Tenderly Touched - Ch. 3

80.6K 5.3K 105
                                    

Keesokan paginya, Rhys menemukan seorang wanita berambut coklat di depan ruangannya. Wanita itu terlihat sedang sibuk mengetik sesuatu di layar komputernya dangan jari-jari tanggannya yang lentik dan bergerak lincah menekan setiap huruf di keyboard.

Merasa ada yang memerhatikannya, wanita itu menoleh ke arah Rhys dan berdiri. "Selamat Pagi, Sir." Sapanya sopan.

Ya, Tuhan! Wanita ini cantik! Pujinya di dalam hati.

Rhys menilai nya dari ujung kepala sampai kaki. Tebaknya, usia wanita ini tidak lebih dari 24 tahun. Wanita ini mengenakan pakaian yang sederhana dan sopan, namun tetap saja menunjukkan lekuk tubuh indah yang tidak mampu disembunyikan oleh pakaian wanita itu.

Memindahkan pandangannya kembali ke wajah wanita itu, Rhys menilai wanita ini keturunan latin dari bentuk rahang dan wana kulitnya. Kemungkinan ia berdarah campuran karena nama wanita ini adalah Ms. Browne jika ia tak salah ingat.

Rhys menatap mata yang berwana hijau itu ingin mengetahui lebih dalam lagi. Namun yang ditemukannya adalah tatapan yang kosong dan bahkan cenderung ke arah dingin. Mengunci tatapannya lekat-lekat, Rhys menyadari bahwa wanita ini tidak merasa terganggu dengan kenyataan bahwa Rhys sedang mengamatinya. Bukan, lebih tepatnya sepertinya wanita ini tidak peduli.

Wanita ini hanya berdiri tegap di balik mejanya menunggu Rhys mengatakan atau melakukan sesuatu. Ia sama sekali tidak berusaha mengalihkan wajahnya dari tatapan Rhys. Tidak ada tanda-tanda emosi apapun di dalam sepasang mata indah itu. Dan Rhys merasa terganggu dengan kenyataan tersebut.

"Selamat pagi, Ms. Browne." Balasnya setelah puas mengamati sekretarisnya itu. "Kau boleh memanggilku Rhys."

"Tentu, Rhys. Dan kau boleh memanggilku Emma."

Emma Browne? Sangat Inggris. Pikirnya.

"Emma Browne. Nama yang manis." Pujinya yang hanya mendapat kernyitan singkat.

"Terimakasih." Jawabnya singkat. "Aku sudah membalas semua e-mail yang masuk dan mensortir surat-suratmu, kuletakkan di atas meja kerja. Kemudian, bila kau bisa memberikanku waktu satu jam lagi, aku bisa menunjukkan jadwalmu untuk satu minggu kedepan." Tuturnya cepat.

"Huh? Alastair tidak main-main ketika mengatakan bahwa kau cekatan."

Rhys tidak mendapatkan tanggapan apapun dari wanita itu.

"Alright. Aku akan berada diruanganku." Katanya sambil berjalan masuk menuju ruangannya yang hanya di responi dengan anggukkan singkat.

***


Mengetukkan jari telunjuknya di atas meja, Rhys memandang kertas-kertas yang bertebaran di permukaan meja. Sial! Rhys tidak bisa konsentrasi kerja. Ada hal lain yang memenuhi benaknya sekarang ini.

Emma Browne.

Wanita itu menumbuhkan rasa penasarannya. Rhys belum pernah merasakan hal seperti ini. Hanya dalam waktu beberapa hari, wanita itu telah berhasil mengisi pikirannya. Yang lebih parahnya lagi adalah, wanita itu bahkan tidak pernah mencoba melakukan apapun utuk memancing perhatiannya.

Ia menyelesaikan semua pekerjaannya dengan efisien dan rapi, datang dan pulang tepat waktu, berbicara sekedarnya dan itupun hanya tentang hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaanya. Rhys tidak mengerti apa yang membuatnya menaruh perhatian terhadap Emma.

Ck. Siapa yang mau dibodohinya? Meskipun alasannya tidak jelas, tapi Rhys yakin bahwa ia telah menemukan wanita legendanya. Jika tidak, mengapa pula ia merasakan hal-hal yang ia rasakan terhadap Emma? Lagipula, bukankan instingnya sudah berkata bahwa kepulangannya ke London kali ini akan membuka babak baru dalam hidupnya?

Tenderly Touched [WBS #1 | SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang