24_ Stay with Me (1)

1.7K 181 2
                                    

Selama di pesawat, Illy hanya bersandar di bahu Al, menutup matanya seolah benar-benar tertidur. Sebenarnya, ia hanya ingin menghindari percakapan apa pun dengan Al, seraya memendam sendiri ketakutannya. Atau mungkin, kebahagiaannya jika ia benar-benar mendapatkan anugrah secepat itu.

Entahlah, Al tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Illy. Yang ia tahu, keputusan mereka untuk pulang lebih awal memang tepat. Ia tidak ingin kondisi Illy lebih buruk. Walaupun masih berharap Illy akan mengatakan apa yang ia rasakan, apa yang membuatnya mendadak diam, tapi akhirnya ia hanya berbaik sangka dengan berpikiran jika Illy hanya kelelahan.

Tiba di Jakarta….

Al dan Illy pulang ke aparteman Al, karena sebagian barang-barang Illy memang sudah diantar ke sana saat mereka di Lombok. Sebenarnya, melihat keadaan Illy yang seperti itu, Al akan lebih tenang jika pulang ke rumah orang tua Illy. Tapi, Illy bersikeras ingin segera menempati apartemen Al, apartemen yang cukup luas dengan dua kamar di dalamnya. Setibanya di kamar, Illy langsung berbaring di tempat tidurnya, tanpa berkata apa pun, membuat Al semakin bingung.

"Kamu cape banget ya, sayang?" tanya Al sambil mengusap rambut Illy.

“…” Illy hanya mengangguk pelan.

"Ya udah, kamu istirahat, ya. Aku keluar dulu." Al menyelimuti Illy dan mencium singkat keningnya.

~~~

Al tengah mondar-mandir di ruang tengah, masih khawatir dengan keadaan Illy saat ponsel di saku celananya bergetar. Al mengtambilnya dan melihat nama Agra. Dengan lesu, ia mengangkatnya. "Halo, Gra…?"

"Al? Kenapa lo lemes gitu? Lagi ngapain?"

"Lagi mondar-mandir."

"Maksud lo? Lo lagi di pantai?"

"Gue udah pulang, baru aja sampe di apartemen."

"Kok? Bukannya seminggu?"

"Illy sakit, gue juga bingung dia kenapa. Tadi pagi dia muntah-muntah, terus pingsan di kamar mandi. Sekarang dia lagi tidur. Dia masih lemes, padahal udah dikasih obat. Mana gak bisa di ajak ngomong, lagi."

"Muntah-muntah? Dari kapan?"

"Dari tadi pagi.” Tapi kemudian, Al ingat jika itu bukan yang pertama. "Eh, bukan, dia pernah mual-mual juga waktu gak suka nyium bau badan gue."

"Wah, dia hamil kali, Al! Keren lo! Baru ada dua minggu, lo udah bikin dia mabok? Hahaha!"

"Ha-hamil?" Al sedikit tidak percaya. Jauh di dalam hatinya, ia sungguh merasa senang jika itu benar. Tapi, kenapa seperti ada sesuatu yang mengganjal? Ya, Al semakin yakin jika Illy menyembunyikan sesuatu yang seharusnya ia tahu.

Al memutus sambungan telpon dengan Agra, dan segera menelpon Rendy. Jika apa yang Agra katakan itu benar, maka Rendy harus tahu. Karena Rendy lah orang yang bisa memutuskan, ia harus senang atau cemas.

"Halo, Ren!" Al berbicara dengan suara panik.

"Al? Kenapa lo panik gitu?"

"Ren, lo lagi kerja? Kalau enggak, lo datang ke apartemen gue sekarang, please! Ini penting banget!"

"Apartemen? Lo udah balik?"

"Iya, pokoknya lo ke sini, ya! Entar gue ceritain semuanya!"

~~~

Secepat kilat Rendy sudah tiba di apartemen Al. Ia yakin ada sesuatu yang tidak beres. Sementara Illy masih tertidur, Al dan Rendy memutuskan untuk berbicara di pantry yang letaknya berjauhan dari kamar utama.

About LOL (Losing Out Love)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu