[6]

9.9K 405 22
                                    

Kulihat pipiku yang mulai membiru dan terlihat agak sedikit menggembung. Sudah kucoba dikompres dengan menggunakan es batu, namun tidak ada perubahan sedikitpun.

Tok..Tok..Tok..

"Bang....udah ditunggu tuh sama Mamah dan Papah..."Ucap Gilang dari balik pintu kamarku. Seperti biasanya, Gilang selalu memanggilku ketika acara makan malam telah tiba.

"Gue nggak makan malam ini. Masih kenyang Dul..." Elakku untuk menghindari acara makan malam bersama keluargaku.

Sebenarnya perutku sudah terasa sangat lapar sekali, tetapi lebih baik aku tahan sampai mereka tertidur daripada aku harus menjawab beberapa pertanyaan dan disertai dengan ancaman-ancaman yang mengerikan.

KLEK...

Suara pintu kamarku terbuka. Gilang yang hanya menggunakan celana pendek dan kaos oblong masuk ke dalam kamarku.

"Bang Agam....!!!!" Seru Gilang sambil menunjuk ke arahku.

Siap-siap deh mendengarkan cuapan dari adikku yang satu ini.

"Iya Dul, udah deh nggak usah cerwet. Sana makan malam dulu." Sela ku sambl berjalan mendekat ke arah Gilang.

"Nggak...nggak....nggak...!!! Aku harus tau dulu kenapa mukanya bisa biru-biru begitu."Ucap adikku sambil memegang pipiku yang berwarna biru.

"Sshhhhh..... Sakit tau."

"Aku tambahin satu lagi di pipi yang kiri!!! Biar kelihatan tambah jelek!" Ucap Gilang dengan sedikit emosi.

"Jangan dong Dul... satu aja sakit banget, gimana kalau dua-duanya?" Rengekku.

"Bang Agam mau ke meja makan sekarang atau aku yang kasih tau mamah dan papah?!!!"

"Duh... ada pilihan lain lagi nggak Dul? Gue beliin coklat ya...Tapi loe jangan bilang sama mereka berdua."

"Haaa...!!! Kalau coklat aku bisa beli sendiri. Kecuali kalau Bang Agam mau beliin motor kayak punya Bang Agam, aku nggak akan bilang deh." Ucap Gilang sambil tersenyum antagonis.

"Loe kok tega sih sama gue...."

"Aku nggak suka liat Bang Agam berantem melulu!! KELUAR SEKARANG!!!" Bentak Gilang

"Ehh... Iy..iya Dul.... Jangan galak-galak gitu dong sama gue."

"Cepet keluar...!!!" Ucap Gilang sambil mendorongku keluar dari kamarku.

Aku digiring Gilang menuju meja makan. Sudah ada ayahku dan ibuku yang menunggu kami disana.

"AGAM PRATAMA!! PASTI BERANTEM LAGI!!!" Ucap Ibuku ketika melihat kondisiku seperti ini.

"Eh.... An..anu Mah, nggak berantem kok." Ucapku Gugup.

Ayahku seperti biasanya tidak terlalu banyak komentar. Tapi kali ini dia pun membuka suara juga.

"Kamu abis berantem sama siapa Gam?" Ucap Ayahku tenang.

Perlahan-lahan aku duduk di kursi meja makan ini. Sedangkan Gilang sudah mendahuluiku duduk di tempatnya.

"Nggak berantem kok Pah, tadi siang waktu main bola beklen sama Indah, bolanya kena ke muka Agam. Jadi aja biru-biru begini."

"Hahahaha.... Masa anak Papah mainnya bola beklen. Kalau mau bohong itu dipikirin dulu. Jangan asal jeplak aja."

"Ayo jawab, berantem sama siapa?!!" Tanya Ibuku ketus.

"Eh... an..anu Mah, tadi cuma rebutuan sesuatu kok. Kepala Agam saling berbenturan dengan kepalanya teman Agam."

Rumah Kebon WaruWhere stories live. Discover now