13] Old Friend, Old Story

3.2K 269 18
                                    

Suhu lembab nan dingin menusuk rongga tulang. Inilah ciri khas kota buangan--Margin. Rasa-rasanya sudah sangat lama aku meninggalkan kota ini. Alun-alun kota yang mulai terlihat sepi seiring waktu menunjuk pukul 10. Tak ingin membuang waktu, aku segera berlari menuju rumah hendak mencari keberadaan Profesor Hou dan menyampaikan informasi yang ku dapat. Tak begitu jauh jarak yang ku tempuh namun cukup menguras tenaga, akhirnya aku tiba di rumahku. Ketukan pintu berulang-ulang terus aku lakukan namun tak ada satupun yang menjawab, hingga hendak beranjak pergi tiba-tiba pintu rumah perlahan terbuka. Adalah Daren bocah kecil di balik pintu yang terbuka, ia mengusap-ngusap kedua mata.

"Siapa ya malam-malam kesini, aku sedang tidur jadi terbangun gara-gara kau!"

"Hey! Ini aku, Edward. Apa kabarmu Daren?"

Aku segera memeluk bocah kecil yang susah kuanggap adikku sendiri. Aku melepas rindu yang sudah lama ku pendam hingga air mata ini perlahan menetes. Daren pun terlihat sama.

"Oh Ed, kau sudah kembali. Kupikir kau takkan kembali dan melupakanku"

"Mana mungkin aku melupakan adik kesayanganku ini. Yasudah ayo masuk"

Kami berdua pun masuk.

"Sebentar, aku ingin bicara dengan kakek"

"Hm baiklah, aku juga ingin melanjutkan tidurku"

Daren segera menuju kamarnya. Memanglah untuk anak seusianya ini sudah larut dan cukup membuat kantuk. Lagipula ini akan mudah jika dia sudah tidur. Aku langsung menuju kamar Prof. Hou namun rupanya ia tak berada di kamarnya. Aku sempat blank dan tak tahu harus kemana mencari. Mungkinkah dia berada disana? Mungkin. Aku harus kesana sekarang.

***

Tempat ini tak jauh berbeda ketika pertama kali aku diajak bekerja bersama Prof. Hou. Di laboratorium ini, aku yang tak mengerti sedikitpun tentang sains, jadi mengetahui banyak hal tentang sains. Perlahan aku berjalan menyusuri lorong-lorong penuh cerita yang takkan pernah aku lupakan. Aku tiba tepat di depan pintu gerbang besar, berdiri beberapa menit coba mengatur kosakata yang akan ku katakan. Setelah cukup siap, aku segera masuk secara perlahan. Dari kejauhan aku melihat dua orang yang tak asing lagi bagiku. Mereka adalah Prof. Hou dan Frank. Mereka terlihat begitu sibuk, hampir semua benda di laboratorium ini telah rampung dan siap digunakan. Benda-benda tersebut berupa pesawat, senjata dan alat-alat canggih yang belum pernah kulihat.

"...Profesor?"

Ia dan Frank menghentikan seluruh aktivitas yang ada di laboratorium hanya untuk sekedar menoleh kearahku.

"K-kau, kau sudah kembali?"

Kami saling menatap satu sama lain dari kejauhan. Kini ia mulai berjalan kearahku sambil membuka kedua lengannya. Aku segera mendekat dan merangkulnya dalam pelukku. Kerinduan antara seorang anak laki-laki dan seorang ayah, adalah hal yang sulit diungkapkan. Aku sudah menganggap Prof. Hou sebagai ayahku sendiri. Lama tak pulang, membuat suasana terasa begitu melankolis. Tak ragu-ragu ia meneteskan air mata, akupun demikian. Kami saling melepas rindu di tengah kesunyian laboratorium bawa tanah.

Ia melepaskan pelukkanya, begitupun denganku.

"Sudah lama kau tak kembali, kupikir kau melupakan pria tua ini" Frank menepuk pundakku.

"Apa yang kau bicarakan? Tentu tidak. Aku takkan pernah melupakanmu" balasku.

"Apa yang membawamu kemari? Apa misimu sudah selesai?" tanya Prof.

"Entahlah. Aku tak tahu apakah ini sudah berakhir atau justru baru dimulai. Tapi yang pasti aku membawa informasi yang sangat penting"

"Penting huh? Seberapa penting dengan pertemuan ini? Haha. Sebaiknya kau duduk dulu, aku akan menyuruh Frank mengambilkan Beer untuk kita"

Aku pun menurut apa katanya. Aku duduk di kursi yang sudah tersedia, sedang Prof. Hou terlihat sedang berbicara dengan Frank, mungkin menyuruh Frank mengambil Beer seperti yang dikatannya.

Frank mulai mendekatiku, menjabat tangan, mengucapkan selamat datang dan segera pergi. Kini hanya ada aku dan Prof. Hou, ia duduk tepat di hadapanku.

"Oh ya, apa yang ingin kau sampaikan?"

"Begini, kemarin pemerintah Veltron mengadakan rapat besar yang di hadiri oleh setiap divisi. Rapat tersebut membahas tentang Ekspedisi Antar Galaxy yang akan dilaksanakan 10 hari lagi"

"Jadi si bedebah itu mulai bergerak ya?"

Aku tidak menggubris perkataan Prof. Hou dan melanjutkan penjelasanku.

"Berita buruknya, aku mendapat informasi dari informan yang terpercaya. Aku mendekati putri tunggal Presiden untuk merauk informasi yang akurat, dan itu kudapat"

"Jadi, apa maksud semua ini?"

"Proyek Ekspedisi Antar Galaxy itu hanya sebuah topeng dari proyek pemusnahan massal yang di dalangi oleh Presiden. Jika hal itu terjadi, manusia dalam bahaya bahkan mungkin seluruh penduduk Margin berada dalam bahaya"

"Jadi kau tetap bersikukuh untuk melakukan itu huh Grendy." gumam Prof. Hou.

"G-Grendy? Bukankah itu nama Presiden? Apa kau mengenalnya?"

"Ya. Aku dan Grendy adalah teman. Kami berdua adalah ilmuwan yang bekerja untuk PROC."

"B-bagaimana bisa? Kau dan Presiden, kalian berteman?"

"Tentu bisa"

Ia menjeda sebentar lalu melanjutkan pembicaraan.

"Aku bukanlah berasal dari tempat ini, aku berasal dari Veltron. Aku bekerja untuk PROC bersama Grendy, kami meneliti tentang keberadaan planet layak huni. Suatu hari kami menemukan planet dengan presentase 80% layak huni. Aku mengajak John untuk ikut dalam penelitian ini. Kami bekerja keras untuk masa depan manusia dan merubah kesalahan kami. Namun, Grendy memiliki tujuan lain. Aku menolaknya, kami berdebat hingga akhirnya aku diusir dari Veltron."

"Tujuan lain?" tanyaku.

"B-bukan apa-apa".

Ada yang aneh dari cerita profesor namun aku enggan menanyakannya dan mengembalikan topik pembicaraan.

"Jadi kau dulunya Metros?"

"Ya aku salah satu dari kaum Metros. Itulah alasan mengapa kau bisa mendapat akses ke Veltron lewat kartu emas yang kuberikan. Aku mengerjakannya sejak lama, menyesuaikan program dari Cyborg dan menyalinnya kedalam kartu emas tersebut"

Lagi-lagi misteri yang tak ku tahu akhirnya terungkap dengan sendirinya. Perlahan satu persatu tirai kebenaran mulai terbuka. Masih banyak tirai yang belum terbuka. Tapi, mendengar penuturan cerita Prof. Hou, aku merasa ibah atas apa yang terjadi. Aku tak menyangka bahwa Presiden begitu bejatnya. Setelah menghancurkan kehidupan Profesor, kini manusia kotor itu mencoba memusnahkan kehidupan lainnya dari manusia yang tak bersalah. Memang keserakahan terhadap kekuasaan seringkali membutakan mata.

"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang Profesor?"

"Aku sudah mengantisipasi semua ini sejak lama, itulah alasan semua benda canggih ini berada disini"

EARTH IN 2150Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang