1_ Blackout

5.1K 285 19
                                    

Jakarta, 2006

Pedal sepeda berputar selaras dengan sepasang kaki mungil yang terus mengayuhnya tanpa henti, hingga melesat dengan kecepatan cukup tinggi, menerobos udara segar pagi. Beberapa meter dari gerbang kompleks perumahan yang hijau nan asri, seorang gadis berparas imut tengahmenarik nafas dalam-dalam, bersiap untuk berteriak.

"Pak Supermeeennn!"

Dari dalam pos satpam, setelah mendengar suara yang meneriakan namanya itu, pak Suparman yang sudah hafal si emilik suara mengerti untuk segera membuka palang pintu. Ya, hanya Illy yang memanggilnya seperti itu.

"Pagi, pak!" sapa Illy seraya melesat dari hadapan pak Suparman yang hanya melongo di jendela pos.

“Hati-hati, non!” sahut pak Suparman. Ia selalu terbawa ceria saat melihat keceriaan Illy yang tidak pernah hilang.

Hari pertama Illy masuk sekolah. Tepatnya, hari pertama Illy menginjakan kaki di SMU Bakti Pekerti Luhur (BPL) setelah tes masuk yang cukup ketat. Kemungkinan besar, hari itu akan dilakukan upacara pembukaan MOS. Tiga kata yang pastinya familiar, Masa Orientasi Siswa. Sebenarnya, Illy lebih mengenalnya sebagai ajang balas dendam dari senior untuk junior atas perlakuan seniornya terdahulu.

Tidakkah itu sedikit kejam? Semacam lingkaran setan yang belum diketemukan ujungnya. Kenapa mereka membalaskan dendamnya pada junior mereka yang tidak berdosa? Seharusnya, mereka melampiaskan dendamnya pada senior yang dulu membantai mereka. Jika itu benar-benar dilakukan, mungkin akan terjadi tawuran antar angkatan. LOL.

Seperti apa pun bentuknya, menurut Illy, acara MOS di Indonesia sangatlah norak dan kampungan, jauh berbeda dengan MOS di negara-negara lain. Tidak usah disebutkan di negara mana, sepertinya semua negara kecuali Indonesia mempunyai tradisi MOS yang lebih beradab. Akan jauh lebih elegan jika dihari pertama sekolah, semua siswa cukup diajak untuk tour mengelilingi sekolah agar lebih mengenali dan memahami asal-usul juga kebudayaan sekolahnya. Sepertinya itu saja cukup. Sudahlah, lupakan mengenai MOS.

Pagi itu, Illy sudah menyantap makanan ekstra untuk penambah tenaga. 3 lembar roti gandum dengan selai kacang favoritya. Tidak ketinggalan, susu cokelat dengan mug besar yang ia seruput hingga tetes terakhir. Menurutnya, itu cukup untuk memberi energi ekstra dalam menghadapi apa pun yang akan menghadangnya di sekolah. Termasuk senior kejam.

Orang bilang, masa SMA adalah masa paling indah. Tapi, itu hanya berlaku untuk orang-orang yang mampu bertahan dalam kerasnya pergaulan di SMA. Bagi yang tidak mampu, masa SMA akan menjadi masa paling mengerikan dalam hidupnya. Setiap harinya, mungkin akan dihabiskan untuk menghitung ‘berapa hari lagi mereka akan meninggalkan SMA?’ Mmm… mungkin ribuan hari. LOL.

Setelah hampir 20 menit, Illy sampai di parkiran Sekolah. Langsung saja ia meletakan sepedanya di tempat yang khusus yang disediakan untuk sepeda, letaknya tidak jauh dari parkir khusus motor. Belum selesai ia mengunci ban sepeda, bell sudah berbunyi dengan diiringi segerombolan anak berseragam putih-abu, dilengkapi jas almamater biru. Tampaknya itu kaka-kaka senior yang akan bergegas menuju lapangan.

Semua anak diparkiran berhamburan menuju lapangan untuk segera melaksanakan upacara pembukaan MOS, kecuali Illy. Ia melihat keributan itu dengan wajah malas dan langkah diseret. Saat masih berjalan santai menuju lapangan, seorang anak laki-laki menyusulnya, sedikit membuatnya kaget juga.

"Hei! Cepetan, entar di hukum!" teriak anak itu, sembari terus berlari meninggalkan Illy.

Illy memicing pada anak itu datar dengan bibir mencibik. "Harus sepanik itu, ya?" Tapi, entah kenapa, akhirnya ia pun juga berlari.
 
Di lapangan….

Semua anak masih sibuk merapikan barisan saat Illy tiba dan masuk ke dalam barisan, diikuti anak lain di belakangnya. Illy mengedarkan pandangan dan terlihatlah wajah-wajah yang seolah sudah kehilangan guratan kebahagiaan di sana. "Tegang amat! Santai aja, kenapa!” gerutunya malas.

"Ya, jelas lah! Katanya MOS di sini itu harus disiplin. Kalau melanggar peraturan, ya dihukum." Tiba-tiba, seorang anak laki-laki yang berbaris di depan Illy menimpali celetukannya.

"Elo?!" Illy melongo, tidak percaya saat menyadari anak yang berdiri di depannya itu adalah anak yang tadi memperingatkannya agar tidak kena hukum. Dan sekarang, anak itu sudah melakukannya dua kali. "Lo tahu banget ya, semua peraturan di sekolah ini?!"

"Tau, lah!" sahut anak itu enteng.

Illy memicing malas, dan segera mengalihkan pandangannya dari anak menyebalkan itu. Ia benar-benar malas memperpanjang pembahasan membosankan yang mungkin akan kembali keluar dari mulutnya. Dan berhasil, anak itu kembali menghadap lurus ke depan.

Upacara dimulai. Satu persatu petinggi sekolah dipersilahkan untuk memberikan kata sambutan. Satu, dua, tiga, empat, hingga orang yang kelima tanpa jeda memberikan sepatah dua patah kata 'katanya'. Namun pada kenyataannya, sambutan itu terdiri lebih dari ratusan kata dan dikalikan lima orang, jadilah sekian ribu kata.

Illy sudah menggerak-gerakan tangan, menghentak-hentakan kaki, bahkan sudah mencoba menghitung domba di kepalanya. Mungkin imajinasi mengenai domba-domba berbulu putih dan lebat seperti Shaun the Sheep akan membuat udara panas di sekitar kepalanya berubah sejuk bersalju. LOL.

About LOL (Losing Out Love)Where stories live. Discover now