19. 'Pelampiasan?'

Start from the beginning
                                    

"Tapi ak--" Tiba-tiba tubuhku terhuyung kedepan dan "byur!!!" Aku kejebur ke dalam kolam.

Dera tawa menggelegar. Walaupun ini dangkal tetap saja, jika di jeburkan dengan mendadak seperti itu, siapapun akan merasakan megap.

"Bastian sialan!!!" Teriakku yang hanya di balas tawa mereka bertiga yang ikut turun kedalam air "kita mandi di kolam yang sama?" Tanyaku saat dapat kembali menghirup oksigenku. Bukannya apa, aku hanya merasa asing saja. Pakaianku dan Naomi masih terbilang sopan, sedangkan mereka hanya memakai boxer.

"Ini tempat permandian umum sayang. Tapi tenang aja, khusus kolam ini cuma untuk kita berlima" Jawab Jhon membuat aku mual berjalan kesisi kolam ikut duduk di anak tangga yang ada di dalam air bersama Naomi, berendam hingga air menutupi sampai batas leher kami saja.

"Naom" panggilku

"Hm?" Naomi menutup matanya

"Kau sedang ada masalah dengan Rey?"

"Kami udah putus Mel" Jawabnya dengan nada malas.

Aku langsung membulatkan mataku. Kaget. Tentu saja. Bukankah hubungan mereka selama ini baik-baik saja? Malah terkesan seperti suami-istri yang enggan untuk dipisahkan.

"Kau bercanda?!"

"Enggak Mel"

"Kau tidak ada cerita padaku. Lalu--jangan bilang kalau kau sekarang udah main jadian aja dengan Ian?"

Dia membuka matanya memberi plototan peringatan kepadaku "Tentu saja tidak. Lagian apa yang membuatmu berfikir aku secepat itu bisa jadian dengan pria lain. Apalagi hubunganku bisa di bilang tidak singkat dengan Rey" ketusnya.

Yah-- 4 tahun lebih mereka menjalin hubungan, sejak kami masih SMA. Tentu saja itu sudah terbilang lama. Aku melirik kearah Bastian yang sekarang berada di sisi kolam lainnya. Bisa di bilang posisi kami ujung ke ujung.

"Lalu ini apa? Aku akan salah menilaimu jika kau sendiri tidak ada cerita samaku. Kau hanya bilang berteman dan berteman dengan Bastian, tapi kedekatan kalian melebihi orang yang pacaran" Tembakku buang muka.

"Bastian memang menaruh hati padaku, bahkan sudah menyatakannya. Tapi aku menolak. Dan--ini yang kusuka darinya, walaupun aku telah menolak, dia tidak pernah sama sekali berubah"

"Itu karena dia belum mendapatkan apa yang diinginkannya. Diakan Playboy" Celetukku.

"Mel, Rey udah mendapatkan segalanya dariku. Tapi nyatanya, akulah yang memilih untuk menyudahi nya. Aku--hanya ingin seperti ini untuk saat ini" Lirihnya.

"Kau menyimpan sesuatu dariku, kan?" Aku memcoba untuk mencari kejujuran disana. Benar, mata itu jelas menyimpan luka. Tapi kenapa dia tidak mau menceritakannya padaku.
"Kau selalu mendesak agar aku selalu membagi ceritaku padamu, tapi kau sendiri tidak" kesalku.

"Karena aku masih mampu"

Aku mendengus "Terserah" ucapku buang muka menatap lurus kedepan.

"Suatu hari nanti, waktu yang akan menceritakannya. Kita mempunyai masalah masing-masing. Dan aku yakin suatu hari nanti kita akan saling membukanya seiring berjalannya waktu"

Aku meliriknya "Baiklah, jika itu keputusanmu. Aku harap itu memang yang terbaik" senyumku terpaksa.

Walaupun sebenarnya, aku masih penasaran apa yang membuat hubungan Naomi dan Rey berakhir? Apa ini ada hubungan dengan Bastian? Aku rasa Naomi bukan tipe wanita yang muda jatuh cinta atau selingkuh? Entahlah, seperti yang dikatakannya, biarkan waktu yang menyingkapkan cerita kami masing-masing.

"Yak!!!" Teriakku serentak bersama Naomi saat wajah kami disiram air hangat dan tepat mengenai mataku. Sialan, ini sangat perih. Dan suara tawa itu, tawa para pria sialan yang berada didepan kami yang tak hentinya menyerang kami dengan jipratan-jipratan air tepat diwajah kami. Membuat kami saling menyerang dengan tawa kami yang menggelegar di dalam kolam.

"Skypaper"Where stories live. Discover now