SERPIHAN USANG#5 - Hurts

6K 642 130
                                    

Guntur mengacak - acak rambutnya frustasi, usahanya untuk menahan Prilly sia - sia, Prilly berontak saat ia menahan tangannya lantas berlari meninggalkannya.

"Prill, Prilly... Buka dong pintunya Sayang, Abang bisa jelaskan semuanya," Guntur mengetuk pintu dormitory Prilly, namun tak ada jawaban, hanya suara isakan tangis yang ia dengar ada di balik pintu.

Guntur terduduk di bangku teras, tangannya terangkat mengusap ujung matanya yang mulai berair. Baru kali ini Prilly marah pada dirinya. Semua memang salahnya, seandainya ia tidak tergoda pada wanita lain selain Prilly dan tidak minum minuman keras sebagai pelampiasan, semua ini tidak akan terjadi.

"Prill, apa kamu sudah siap jika Abang melamarmu dalam waktu dekat?" tanya Guntur meminta kepastian Prilly.

"Maksud Abang?" jawab Prilly tidak mengerti.

"Ya kita menikah, Abang sudah tidak sabar ingin menjadikanmu istri Abang," jelas Guntur menatap Prilly tanpa berkedip.

"Tapi usia Prilly baru 19 tahun Abang, dan kontrak kerja Prilly masih lama, lagi pula Abang juga baru 21 tahun, kita nikmati saja dulu masa - masa sekarang, nanti kalau sudah siap lahir dan bathin baru kita menikah," balas Prilly ragu, ia teringat pesan mamanya yang memintanya untuk mencari calon suami yang dekat bukan yang jauh. Walaupun hatinya sudah menjatuhkan cintanya pada Guntur tapi tetap saja pesan mamanya menjadi beban bagi dirinya.

"Prilly, Abang sangat mencintai kamu, loen galak that ke droneuh," ucap Guntur bercampur dengan bahasa Aceh, "apa jangan - jangan kamu sebenarnya tidak mencintai Abang?" lanjut Guntur kemudian.

Prilly tertunduk,matanya menekuri keramik yang ada di bawahnya.

"Jujur, dulu saat Abang pertama kali meminta Prilly menjadi pacar Abang, Prilly sama sekali tidak ada rasa, rasa sayang pun tidak apalagi cinta... Namun seiring berjalannya waktu, Abang begitu mudah masuk ke dalam hati Prilly, Prilly tidak tahu awalnya kapan namun yang Prilly rasakan Prilly takut kehilangan Abang, loen galak that ke droneuh," ungkap Prilly menyandarkan kepalanya di bahu Guntur yang ada di sebelahnya.

"Prilly masih belum siap memberitahukan hubungan kita pada mama, lagi pula Prilly masih ingin membantu orangtua membiayai sekolah adik sampai lulus dulu, baru kemudian menikah, Abang mau kan nunggu Prilly dua tahun lagi?" lanjut Prilly.

"Biarpun sudah menikah, kamu juga masih bisa membantu orang tua, Abang tidak akan melarang itu, Abang butuh kamu Prilly, menjadi pendamping Abang, menjadi ibu dari anak-anak kita, apa selama ini kamu tidak pernah membayangkan itu?"

"Menikah tidak semudah itu Abang, please... Jangan bahas masalah pernikahan dulu, Prilly belum siap," pinta Prilly menatap dalam mata Guntur. Baginya yang utama sekarang adalah membantu orangtua, ia ingin menunjukkan baktinya pada orangtua sebelum menikah.

"Bilang aja kamu ngga cinta sama Abang! Itu namanya kamu menolak secara halus, dua tahun itu lama Prilly!" cerca Guntur emosi.

"Apa susahnya sih Bang? Prilly cuma minta waktu dua tahun, setelah itu Abang bisa menikahi Prilly, memiliki Prilly seutuhnya, jangan egois dong!!" Sahut Prilly tak kalah emosi. Bagi Prilly keluarganya lebih penting dibanding urusan cintanya.

Guntur kemudian meninggalkan Prilly dalam keadaan kesal dan kecewa, melangkah gontai ke arah jalanan hingga ia berhasil memberhentikan sebuah taxi.

"Regina Club ya Bang!" Ucapnya pada sopir taxi.

"Arrgghhhhh!!!" Pekik Guntur saat mengingat kejadian waktu itu, saat dimana ia melampiaskan segala kesalnya pada minuman keras hingga tanpa disadari berakhir di ranjang kamarnya bersama seorang wanita tanpa sehelai benang pun.

SERPIHAN USANGWhere stories live. Discover now