[4]

14K 456 28
                                    

Hari berikutnya di sekolah, Indah sangat penasaran apa yang telah aku lakukan ketika aku bertemu dengan Rahmat. Aku akan menjelaskannya ketika pulang sekolah nanti. Pada saat jam istirahat terakhir, aku akan menemui Rahmat terlebih dahulu. 

Aku berjalan menuju belakang sekolah tempat biasa Rahmat nongkrong. Seperti biasa, kulihat Rahmat bersama beberapa temannya sedang mengganggu wanita-wanita yang melintas di depannya. Bukannya aku takut untuk berbicara dengan Rahmat di depan teman-temannya, tapi aku merasa tidak ada kepentingan dengan mereka semua. Dan menurutku tidak ada yang menarik untuk dilihat.

"Rahmat....!!!" Panggilku dari jarak sekitar 15 meter tempat dia nongkrong.

Rahmat memalingkan mukanya ke arahku, kemudian beranjak dari duduknya dan berjalan menuju tempatku berdiri. Dengan penampilan standard menurut pemikirannya yang akan terlihat macho, tiga kancing baju dia biarkan terbuka dan ujung baju seragamnya tidak dia masukkan kedalam celananya. Namun setelah aku melihat kemaluannya Rahmat tepatnya kemarin sore, aku sudah tidak bersemangat lagi untuk memperkosanya.

"Aya naon Gam?" Tanya Rahmat keheranan. Tetapi perlakuannya saat ini agak sedikit lebih sopan dibanding sebelum aku mengenalnya.

"Loe kapan mau ketemu lagi sama Ipung?"

"Tiap hari juga ketemu Gam. Emangnya kenapa?" Tanya dia heran.

"Sabtu ini gue main ketempat loe lagi ya, loe nggak kemana-mana kan?"

"Tapi malam minggu aku mau ke BKR, pada ngumpul disana." Ucap Rahmat sambil menggaruk-garuk kepalanya yang mungkin tidak terasa gatal.

"Ya udah gue ikut juga ke BKR." Ucapku antusias.

Aku memang sangat penasaran dengan markasnya yang pernah dia sebut kemarin.

"Boleh lah kalau gitu. Mau ketemu di kos atau langsung dari sekolah?"

"Gue ganti baju dulu di rumah, habis itu gue jemput loe di kos."

"Siippp lah..."

Aku sudah tidak sabar untuk bertemu kembali dengan Ipung yang membuat jantungku berdegub kencang kemarin. Dia juga yang selalu muncul dalam bayanganku sepanjang sore hingga malam sehingga membuat aku sulit untuk memejamkan mataku. Aku tidak terima dengan kemunculan bayangannya yang sampai detik ini pun selalu menari-nari di dalam pikiranku. Akan aku kejar kemana pun dia berlari untuk membalas dendamku, dia harus bertekuk lutut di hadapanku.

Ketika aku berada di kamarku bersama Indah setelah pulang sekolah, aku menceritakan seluruh kejadian yang aku lakukan terhadap Rahmat dan Ipung kemarin sore.

"Yang bener Gam? Masa punyanya Rahmat kecil banget? Kalau punya kamu gede nggak?"

"Deeuhhh... Jangan tanya dosa kalau itu sih, punya gue jauh lebih besar dari punyanya Rahmat."

"Aku mau liat dong Gam..."

"Husss... enak aja. Yang diijinkan melihat hanya manusia yang berjenis kelamin sama dengan gue."

"Ayo dong Gam... aku kan penasaran." Ucap Indah sambil menggerayangi tubuhku.

Sontak saja aku langsung berdiri dan dengan cepat aku berlari menuju pojok ruang kamarku.

"Heh... nenek lampir!!! Loe kan lagi ada dibawah sumpah, nggak boleh memperkosa gue." Ucapku geram sambil menunjuk mukanya Indah.

"Hehehehehe..... iya..iya, aku nggak akan memperkosa kamu. Takut bener sih...." Ucap Indah sambil nyengir kuda.

"Awas kalau tangan loe gerayangin tubuh gue lagi. Pokoknya gue nggak akan terima, dan gue bakal laporin loe ke Komnas Ham."

"Hahahaha.... Kamu tuh yah. Sekarang mana majalahnya?" Ucap Indah

Rumah Kebon WaruWhere stories live. Discover now