Serpihan Usang #3 - Oh Ellya

6.4K 639 71
                                    

Baru tiga hari Prilly tidak bertemu dengan Guntur, namun ia merasakan rindu yang teramat sangat. Tak ada lagi senyuman manis yang menyambutnya di luar pintu gerbang saat ia pulang, tak ada lagi seseorang yang mengajaknya bercanda sampai sakit perut. Prilly baru sadar betapa berartinya Guntur. Bahkan tiga hari tak melihatnya Prilly seperti kehilangan penyemangat. Apakah ini cinta? Bathin Prilly bertanya-tanya. Meski Prilly pernah menyukai Rendy namun Prilly tidak pernah mengakuinya itu sebagai cinta, apalagi cinta pertama. Cinta pertamanya tetaplah Bayu Andana. Ia yang menjadi inspirasinya menulis saat itu, mencintai Bayu dalam diam membuat Prilly mempunyai hobby menulis cerpen semasa SMA. Meskipun hanya ia sendiri yang membacanya namun Prilly puas, cerpen yang hampir semua nama tokoh utamanya adalah Bayu dan Prilly sebagai bentuk pelampiasannya. Dan Guntur? Guntur adalah cinta keduanya.

Masih terbayang-bayang di pelupuk matanya saat Guntur akan berangkat menuju kampung halamannya, terlihat begitu berat Guntur meninggalkannya hingga sampai 3x Guntur bolak-balik naik ke kapal kemudian balik lagi ke Prilly. Hingga akhirnya Prilly yang memutuskan untuk pergi meninggalkannya. Prilly sengaja menunggu hingga kapal yang akan ditumpangi Guntur berangkat namun nyatanya Guntur malah berat untuk meninggalkan Prilly.

"Prill, ada tamu tuh di depan," kata Jenny teman sekamarnya, membuyarkan lamunan Prilly.

"Siapa?"

"Rendy," jawab Jenny lantas berbaring di atas tempat tidurnya yang bersebelahan dengan tempat tidur Prilly.

"Jenn, temani aku dong, atau kalau ngga bilang saja Prillynya ngga ada, aku malas ketemu dia lagi," pinta Prilly pada Jenny.

Jenny menatap Prilly sejenak.

"Okay aku temani, tapi nanti sore kita mandi bareng ya," sahutnya enteng tapi membuat Prilly mendelik.

"Ogaaaaaaaaahh!!!!" Seru Prilly lantas keluar kamar diiringi derai tawa Jenny. Jenny adalah teman Prilly satu kamar, selain dengan Yuli dan Ayu, Prilly juga dekat dengan Jenny. Kamar yang berpenghuni 16 orang tersebut masih di bagi lagi menjadi 4 kamar dengan menggunakan lemari sebagai sekat. Prilly satu kamar dengan Yuli, Jenny dan juga Mia.

Sesampainya di luar Prilly melihat Rendy yang duduk di bangku teras bersama seorang gadis tengah menunggunya. Pandangan Prilly terkunci pada gadis itu, wajah cantik khas india, hidung mancung dan kulit sedikit coklat. Meski belum pernah bertemu namun Prilly sudah bisa mengira siapa gadis yang bersama Rendy, dulu Rendy sering menceritakannya.

"Ellya?" sapa Prilly dengan ekspresi senang. Ia pernah berkomunikasi dengan gadis itu walau hanya lewat surat. Gadis berdarah campuran Aceh - India itupun bangkit dari duduknya lantas memeluk Prilly.

"Kak Prilly, benar kan ini Kak Prilly," kata gadis itu menatap Prilly setelah melepaskan pelukannya.

"Benar Ellya, aku Kak Prilly," jawab Prilly tersenyum.

"Pacar Bang Rendy cantik ya, putih lagi," celetuk Ellya melirik Rendy, Prilly hanya membuang muka saat pandangan matanya bertemu dengan Rendy.

"Prilly..." panggil Rendy, namun Prilly masih tetap membuang muka.

"Kakak nitip Ellya ya, katanya dia ingin kenal lebih dekat sama kamu, baru kemarin Ellya datang dari kampung dan terus-terusan merengek minta diajak kesini," lanjut Rendy.

"Okay," jawab Prilly singkat.

"Prill, kamu masih marah sama Kakak?" tanya Rendy yang melihat Prilly tak banyak bicara sekarang.

"Aku tidak marah ya... Tapi MA... LES!!!" jawab Prilly terus menarik tangan Ellya masuk tanpa menghiraukan Rendy.

***

SERPIHAN USANGWhere stories live. Discover now