#3

1.1K 84 1
                                    

***

Juni memasuki toilet yang tergambar jelas simbol untuk perempuan didepan pintunya.

Ia berdiri didepan wastafel dan membuka kran air.

Cuaca panas siang itu membuatnya gerah dan ingin membasuh wajahnya dengan air yang terasa begitu dingin.

Ia membasuh wajahnya dengan air yang ia tadahkan dengan kedua tangannya.

"Ah, akhirnya lega jugaaa."

Tiba-tiba, suara berat seorang laki-laki mengagetkan dirinya.

Dari kaca yang ada dihadapannya, ia melihat sesosok laki-laki yang amat ia kenal parasnya keluar dari salah satu bilik toilet perempuan.

Laki-laki dengan rambut yang acak-acakan dan baju tidak beraturan. Juga tercengang kaget saat ia mendapati sosok Juni yang sedang menatapnya horror.

"Eh Andra, ini kan toilet cewe. Lo ngapain dah disini? Mau ngintip lo, yaa?" tanya Juni intens sambil melayangkan jari telunjuk ke hadapan laki-laki yang ia panggil; Andra, itu.

"Hehe, tadi toilet cowo penuh, Jun. Makanya gue kesini aja. Abis tadi udah diujung, Jun. Hehe."

"Ih, si bego. Mending lo keluar deh sekarang. Sebelum ada yang tahu lo masuk sini."

"Iya, iya, eyang Juni."

Akhirnya, Andra melangkahkan kakinya keluar setelah mendapat ultimatum dari Juni.

Namun, beberapa langkah kemudian, ia berbalik.

"Apa lagi, Ndra?"

"Hehe, buku diary gue ketinggalan, Jun," jawab laki-laki itu sambil mengambil sebuah buku yang ia bawa tadi dan kemudian menghilang.

"What the...."

Juni menghela nafas panjang melihat kelakukan salah seorang sahabatnya yang nyaris selalu membuat darahnya mendadak naik ke atas ujung kepala.

Tak lama kemudian, Juni pun menggerakan kakinya berjalan ke luar toilet.

Ia berdiri termangu kala sesosok laki-laki sedang berdiri menatapnya diambang pintu toilet laki-laki.

Seketika, tatapan Juni mendadak berubah menjadi malas.

Ia pun berniat untuk langsung menjauh pergi dari pandangan laki-laki itu yang melihatnya intens.

"Jun, tunggu."

Laki-laki itu menarik pelan lengan Juni yang sudah melangkahkan kakinya pergi.

Juni melepas malas lengannya dari cengkraman laki-laki itu.

"Lo masih marah sama gue?"

Juni menoleh,"Menurut ngana?"

"Gue kan udah minta maaf," ucap Laki-laki itu dengan memelas.

Juni berdesis.

"Talk to my hands, please," tutupnya, dan meninggalkan laki-laki itu.


Juna-JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang