#2

1.4K 86 2
                                    

***

Juni dan Andra terpaksa harus berdiri di depan gerbang sekolah yang sudah tertutup karena mereka terlambat masuk. Dan, upacara sudah berlangsung sejak 15 menit yang lalu.

"Gara-gara lo nih," gerutu Juni.

"Kok gue?"

"Ya iyalah, lo tuh jalannya lama banget kayak siput."

"Salahin abang gojeknya lah, masa gue diajak muter-muter, Jun. Mana muter-muternya di komplek mantan. Bikin gue susah move on aja."

"Mantan mulu lo pikirin. Emangnya mantan lau mikirin?"

"Dalem lu, Jun. Ckck."

Keduanya terlihat saling menyalahkan satu sama lainnya. Sampai akhirnya, Juni baru menyadari sesosok anak baru yang tengah berdiri beberapa sentimeter darinya sedang memperhatikannya.

Pandangan Juni sontak memerah padam.

Tersirat rasa benci yang begitu mendalam saat matanya menangkap bayangan laki-laki itu.

Ia memalingkan pandanganya dari laki-laki itu.

"Ck! Lama banget, anjir."

Juni berdecak kesal.

"Ngeluh mulu idup lo, Jun."

Tiba-tiba, terlintas satu pikiran nakal yang membuat senyum miringnya menyungging.

"Ah, i know that smile," ucap Andra, teman laki-laki Juni.

"Jun, jangan ngulah, please."

Juni menggeser tubuhnya ke arah sudut sekolah yang memiliki gerbang langsung menuju ke kantin.

Ia melempar tas gendongnya masuk melewati pagar.

Kini, ia bersiap untuk naik ke atas magar alias memanjat.

Dan, HAP.

Ia pun berhasil mendarat dengan mulus setelah loncatannya melewati pagar gerbang berhasil.

Andra hanya berdecak saat melihat tingkah sahabatnya yang satu itu.

Dan, tak lama kemudian ia mengikuti sahabatnya memanjat pagar.

"Gini kek daritadi," ucap Juni senang seraya menepuk-nepuk rok putihnya yang terlihat agak kotor.

"Lu tuh cowo apa cewe sih Jun sebenernya? Tingkah laku kayak cowo abis."

"Cele-cole."

"Apaan tuh?"

"Cewe bole, cowo  bole."

"Bujug. Legh ugha bahasa lau."



Juna-JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang