"Jaga ucapanmu anak muda! Kau mungkin hanya mendengar cerita satu sisi darinya, kau tidak bisa menelan bulat-bulat ucapannya!" Justin memperingati.

Maurer melepas genggaman tangannya dari Lynn lalu, menyahut rotan yang ada di depan lehernya. Mematahkan tongkat rotan itu menjadi dua bagian kemudian membuangnya ke lantai.

"Bukankah anda juga mendengarkan ucapan mereka secara sepihak?" balas Maurer dengan dagu menunjuk Yura dan Ethan.

Justin diam, tidak bisa berkata-kata. Di bawah tatapan tajam Justin, Maurer kembali menggeret Lynn keluar dari Ruangan. Lynn dengan langkah tertatih berusaha untuk menyeimbangi langkah Maurer. Baru empat langkah berjalan, tubuh Lynn terhuyung hendak terjatuh. Sigap Maurer menangkapnya.

"Sakit?" tanya Maurer ketika Lynn berada di pelukannya.

Tidak ingin dirinya dijadikan tontonan lebih lama, Lynn langsung mengangguk. Maurer segera membopong tubuh Lynn berjalan keluar dari Ruangan BK menuju ke Ruang UKS. Baru beberapa hari yang lalu dia membawa Lynn ke sana, dan sekarang harus menggendong Lynn ke tempat itu kembali.

Pekikan gadis-gadis yang melihat adegan romantis Lynn-Maurer tidak diharukan keduanya. Sebenarnya hanya Maurer yang benar-benar tidak mengacuhkan sedangkan, Lynn menyembunyikan wajahnya di leher Maurer karena malu.

Maurer menurunkan tubuh Lynn hati-hati di atas ranjang. Lynn lebih memilih duduk ketimbang tiduran di atas ranjang. Salah-salah jika lukanya tak sengaja bergesekan dengan sprei, akan menimbulkan rasa perih yang amat sangat.

Gadis berkuncrit kuda yang pernah menangani luka Lynn kini sedang bertugas, tanpa banyak bertanya gadis itu langsung memeriksa luka di betisnya.

"Lukanya parah nih, bentar ya..." gadis itu keluar dari Ruangan UKS untuk membeli obat di Apotek. Maurer dan Lynn kembali berduaan.

Maurer menatap wajah Lynn intens, gadis itu memalingkan wajahnya tidak berani membalas tatapan mata itu. Ada yang salah dengan dirinya! Jantungnya dua kali berdegup lebih kencang ketika di samping cowok itu. Bahkan, bernafas pun susah ketika Maurer terus memandangnya. Apakah ini adalah gejala penyakit jantung?

"Masih dendam sama gue?" tanya Maurer memecah keheningan.

Lynn langsung mengalihkan pandangannya pada Maurer. Sedetik kemudian dia baru mengerti arti ucapan cowok itu. "Tentu saja!" jawab Lynn yakin.

Maurer mendengus, "meskipun gue sudah ada buat lo berkali-kali?"

"Gue nggak pernah tuh minta lo nolongin gue!" ketus Lynn.

Sengaja Lynn membuat nada suaranya menjadi keras untuk mengalihkan rasa panas yang mendadak menjalar wajahnya. Maurer mengulurkan tangannya, mengangkat dagu Lynn agar gadis itu tidak melarikan diri.

"Lihat gue! Gue nggak akan bertanya tentang keluarga lo kalau lo belum siap untuk cerita. Tapi, lo harus tahu! Gue siap kapan pun dengerin cerita lo dan akan selalu ada buat lo kalau lo butuh," kata Maurer tulus.

Lynn menggigit bibirnya sendiri. Dia dapat mendengar suara detak jantungnya yang berdetak kencang, dalam hati memohon agar Maurer tidak dapat mendengarnya.

"Gue nggak butuh pangeran gombal!"

Mendengar jawaban Lynn, Maurer langsung menurunkan tangannya dari dagu gadis itu kemudian, menggapai tangan kanan Lynn dan menaruhnya tepat di dada kirinya. Maurer berdiri tepat di hadapan Lynn, tubuhnya membungkuk dengan tangan kiri di atas ranjang tepat di sisi Lynn untuk menyangga tubuhnya sendiri. Wajah mereka sangat dekat hingga hidung mereka hampir bersentuhan.

Lynn dapat merasakan degup jantung Maurer yang ternyata sama cepat dengan miliknya, hanya bisa diam membeku. Ini lebih horor daripada film horor! Wajah memanas, jantung berdegup tidak beraturan, dan udara yang tiba-tiba menipis adalah kombinasi yang paling mengerikan!

"Bukti apa yang lo mau supaya lo percaya hati gue sudah terbelenggu oleh pesona lo?" tanya Maurer dengan mata menatap Lynn yang kini juga terpaku padanya.

Lynn diam. Tidak tahu harus menjawab apa. Maurer lebih mendekatkan wajahnya lagi. Hidung mereka kini sudah bersentuhan. Sedikit lagi, bibir mereka akan menyatu.

Cklek! Suara pintu yang terbuka pelan membuat jantung Lynn berhenti berdetak. Segera didorongnya dada Maurer agar menjauh darinya. Tapi percuma. Terlambat!

"Cieeeee" koor Kyra dan Rhea bersamaan.

Di belakang kedua gadis itu sudah ada Bryan dan Daryl. Mereka berempat berjalan beriringan memandang kedua orang yang kini salah tingkah. Bryan berdiri di sisi Lynn lalu menyenggol lengan gadis itu lembut.

"Sudah mulai chu... chu... chu... ya?" katanya sambil memonyongkan bibir seakan akan mencium. Jari jempol dan telunjuknya disatukan hampir membentuk huruf 'O' lalu jari tangan kanan dan tangan kiri dipertemukan seakan memeragakan orang yang sedang berciuman.

Wajah Lynn yang memerah membuat Kyra dan Rhea tertawa terbahak-bahak. Bahkan Daryl dan Bryan.

◆◇◆◇◆◇

Part ini sadis ya?
Em. Saya maunya upload gambar the sims dengan nama temen2 yang tadi saya PM.

Sayang ada yang belom balas.... jadi minggu depan aja ya.... yang mau namanya nongol di the sims saya bareng Lynn dkk boleh... tapi komen dulu yang unyu. Terus bilang kalo namanya mau nongol ^^

Love Me Harder (Kyra-Daryl)
Wrecking Ball (Rhea-Bryan)

Salam Lope lope

Melinda


I'm Not A Troublemaker #1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang