WE ALL START AS FRIENDS

Start from the beginning
                                    

Heartbreak doesn't heal overnight. Patah hati tidak akan sembuh dalam waktu sehari. Darwin paham dan akan menghormati cara apa saja yang dilakukan Vara untuk menyembuhkan sendiri hatinya.

 Darwin paham dan akan menghormati cara apa saja yang dilakukan Vara untuk menyembuhkan sendiri hatinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Darwin menutup wajahnya dengan bantal. Memilih memikirkan hal lain. Ingatannya bergerak mudur. Saat usianya 27 tahun. Ketika memulai Zogo. Dia bukan programer dan dia tidak tahu betul dunia teknologi informasi. Tetapi orang tidak perlu tahu segalanya. Ada pilihan untuk bekerja sama dengan orang lain, yang bisa mengisi ketidakmampuannya. Dia membuat konsep dalam kepalanya dan meminta Ferdinan—temannya sejak masih di kampus dulu—untuk mewujudkannya. Tidak lama setelahnya, Darwin punya Zogo. Tidak ada kantor, semua dilakukan dari kamar kosnya. Pengguna pertama Zogo adalah Adrien, kakak iparnya sendiri. Selain membantu Darwin, Ferdi juga bekerja di Oracle saat itu. Ketika Zogo sudah mulai memerlukan perhatian lebih, Ferdi seratus persen bergabung dengannya di sini.

Darwin tumbuh bersama Zogo. Banyak pengalaman dan pelajaran didapatnya bersama Zogo. Di antaranya peningkatan kualitas diri, semangat tidak mudah menyerah, tidak mudah mengeluh, terbiasa dengan penolakan, berani mengambil risiko, tahu bagaimana mengambil keputusan, dan tahu bagaimana memimpin orang. Gagal, mencoba lagi, dan sabar sudah menjadi makanan sehari-hari.

Kalau hanya untuk menunggu dan meyakinkan Vara, itu bukan sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Meskipun pada bagian sabar terasa agak sulit. Seperti semua pedagang yang yakin bahwa dagangannya adalah yang terbaik, Darwin juga tahu yang terbaik untuk Vara. Tentu saja dia yang terbaik untuk Vara dan merasa Vara terlalu naif jika tidak bisa melihatnya.

***

"Mana ponakanku yang cantik?" Tatapan Vara menyapu ruangan tetapi tidak menemukan keberadaan bayi. Tadi pagi Amia sudah melahirkan dan Vara gelisah sepanjang hari, tidak sabar menunggu jam kerja berakhir. Supaya bisa segera berlari ke sini. Vara ingin memastikan sendiri bahwa sahabat dan keponakan barunya baik-baik saja.

Ada Daisy di ruang rawat Amia. Setelah meletakkan kotak besar berwarna hijau, bersama gunungan kado lain, di dekat dinding, Vara duduk di samping Daisy. Kalau melihat banyaknya kado yang diterima si cantik anggota baru keluarga mereka, sepertinya istri dari atasannya ini populer sekali.

"Masih tidur. Nanti kalo sudah bangun ke sini." Amia menjawab pertanyaan Vara.

"Ke sini sendiri?" Vara menanggapi sambil bercanda.

"Sehari ini aja udah bolak-balik dia." Sahutan Amia tidak kalah ngawurnya.

"Hati-hati nanti dia pulang kalau bosan di sini."

"Dia masih belum tahu rumah neneknya di mana."

Amia pernah mengatakan kepada Vara mengenai rencananya untuk tinggal di rumah orangtuanya pada bulan-bulan pertama kehadiran anaknya.

"Kalian ini ngomong apa?" Mendengar percakapan tersebut, Daisy tertawa.

"Baik-baik, Var, sama kakak ipar. Jaim dikit. Jangan dilihat-lihatin yang aneh-aneh. Nanti nggak disetujui." Amia tertawa dan salah tingkah Vara melirik Daisy.

"Darwin bilang dia ditolak sama kamu." Daisy memberi informasi.

"Nggak." Kapan mereka membicarakan sesuatu yang berakhir dengan penolakan?

"Jadi Darwin diterima? Dia pasti mati bahagia kalau dengar." Daisy kembali tertawa.

"Ya nggak juga. Aku cuma berteman aja sama Darwin." Vara berusaha meluruskan anggapan dua wanita yang bersamanya ini.

"Aku dan Adrien dulu berteman, nggak pernah pacaran." Daisy tidak percaya.

"Gavin juga. Dulu dia bilang mau berteman saja sama aku." Amia menambahkan. "Tapi akhirnya kami menikah."

"We all start as friends." Daisy menarik kesimpulan.

"Aduh, terserahlah." Vara menyerah menghadapi dua orang ini.

####

*Chief Technology Officer.

SAVARA: YOU BELONG WITH MEWhere stories live. Discover now