#4

1.1K 84 0
                                    

                  

*** 

"Jun.." teriak salah seorang teman Juni dari arah kantin.

Juni menengok ke arah sumber suara. Dimana kedua temannya sudah melambaikan tangannya dari bangku kantin yang masih kosong. Dan, mulai berjalan ke arah mereka.

Juni duduk di salah satu bangku kantin yang masih kosong.

"Kemana aja sih lu? Gue LINE gak dibales," gerutu salah seorang teman Juni bernama Fira.

"Di toilet gak ada sinyal, Fir," balas Juni seadanya.

Disusul anggukan dari Fira.

"Eh, btw gue mau cerita nih, gengs!" ucap Cita, salah seorang teman Juni juga.

"Apaan?" sahut Juni.

"Palingan gak jauh soal cowo. Kayak gak tau Cita aja lu, Jun."

"THAT'S RIGHTTTT!" pekik Cita, membuat kedua temannya sontak langsung menutup kedua telinganya secara bersamaan.

"Kan bacotnya keluar. Mending bagus, udah kayak jangkrik minta makan."

"Gue yakin kalo Cita teriak di kuburan, semua penghuninya pada bangun jadi zombie idup terus gelosoran minta ampun karena abis denger suara Cita."

"Terus mereka minta dimatiin sekali lagi gitu."

"Udah dimatiin gitu mereka bangun lagi jadi zombie gara-gara suara Cita."

"Terus mati lagi."

"Ya gitu aja terus sampe orang yang gigit logo app*le sampe coak ketemu."

"Anjir lu pada! Eh, serius gue mau ngomong. Tadi gue ketemu sama anak baru  yang ganteengggggg banget!"

Juni dan Fira menoleh. Dan, menghembuskan nafas secara bersamaan.

"Gantengggg banget! Tau gak tadi dia nolongin gue gitu pas gue mau jatoh kepleset."

"Hmm.."

"Udah gituuuu, tadi pas gue mau jalan kesini juga dia manggil-manggil nama gue giniiii, Citaaa, Citaaa, oh Citaaa jangan pergiiiii.." ujar Cita seraya memeragakan gayanya yang begitu memuakan.

Juni dan Fira sontak menoleh dan sama-sama saling menaikan kedua alisnya.

"Udah gitu ya tadiiii dia senyum ke arah gue gituuuu. Ah, fix. Pokoknya gue jatuh cinta sama dia."

"Hmmm.."

"Ih, gais! Ngomong dong jangan hmm hmm aja."

"Cit, gue udah gak kaget. Tikus abis cukur bulu aja lu bilang ganteng."

"FIRAAAA!"

Juni hanya dapat terus menutup kedua telinganya dengan tangan kala mendengar suara pekikkan Cita yang begitu dahsyat dapat membuat semua mumi di dunia ini bangun karena suaranya.

Bola matanya berputar, menyapu setiap sudut kantin tanpa tersisa.

Sampai akhirnya berhenti pada sosok laki-laki yang sedang berdiri dengan santainya diambang pintu kantin.

Laki-laki bermata hitam pekat pada irisnya. Mematikan, sekaligus meneduhkan secara bersamaan.

Membuat siapapun yang melihatnya pasti langsung terpana padanya.

"Aaaah, gais. Itu diaaa orangnyaaaaa," bisik Cita dengan begitu antusias sambil menunjuk ke arah dimana laki-laki itu berdiri.

"STD, Ta," ceplos Fira.

"Apaan tuh, STD?"

"Standar."

"Is. Dikira merk pulpen kali standar."

Pandangan kedua teman Juni masih terpaku ke arahnya. Tapi, tidak dengan Juni. Ia idak menghiraukan berbagai macam kicauan teman-temannya tentang anak baru yang katanya menawan itu.

"Siapa namanya?"

"Juna."


Juna-JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang