19. 'Pelampiasan?'

8.1K 252 4
                                    

Hanya butuh 45 menit waktu yang diperlukan untuk penerbangan Batam-Medan. Walaupun tadi ditunda beberapa menit namun kami mendarat kurang lebih pukul 8 pagi.

Aku masih menyimpan rasa penasaranku, kenapa kami pergi bersama Bastian dan teman-temannya. Kemana Rey? Tapi kuurungkan niatku. Menunggu waktu yang tepat.

Kami yang berangkat berjumlah 8 orang, 5 perempuan dan 3 lelaki dan akan melakukan perjalanan langsung ke Berastagi dengan menaiki mobil pribadi Bastian yang menjemput kami dari bandara Kualanamu. Bastian orang asli Medan. Keluarga besarnya tinggal disini, dia seorang perantau ke Batam. Itu ceritanya tadi disela di perjalanan, dan kami akan menginap di villa keluarganya yang ada diBrastagi yang tak jauh dari gunung Sibayak.

Perjalanan dari Kualanamu ke Brastagi menghabiskan waktu hampir tiga jam, kebetulan lumayan macet. Kata Bastian biasanya hanya 2 jam kalau naik motor dengan kecepatan rata-rata. Maklumlah, diakan orang sini. Sudah pasti menjadi makanannya berkunjung ketempat ini.

Naomi bilang kami melakukan pendakian besok pagi sekitaran pukul 1 pagi. Sekalian untuk melihat sunrise, atau lebih beruntungnya, melihat negri di atas awan yang katanya hanya sesekali terlihat, biasanya pendakian menghabiskan waktu 4 atau 5 jam. Hm--aku sungguh tidak sabar untuk melakukan pendakian.

"Kita mandi air panas?" Tanya Naomi saat aku baru saja meletakkan tubuhku di atas tempat tidur. Kami berlima khusus perempuan tidur di kamar yang ada di lantai 2, dan para pria tidur di kamar bawah.

"Air panas?" Aku mengeryit

"Hm...air blerang"

"Barelang?"

"Blerang Mel, bukan Barelang. Barelang itu jembatan kali"

"Akukan gak tahu" Aku memang tidak tahu menahu. Mana pernah ada kudengar air panas blerang di Batam, yang ada tuh jembatan Barelang.

"Makanya jangan cuman hidup diputaran Batam aja"

"Sialan--"

"Yaudah, mandi air hangat yuk ke si debu-debu. Gak terlalu jauh kok"

"Si debu-debu apalagi coba?"

"Nama tempatnya loh. Ya olloh"

"Iiih, Akukan beneran gak tau Naom" kesalku meberenggut.

"Kalian ikut?" Tanya Naomi pada yang lain, yang pada asyik selfie di balkon kamar.

"Enggak deh-- kita capek" Sahut mereka hampir bersamaan.

"Oklah--kita pergi yah" Pamit Naomi merangkulku.

"Kita pergi berdua?" Tanyaku sambil menuruni anak tangga

"Enggak kok, Orang Ian juga ikut kok"

Aku hanya mengedikkan bahuku. Dan benar, kami pergi berlima bersama Bastian, Kiki, dan Jhon. Nama yang baru saja kuketahui lewat perkenalan singkat kami barusan.

Saat aku sampai di tempat permandian, keningku membentuk lipatan-lipatan. Melihat airnya yang keruh berwarna putih. Aku pikir kotor.

"Itu namanya air blerang Neng. Masuk yuk" Jelas Naomi berjalan dari sisiku langsung nyebur ke kolam yang hanya sepinggang itu.

Dengan berlahan aku mulai memasukkan kakiku "Panas" ucapku spontan menarik urung kakiku.

"Yaelah neng, ini hangat" Sindir Naomi seakan menikmati mandinya berjalan kesebrang sisi kolam

"Akh gak mau--ada baunya juga"

Naomi memutar bola matanya "Itu bau blerangnya neng. Ini langsung dari aliran gunung loh, bagus buat kesehatan"

"Skypaper"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang