Serpihan Usang #2 - Rasa itu mulai tumbuh

8.8K 730 116
                                    

Prilly mencoba memejamkan matanya namun tak bisa, beberapa jam lagi ia harus berangkat kerja pagi dan ia sama sekali belum tidur, bayangan Rendy dan Guntur menari-nari di ingatannya.

"Yul... Yuli..." panggil Prilly pada teman satu bed-nya yang tidur di bagian atas, namun tak ada tanda-tanda Yuli menjawab panggilannya. Prilly mendesah berat, suasana sunyi di kamar yang berpenghuni 16 orang tersebut, namun yang 13 orang masuk shift malam, hanya tersisa Prilly, Yuli dan Ayu sahabat dekatnya. Prilly menerawang, ingatannya kembali ke masa 8 bulan yang lalu saat ia pertama kali menghirup udara di Batam.

Senyum Prilly mengembang saat pertama kali kakinya menginjakkan tanah di Bandara Internasional Hang Nadim Batam, rasa sedihnya berpisah dengan kedua orangtuanya sejenak terlupakan saat ia dan teman-teman seangkatannya sudah menginjakkan kaki di Bandara Hang Nadim Batam, sebentar lagi mereka akan mewujudkan harapan mereka, bekerja mencari uang demi masa depan, begitu juga Prilly. Harapannya untuk bisa kuliah di AKPER harus ia kubur dalam-dalam, ia bersikeras mengikuti jejak temannya yang mendaftarkan kerja di pulau Batam hanya karena ingin membantu orangtua. Adiknya butuh biaya banyak untuk sekolahnya, hampir sepertiga dari gaji yang akan ia terima nanti, dan Prilly sudah berjanji, ia akan mengirimkan sepertiga gajinya tiap bulan untuk biaya sekolah adiknya.

Akhirnya Prilly dan teman-temannya sampai di tempat tujuan, sebuah kawasan industri bernama Muka Kuning Batam Industrial Park, sebuah tempat yang di sekelilingnya masih banyak hutan-hutan dan sejauh mata memandang hanyak bangunan-bangunan besar dengan beraneka mesin di dalamnya. Suara bising mesin menjadi lagu merdu setiap harinya.

Sesampainya di dormitory Prilly mendapat teman baru yang semuanya berasal dari Yogyakarta,hanya ia sendiri yang berasal dari Magelang dan Prilly termasuk yang paling muda. Saling berkenalan dengan teman satu dormitory, bertukar cerita dan pengalaman termasuk bercerita tentang kekasih atau mantan masing-masing yang mereka tinggalkan.

Prilly hanya mendesah berat mendengar perbincangan mereka, jangankan mantan, pacaran pun ia belum pernah. Meskipun ia pernah diam diam suka dengan salah satu teman SMAnya, namun itu hanya menjadi kenangan terindahnya yang tak pernah kesampaian, ia hanya bisa mengingat momen indah tanggal 13 Agustus saat Bayu Andana pertama kali memberikan senyum terindahnya. Selebihnya ia hanya bisa mengaguminya dari jauh.

"Foto pacar kamu mana Pril? Aku mau lihat," tanya Yuli teman satu tempat tidurnya sembari memperlihatkan foto kekasihnya yang berada di Jogja. Prilly hanya menggaruk tengkuknya, bagaimana bisa ia menunjukkan foto pacarnya, pacaran saja belum pernah. Terbersit ide gila dalam benaknya.

"Ada dua sih, tapi yang satu aku ngga bawa fotonya," dusta Prilly seraya menyerahkan sebuah gantungan kunci yang di dalamnya ada sebuah foto.

"Gilaaa... kamu playgirl juga ya ternyata," cerca Yuli mendengar jawaban Prilly, sementara Prilly hanya tersenyum kecut, bathinnya berkata "iya pacarku dua tapi hanya khayalan."

Yuli memandang takjub foto yang ada di gantungan kunci Prilly.

"Gilaaa! Pacar kamu ganteng banget!" Seru Yuli masih sambil memandangi foto di gantungan kunci itu, foto Bayu Andana dengan seragam putih abu-abu sedang duduk bertengger di atas pagar tembok sekolahan memakai kacamata hitam. Tak henti-hentinya Yuli berdecak mengagumi foto yang ada di tangannya.

"Yang ini namanya siapa?" tanya Yuli penasaran.

"Bayu Andana," jawab Prilly sambil tersenyum penuh arti. Baginya Bayu tetap menempati tempat istimewa di hatinya meskipun ia sama sekali belum pernah berpacaran dengannya. Melihat Bayu tersenyum dan selalu ada di sekolahan sudah membuatnya bahagia. Dan foto yang ada di gantungan kunci itu ia dapatkan dari temannya. Ia sama sekali belum pernah terlibat komunikasi dengan Bayu, hanya seulas senyum yang Bayu lemparkan padanya sudah membuatnya melayang. Bahkan sampai saat ini kertas ulangan yang waktu itu di koreksi oleh Bayu dan ada coret-coretan tangan Bayu ia simpan rapi di dalam lemari rumahnya.

SERPIHAN USANGWhere stories live. Discover now