[13]

8.6K 384 33
                                    

Pada saat siang hari setelah kegiatan belajar mengajar telah usai, aku disapa Fajar ketika aku berjalan menuju parkiran motor.

"Gam...Hari selasa, Mas Hilmi udah mulai menjalani sidang perdana. Kayaknya aku mau datang ke sana. Kamu mau ikut nggak?"

"Jam berapa sidangnya Jar?" Tanyaku.

"Katanya sekitar jam 10an udah ada di pengadilan, tapi mulai sidangnya nggak tau jam berapa. Bisa aja sore hari."

"Pulang sekolah gue usahain deh kalau gitu. Eh, malam minggu ini loe mau kemana Jar?"

"Aku mau anter Rina beli sesuatu, kenapa emangnya Gam?"

"Eh nggak apa-apa kok. Dikira loe nggak ada acara malam minggu ini."

"Aku bisa batalin kok jalan sama Rina kalau kamu mau jalan sama aku."

"Nggak usah Jar, kasihan Rina. Nanti nggak ada yang anter dia."

"Tapi kalau kamu butuh ditemenin, aku siap kok Gam." Ucap Fajar sambil merangkul bahuku.

Aku sebenarnya sangat ingin untuk jalan berdua dengannya di malam minggu, tetapi aku tidak enak juga dengan Rina teman sekelasku. Pasti dia akan tersakiti jika pacarnya direbut oleh orang lain, apalagi yang merebutnya teman sekelasnya sendiri.

***

Sebelum pulang ke rumah, aku terlebih dahulu mampir ke jalan Cikapundung untuk mencari komik City Hunter seri 11 sampai seri 20 untuk Gilang. Aku sudah janji akan mencarikan komik yang sekarang menjadi favoritnya.

Pada saat melewati jalan Tamblong, tepatnya di perempatan Naripan, kulihat lelaki paruh baya yang dulu pernah menawariku wanita pemuas nafsu birahi. Dan saat ini dia pun sedang giat menawarkan kepada pengemudi mobil yang kebetulan berhenti di perempatan lampu merah itu. Sesampainya di jalan Cikapundung, aku langsung mencari abang penjual majalah langgananku. Dari kejauhan dia sedang berlari ke arahku.

"Eh si kasep.. mau cari apa Cep?" Tanyanya bersemangat.

"Gue mau cari laki buat temen kencan ntar malam Bang. Ada nggak Bang?" Tanyaku.

"Si kasep mah suka ada-ada aja, si Mamang mah punyanya buku dan majalah bekas, tapi kalau laki bekas mah si Mamang nggak punya stok atuh." Katanya.

"Ya udah deh kalau nggak ada, gue cariin komik City Hunter seri 11 sampai 20. Ada nggak Bang? Kalau nggak ada, gue nggak mau lagi mampir kesini."

"Eh si Kasep teh, meni cepet pundung gitu. Kalau City Hunter mah si Mamang punya. Tau nggak Cep, si Mamang punya sampai seri 30. Barang langka ini mah. Si Kasep mau beli nggak?" Bisiknya pongah.

"Bener Bang? Ada sampai 30? Gue mau beli. Tapi awas loh kalau harganya dimahalin!" Ucapku bersemangat.

"Buat si Kasep mah nggak akan dimahalin lah. Kan ada 20 komik, satunya 7500, jadi semuanya 150ribu."

"Boleh deh Bang, bungkus semua, Abang mestinya hari ini bersyukur, karena gue belinya nggak pake nawar."

"Eh iya Cep. Makasih pisan ya Cep." Ucap Abang penjual majalah sambil tersenyum.

Setelah aku membeli komik ini, aku ingin segera sampai di rumahku. Pasti Gilang akan sangat senang melihat aku membawa komik City Hunter.

"DUL...!!!" Aku berteriak mencari Gilang setibanya di rumahku.

"Iya Bang..." Sahut Gilang dari dalam kamarnya. Kudengar pintu kamar Gilang terbuka.

"Kenapa Bang?" Tanya Gilang yang hanya mengenakan celana pendek dan kaos oblong. Rambutnya agak sedikit berantakan. Sepertinya dia sedang tidur-tidur siang.

Rumah Kebon WaruWhere stories live. Discover now