ada anggota keluarga anda yang mengidap penyakit ini?"

"Ayah saya, dok," Sandra menjawab setelah bisa mengendalikan dirinya. "Papah meninggal karena penyakit jantung," lanjutnya, saat teringat mengenai kepergian ayahnya. Saat itu, Illy bahkan belum lahir.

"Jadi sekarang kita harus gimana, dok?" tanya Rian penuh harap. "Illy bisa sembuh, kan?"

"Maaf, tapi penyakit ini tidak bisa disembuhkan. Putri anda harus terbiasa mengkonsumsi obat-obatan agar kondisi jantungnya selalu stabil dan baik. Selain itu, Penyakit ini memerlukan penanganan yang teliti. Kondisi fisiknya harus selalu dijaga dan tidak boleh melakukan kegiatan yang terlalu menguras tenaga. Pasien juga tidak boleh mengalami tekanan, tidak boleh terlalu banyak pikiran." Dokter menghela nafas sejenak sebelum melanjutkan. "Dan hindarkan pasien dari hal-hal yang mengejutkan atau bisa membuat kondisi emosinya tidak stabil dan mengalami shock."

About LOL (Losing Out Love)Where stories live. Discover now