WHOM SHOULD ONE CHOOSE

Mulai dari awal
                                    

"Apa?" Vara tertawa dan menoleh untuk memastikan bahwa Darwin hanya bercanda. "Jangan konyol!" Ini jelas ide yang tidak masuk akal. Darwin jadi pacarnya? Sehari?

"Bagaimana kalau aku bisa membuatmu melupakannya?" Darwin menahan pintu mobil yang akan dibuka Vara.

"Nggak perlu. Aku bisa menyelesaikan sendiri." Vara tidak perlu belas kasihan.

"No, you can't. Hanya ada satu cara yang efektif."

"Apa?" Vara ingin tahu. "Sudahlah, lupakan." Namun juga tidak ingin melibatkan Darwin dalam urusan asmara yang tidak ada ujung pangkalnya ini.

"Aku akan memberi tahu kalau kamu mau memberiku kesempatan."

"Jangan gila. Kesempatan apa? Apa ... jangan-jangan ... kamu menyukaiku?" Vara mengernyitkan kening.

"Tidak boleh?" Tidak ada yang salah dengan itu.

"Kita baru ketemu dua kali." Cerita cintanya sudah kusut dan Vara tidak mau memperparah lagi dengan tambahan satu orang pemain.

"Orang yang tadi ... kamu sudah kenal berapa tahun?" Darwin ingin tahu.

"Sepuluh. Atau lebih." Setelah menghitung cepat di kepalanya, Vara menjawab.

"See? Tidak ada korelasi antara waktu dengan perasaan. Kalian kenal belasan tahun dan dia tidak menyukaimu. Kamu mau nunggu berapa lama? Untuk mendapat perhatian dan kasih sayang dari seorang laki-laki? Sepuluh tahun lagi?" Darwin mencoba membuat Vara membuka mata.

"Aku belum siap untuk itu." Vara membuat alasan lagi.

"Kamu sudah sangat siap, Vara. Bukankah selama ini kamu mengharapkan itu terjadi? Merasakan sesuatu seperti yang didapat Amia dari suaminya. Dicintai? Disayangi?" Bagaimana mungkin ada orang yang tidak siap dihujani perhatian dan kasih sayang?

Vara mengerjapkan mata. Jangan-jangan semua rasa kesalnya terhadap Amia-yang-berubah-setelah-menikah masih tetap didasari oleh rasa iri. Tentu saja tidak, hati Vara menyangkal. Untuk apa dia iri dengan kebahagiaan Amia? Saat ini dia bahagia meski sendirian. Tidak merasa kesepian meski tidak punya pasangan.

"Kenapa kamu menyukaiku?" Alasan untuk semua ini harus dia ketahui lebih dulu.

"Kenapa harus pakai alasan?" Darwin enggan mengatakan alasan yang sebenarnya.

"Karena...." Vara sangat ingin tahu kenapa Darwin bisa menyukainya hanya setelah sekali bertemu. Puluhan kali bertemu dengan Mahir, laki-laki itu tidak juga menyukainya.

"Kalau aku tidak punya alasan, tidak boleh menyukaimu?"

Vara menelan ludah sebelum menjawab. Wajah Darwin yang dekat sekali dengan wajahnya, membuatnya sedikit kehilangan konsentrasi.

"Vara!"

Darwin melepaskan tangannya dari pintu mobil saat mendengar suara Mahir.

"Sepertinya ada yang tidak rela aku membawamu keluar. Apa kita berhasil mengusik laki-laki bodoh itu?" Darwin tertawa pelan. "Well, the ball is in your court, Savara. Kamu bisa memilih untuk pulang bersama orang yang kamu suka sejak belasan tahun yang lalu atau orang yang baru kamu temui dua kali."

Darwin meninggalkan Vara dan berjalan masuk ke mobilnya.

Tatapan mata Vara beralih pada Mahir yang menyusulnya ke tempat parkir depan. Bingung. Vara masih berdiri diam di samping kiri mobil Darwin. Apa yang dilakukan orang kalau dihadapkan pada situasi seperti ini? Whom should one choose between the one you love, who doesn't love you back, or the one who loves you?

***

Welcome to the 27 Club!

Bukan. Ini bukan tentang '27 Club' yang beranggotakan penyanyi-penyanyi yang meninggal di usia dua puluh tujuh tahun karena narkoba atau bunuh diri, yang dihuni almarhum Brian Jones, Jimi Hendrix, Kurt Cobain atau Amy Winnehouse. Tapi ini adalah '27 Club' yang baru saja didirikan Vara, yang menemukan dirinya terbangun di hari ulang tahunnya yang kedua puluh tujuh. Ini tentang wanita-wanita yang belum menikah ketika tiba pada usia dua puluh tujuh tahun.

Kenapa harus 27 tahun? Karena tadi malam Vara menemukan sebuah aplikasi yang terhubung dengan Facebook. Aplikasi tersebut membaca profil orang-orang di daftar teman lalu menghitung pada usia berapa rata-rata mereka menikah. Hasilnya, wanita rata-rata menikah pada usia 27 tahun dan laki-laki 28,4 tahun.

Kenapa harus 27 tahun? Vara tidak tahu apa alasannya. Yang jelas pertanyaan mengenai 'kapan nikah?' sudah semakin akrab di telinganya akhir-akhir ini. Vara hidup di lingkungan di mana orang-orang menikah sekitar usia dua puluh lima tahun. Sepupu-sepupunya, anak-anak dari teman-teman orangtuanya, dan kakaknya sendiri.

Kenapa harus 27 tahun? Vara tidak peduli. It might be the right time people get married, but not because Facebook tell us to do so. Tapi karena sudah siap. Ah, coret. Karena calonnya sudah ada. Itu syarat paling utama.

Online calculator sialan itu mengatakan Vara punya waktu 11 bulan 29 hari untuk menemukan calon suami sehingga dirinya bisa ikut menjadi bagian statistik orang-orang yang menikah di usia rata-rata. Dua puluh tujuh tahun. Siapa pun orang yang menulis algoritma itu, Vara ingin sekali menembak kepalanya.

####

SAVARA: YOU BELONG WITH METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang